DISUSUN OLEH: Abu Ibrahim Junaedi Abdullah.
Beriman kepada Allah ta’ala yaitu meyakini dengan
pasti yang tidak ada keraguan padanya bahwasanya Allah ‘azza wa jalla
pemelihara segala sesuatu, penguasanya, dan bahwasanya Allahlah yang berhaq di
sembah tanpa selainnya.
Hendaknya mengesakan Allah di dalam ibadah dengan
penuh rasa cinta, menginakan diri dan merendahkan diri, dan bahwasanya Allah di
sifati dengan sifat yang sempurna, Allah memiliki nama dan sifat sempurna,
memiliki nama yang indah dan sifat yang tinggi, Allah suci dari dari aib dan
sifat kurang.
Jelaslah dengan itu iman kepada Allah ta’ala
memuat empat perkara:
Sebagaimana di sebutkan di dalam syarah Aqidah wasitiyah” Oleh syaikhul islam Ibnu
Taimiyah yang di syarah syaikh Muhammad Shalih Al ‘Utsaimin.
Pertama: Iman terhadap wujud Allah ‘aza wa jalla.
Ini bisa di tunjukkan dengan fitrah, ‘akal, dalil syariat dan indra.
Memang
naluri manusia sebagian mereka ingin melihat dzat Allah ta’ala, akan tetapi hal
tersebut tidak mungkin karena kelemahan apa yang berada di alam ini, hal ini
Allah sebutkan di dalam firmanNya:وَلَمَّا جَاءَ مُوسَى لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَنْ تَرَانِي وَلَكِنِ انْظُرْ إِلَى الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُ فَسَوْفَ تَرَانِي فَلَمَّا تَجَلَّى رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَى صَعِقًا فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ
Dan tatkala Musa datang untuk (mu-najat dengan Kami)
pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya,
berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku
dapat melihat kepada Engkau”. Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup
melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, Maka jika ia tetap di tempatnya
(sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku”. tatkala Tuhannya
Menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan
Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, Dia berkata: “Maha
suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama
beriman”. QS
Al-A’raf[7]: 143
Namun meskipun demikian mata bukan satu-satunya
alat yang dapat membuktikan keberadaan Allah ta’ala, keberadaan Allah bisa di
butikan dengan empat hal
1)
Secara
fitrah.
Adapun dalil secara fitrah yang menyatakan
keberadaan Allah ta’ala. Bahwasanya Seluruh makhluk telah diciptakan untuk beriman
kepada penciptanya tanpa harus berfikir atau belajar berdasarkan firman Allah
ta’ala:
و اِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِيْ ادَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ
ذُرِّيَّتَهُمْ وَ اَشْهَدَهُمْ عَلى اَنْفُسِهِمْ اَلَسْتُ بِرَبّكُمْ، قَالُوْا
بَلى شَهِدْنَا، اَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ اْلقِيمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هذَا
غَافِلِيْنَ.
Dan (ingatlah),
ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan
Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman),
"Bukankah Aku ini Tuhanmu ?". Mereka menjawab, "Betul (Engkau
Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan, "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", QS. Al-A’raaf [7]: 172
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا
ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. QS Ar-Ruum[30]:30
Adapun berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
عَنْ اَبِى
هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ
عَلَى اْلفِطْرَةِ فَاَبَوَاهُ يُهَوّدَانِهِ اَوْ يُنَصّرَانِهِ اَوْ
يُمَجّسَانِهِ.
Dari Abu Hurairah radiallahu
‘anhu, ia berkata : Rasulullah sallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Setiap
anak yang lahir, dia terlahir di atas fithrah, maka tergantung kedua orang
tuanya yang menjadikan dia orang Yahudi, Nashrani, atau Majusi… HR.
Bukhari 4775 Muslim 2658.
2)
Dalil
secara akal yang menunjukkan keberadaan Allah ta’ala.
Seluruh makhluk yang ada di
alam ini, baik yang sudah ada maupun yang akan datang, sudah tentu ada
penciptanya. Tidak mungkin makhluk itu mengadakan dirinya sendiri atau ada
begitu saja dengan sendirinya secara teratur tanpa ada yang menciptakan, oleh
karena itu Allah ingatkan dalil akal dan bukti yang jelas ini Allah aza wa
jalla:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ
وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأولِي الألْبَابِ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,
dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda (ayat) bagi orang
yang berakal” QS.Al Imran [3] : 190.
أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ . أَمْ خَلَقُوا
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بَلْ لَا يُوقِنُونَ
Apakah
mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka
sendiri)?. Ataukah mereka Telah menciptakan langit dan bumi itu?; Sebenarnya
mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). QS. At Thuur[52]:35-36.
Bagaimana menurut kalian jika ada orang yang bercerita tentang sebuah istana yang megah, lengkap dengan permadani, air yang mengalir, dan perlengkapan semua, namun orang bercerita tersebut menutup ceritanya dan berkata bahwa istana tersebut ada dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan, tentu akan segera di ingkari.
Bagaimana menurut kalian jika ada orang yang bercerita tentang sebuah istana yang megah, lengkap dengan permadani, air yang mengalir, dan perlengkapan semua, namun orang bercerita tersebut menutup ceritanya dan berkata bahwa istana tersebut ada dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan, tentu akan segera di ingkari.
Dialoq
para imam yang membantah para atheis (yang tidak percaya adanya Allah ta’ala).
Abu Hanifah : “Bagaimana
pendapat kalian, jika ada sebuah kapal diberi muatan barang-barang, penuh
dengan barang-barang dan beban. Kapal tersebut mengarungi samudera, Gelombangnya
kecil, anginnya tenang, aAkan tetapi setelah kapal sampai di tengah tiba-tiba
terjadi badai besar, anehnya kapal terus berlayar dengan tenang sehingga tiba
di tujuan sesuai rencana tanpa goncangan dan berbelok arah, padahal tak ada nahkoda
yang mengemudikan dan mengendalikan jalannya kapal. Masuk akalkah cerita ini?”
Mereka
berkata: “Tidak mungkin, Itu adalah sesuatu yang tidak bisa diterima oleh
akal, bahkan oleh khayal sekalipun, wahai syaikh.” Lalu Abu Hanifah berkata:
“Subhanallah, kalian mengingkari adanya kapal yang berlayar sendiri tanpa pengemudi,
namun kalian mengakui bahwa alam semesta yang terdiri dari lautan yang
membentang, langit yang penuh bintang dan benda-benda langit serta burung yang
beterbangan tanpa adanya Pencipta yang sempurna penciptaan-Nya dan mengaturnya
dengan cermat?! Celakalah kalian, lantas apa yang membuat kalian ingkar kepada
Allah?” Lihat “ Shuaru min hayatti At
Tabi’in” DR.Abdurahman Ra’fat Basya.
Imam syafi’i.
17 orang yang belum mengakui adanya Allah datang
kepada Imam Syafi’i. “Apa buktinya jika
Allah itu ada?” tanya mereka. “Daun
Murbei. Kalian tahu rasanya, bentuk, warna dan baunya?” jawab Imam Syafi’i
sambil melontarkan pertanyaan. “Ya, kami tahu.” Kemudian beliau lanjutkan “Ketika ulat sutra memakan
daun itu, maka yang keluar dari ulat tersebut adalah sutra. Jika yang
memakannya adalah lebah, yang keluar adalah madu. Jika yang memakannya adalah
kambing, yang keluar adalah kotoran. Jika yang memakannya adalah kijang,
tubuhnya akan mengkristalkan minyak misik. Siapakah yang menjadikan ini semua,
padahal asalnya dari daun yang sama, daun Murbei?” Mereka terdiam. Tetapi mereka berpikir. Dan…
atas penjelasan Imam Syafi’i yang memukau ini akhirnya mereka masuk Islam. lihat Qashashush
Shalihin karya Syaikh Dr. Mustafa Murad.
1) Dali secara syar’i keberadaan Allah.
Allah
mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab dari langit, semuanya
membicarakan tentang itu.
لَقَدْ
أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ
وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ.
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami
dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al
Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.
2) Dalil secara indra.
Ini bisa di lihat dengan dua
cara:
a) Kita mendengar dan menyaksikan orang-orang yang
di kabulkan doanya ketika dalam keadaan kesulitan ini semua menunjukkan
keberadan Allah ta’ala:
وَنُوحًا إِذْ نَادَىٰ مِنْ قَبْلُ
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَنَجَّيْنَاهُ وَأَهْلَهُ مِنَ الْكَرْبِ الْعَظِيمِ.
Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia
berdoa, dan Kami memperkenankan doanya, lalu Kami selamatkan dia beserta
keluarganya dari bencana yang besar. QS.
Al Anbiya[21]:76.
Dan di shahih Bukhari dari sahabat Anas radiallahu ‘anhu ada
seorang arab baduwi masuk pada hari jum’at dan Nabi sallallahu alaihi wa sallam
sedang berkhotbah :
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ: أَنَّ رَجُلًا، دَخَلَ
المَسْجِدَ يَوْمَ جُمُعَةٍ مِنْ بَابٍ كَانَ نَحْوَ
دَارِ القَضَاءِ، وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمٌ
يَخْطُبُ، فَاسْتَقْبَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَائِمًا، ثُمَّ قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَلَكَتِ الأَمْوَالُ وَانْقَطَعْتِ
السُّبُلُ، فَادْعُ اللَّهَ يُغِيثُنَا، فَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: «اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ
أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا» قَالَ أَنَسٌ: وَلاَ وَاللَّهِ، مَا نَرَى فِي
السَّمَاءِ مِنْ سَحَابٍ، وَلاَ قَزَعَةً وَمَا بَيْنَنَا وَبَيْنَ سَلْعٍ مِنْ
بَيْتٍ وَلاَ دَارٍ، قَالَ: فَطَلَعَتْ مِنْ وَرَائِهِ سَحَابَةٌ مِثْلُ التُّرْسِ
فَلَمَّا تَوَسَّطَتِ السَّمَاءَ انْتَشَرَتْ، ثُمَّ أَمْطَرَتْ، فَلاَ وَاللَّهِ،
مَا رَأَيْنَا الشَّمْسَ سِتًّا، ثُمَّ دَخَلَ رَجُلٌ مِنْ ذَلِكَ البَابِ فِي
الجُمُعَةِ، وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمٌ يَخْطُبُ،
فَاسْتَقْبَلَهُ قَائِمًا، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكَتِ الأَمْوَالُ
وَانْقَطَعَتِ السُّبُلُ، فَادْعُ اللَّهَ يُمْسِكْهَا عَنَّا، قَالَ: فَرَفَعَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَيْهِ، ثُمَّ قَالَ:
«اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا، اللَّهُمَّ عَلَى الآكَامِ
وَالظِّرَابِ، وَبُطُونِ الأَوْدِيَةِ، وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ»
“Seorang lelaki memasuki masjid pada hari
jum’at melalui pintu yang searah dengan daarul qadha. Ketika itu Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam sedang berkhutbah. Lelaki tadi berkata: ‘Wahai
Rasulullah, harta-harta telah binasa dan jalan-jalan terputus (banyak orang
kelaparan dan kehausan). Mintalah kepada Allah agar menurunkan hujan!’.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam lalu mengangkat kedua tangannya dan
mengucapkan: Allahumma aghitsna (Ya Allah hujanilah kami sebanyak tiga kali).
Anas berkata: ‘Demi Allah, sebelum itu kami tidak melihat sedikitpun awan tebal
maupun yang tipis. Awan-awan juga tidak ada di antara tempat kami, di bukit,
rumah-rumah atau satu bangunan pun”. Anas berkata, “Tapi tiba-tiba dari bukit
tampaklah awan bagaikan perisai. Ketika sudah membumbung sampai ke tengah langit,
awan pun menyebar dan hujan pun turun”. Anas melanjutkan, “Demi Allah, sungguh
kami tidak melihat matahari selama enam hari’” Kemudian ketika Jum’at berikutnya, ada seorang laki-laki masuk melalui
pintu Darul Qodho’ dan ketika itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang
berdiri dan berkhutbah. Kemudian laki-laki tersebut berdiri dan menghadap
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu ia mengatakan, “Wahai Rasulullah,
sekarang ternak kami malah banyak yang mati dan kami pun sulit melakukan perjalanan.
Mohonlah pada Allah agar menghentikan hujan tersebut pada kami.” Kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya, “Ya
Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah,
turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah
dan tempat tumbuhnya pepohonan” HR. Bukhari 1014, Muslim.897
b) Sesungguhnya tanda-tanda kenabian yang di sebut
mu’jizat merupakan dalil yang jelas tentang keberadaan Allah ‘Aza wa jalla, perkara yang di luar kebiasaan
manusia, Allah memberikannya sebagai penguat pada rasulNya dan pertolongan bagi
mereka.
Sebagai
mana mukjizat nabi Musa as. Ketika Allah memerintahkannya untuk memukul laut
dengan tongkatnya. Maka diapun memukulnya dan seketika laut terbelah menjadi
dua dan airnya menjulang tinggi bak gunung.
فَلَمَّا تَرَاءَى الْجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَابُ مُوسَى إِنَّا
لَمُدْرَكُونَ . قَالَ كَلَّا إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ . فَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنِ اضْرِبْ
بِعَصَاكَ الْبَحْرَ فَانْفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ.
Maka
setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa:
"Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul". Musa menjawab:
"Sekali-kali tidak akan tersusul; Sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak
dia akan memberi petunjuk kepadaku". Lalu kami wahyukan kepada Musa:
"Pukullah lautan itu dengan tongkatmu". Maka terbelahlah lautan itu
dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. QS Asy Syu’ara[26]: 61-
63.
Mukjizat
nabi Isa yang dapat menghidupkan mayat dan mengeluarkannya dari kubur mereka
dengan izin Allah, menciptakan burung dari tanah serta menyembuhkan orang buta.
إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ اذْكُرْ نِعْمَتِي عَلَيْكَ
وَعَلَى وَالِدَتِكَ إِذْ أَيَّدْتُكَ بِرُوحِ الْقُدُسِ تُكَلِّمُ النَّاسَ فِي
الْمَهْدِ وَكَهْلًا وَإِذْ عَلَّمْتُكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَالتَّوْرَاةَ
وَالْإِنْجِيلَ وَإِذْ تَخْلُقُ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ بِإِذْنِي
فَتَنْفُخُ فِيهَا فَتَكُونُ طَيْرًا بِإِذْنِي وَتُبْرِئُ الْأَكْمَهَ
وَالْأَبْرَصَ بِإِذْنِي وَإِذْ تُخْرِجُ الْمَوْتَى بِإِذْنِي وَإِذْ كَفَفْتُ
بَنِي إِسْرَائِيلَ عَنْكَ إِذْ جِئْتَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَقَالَ الَّذِينَ
كَفَرُوا مِنْهُمْ إِنْ هَذَا إِلَّا سِحْرٌ مُبِينٌ.
(ingatlah), ketika Allah mengatakan: "Hai
Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku
menguatkan kamu dengan Ruhul qudus. kamu dapat berbicara dengan manusia di
waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (Ingatlah) di waktu Aku
mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) diwaktu
kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan ijin-Ku,
Kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang
sebenarnya) dengan seizin-Ku. dan (Ingatlah) di waktu kamu menyembuhkan orang
yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan
seizin-Ku, dan (Ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur
(menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (Ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani
Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada
mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir diantara mereka
berkata: "Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata". QS Al Maidah[5]:110
Mukjizat
nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam yang dapat membelah bulan. Yakni
ketika orang-orang quraisy meminta tanda kebenaran kepada beliau.
اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ.
Telah dekat datangnya saat itu (kiamat) dan Telah terbelah bulan.
QS. Al Qamar[54]:1
Dan banyak lagi tanda mu’jizat yang lain.
Kedua: Iman terhadap Rububiyah
Maksudnya adalah beriman bahwa Allah adalah
satu-satunya Rabb yang tidak mempunyai sekutu, Rabb adalah Dzat yang mencipta,
memiliki dan memerintah. Tiada ada yang dapat mencipta selian Allah, tiada yang
memiliki kecuali Allah, serta tiada yang berhak memerintahkan kecuali Allah.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ
رَبَّكُمُ اللهُ
الَّذِي
خَلَقَ
السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ فِي
سِتَّةِ
أَيَّامٍ ثُمَّ
اسْتَوَى عَلَى
الْعَرْشِ يُغْشِى
الَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلاَلَهُ الْخَلْقُ وَاْلأَمْرُ تَبَارَكَ اللهُ
رَبُّ
الْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy
. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan
(diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing)
tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak
Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.” QS. Al A’raaf[7]: 54.
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ
وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ
وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ
بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ
وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ
يَعْقِلُونَ.
Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di
laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari
langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati
(kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran
angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat)
tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. QS Al
Baqara[2]:164.
Allah adalah satu-satunya yang
mampu mencipta oleh karena itu Allah meminta bukti atas klaim orang-orang
musyrik tersebut.
هَٰذَا خَلْقُ اللَّهِ فَأَرُونِي
مَاذَا خَلَقَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ ۚ بَلِ الظَّالِمُونَ فِي ضَلَالٍ
مُبِينٍ
“ Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah
olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan(mu) selain
Allah. Sebenarnya orang-orang yang zalim itu berada di dalam kesesatan yang
nyata. QS Lukman[31]:11.
Allah ta’ala satu-satunya yang
memberi rizqi.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا
نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ ۚ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ
يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ .
“ Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu
dari langit dan bumi? ”. QS Faatir[35]:3.
Poin penting dalam masalah ini bahwasanya
orang-orang kafir mengakui tauhid rububiyah ini, namun tidak menjadikan mereka
islam hanya dengan semata-mata pengakuan ini saja karena tidak di iringi dengan
ketundukan ibadah semata-mata kepada Allah, Allah taala berfirman:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ
مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيزُ
الْعَلِيمُ.
Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka:
"Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka akan
menjawab: "Semuanya diciptakan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui". QS. Az Zuhruf[43]:9.
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ
يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ
وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ
اللَّهُ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ .
فَذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمُ الْحَقُّ فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلَّا
الضَّلَالُ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ.
Katakanlah:
"Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah
yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang
hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan
menjawab: "Allah". Maka Katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa
kepada-Nya)?". Maka (Zat yang
demikian) Itulah Allah Tuhan kamu yang Sebenarnya; Maka tidak ada sesudah
kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari
kebenaran)? QS Yunus[10]]:31-32.
Dari ayat di atas kita mengetahui pencipta,
pengatur, dan pemberi rizqi hanya Allah semata, adapun anggapan orang tentang
penguasa gunung ini adalah fulan, penguasa laut selatan ini adalah nyai Rara
kidul semua ini adalah dusta bertentan gan dengan Al Qur’an dan Sunnah.
Ketiga:
iman kepada tauhid uluhiyah.
Tauhid
uluhiyah atau tauhid ibadah yaitu pengakuan bahwa Allah satu-satunya zat yang
berhaq di ibadahi tanpa selainnya, oleh karena itu tauhid uluhiyah merupakan
inti dakwah para nabi dan para rasul dan merupakan sebab keberadaan penciptaan
jin dan manusia. Allah ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا
اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Dan sungguhnya kami Telah
mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah
(saja), dan jauhilah Thaghut itu". QS An Nahl[16]:36.
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي
إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
Dan kami tidak mengutus
seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya:
"Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, Maka sembahlah
olehmu sekalian akan aku". QS Al Anbiyaa’[21]:25.
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin
dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. QS. Ad dzariyaat[51]:56.
Allah ta’ala memerintahkan
manusia agar menyembah kepadaNya, serta menyebutkan alasannya.
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ
قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ .
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ
السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا
تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ.
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu
yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap,
dan dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dia menghasilkan dengan hujan
itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; Karena itu janganlah kamu mengadakan
sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu Mengetahui. QS. Al Baqarah[2]:21-22.
وَاعْبُدُوا
اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
Sembahlah Allah dan janganlah
kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua
orang ibu-bapa, karib-kerabat. QS An Nisaa[4]:36.
Sebagaimana seseorang yang
hendak menanam padi tidak akan terwujud hasilnya kecuali dengan membajak sawah
dan melumatkannya, hingga tak satupun yang ada, baru setelah itu di tancapkan
bibit padi tersebut, meski demikian masih tetap membutuhkan perhatian dengan
menyiangi, memupuk, menyemprot dari hama baru di harapkan hasil yang memadai.
Begitu pula tauhid seseorang
tidak akan bisa terwujud dengan benar kecuali dengan menafikkan seluruh bentuk
sesembahan yang ada kemudian hanya kepada Allah ta’ala saja yang di ibadahi dan
di agungkan.
Macam-macam
bentuk kesyirikan.
- Tabaruk (mencari berkah) pada tempat-tempat tertentu seperti :
Kuburan,
pepohonan, punden, gunung, seperti gunung
kawi,gunung kemukus, pantai selatan, gua atau sumur yang di keramatkan,
patung-patung, sungai tempuran dan lain-lain.
- Pada hewan yang di anggap bisa memberi manfaat dan mendatangkan bahaya, seperti sapi sebagaimana hal ini terjadi di India, kerbau, burung, ular, kucing, dan lain-lain.
- Pada benda yang di anggap bisa memberi manfaat dan menolak bahaya, seperti keris, akik, tombak, sabuk, kulit hewan, tulang, taring, batu dan lain-lain.
- Pada angka yang di anggap membawa sial seperti angka tiga belas atau satu ketemu tiga.
- Pada arah yang di anggap mendatangkan sial seperti, ngalor ngulon (arah utara barat) ini anggapan orang meninggal di tidurkan kearah utara dan menghadap barat atau rumah yang yang berhadapan dengan kelokan atau hari naas seperti naga hari, semisal jika seseorang naga harinya di selatan kalau dia melakukan perjalanan ke selatan di anggap sial dan lain-lain.
- Menganggap sial pada waktu-waktu tertentu, seperti hari meninggal kakeknya berbareng an dengan acara walimahan atau pesta, bulan tertentu seperti As Suraa di anggap bulan keramat dan lain-lain.
Allah
dan RasulNya membantah anggapan baik dan buruk yang di tentukan semua oleh
manusia ini.
وَإِنْ
يَمْسَسْكَ اللهُُ بِضُرٍّ فَلاَ كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ
بِخَيْرٍ فَلاَ رَادَّ لِفَضْلِهِ.
“Jika Allah menimpakan kepadamu kemudaratan maka tidak ada
yang dapat menghilangkannya kecuali Dia dan bila Dia menghendaki kebaikan
bagimu maka tidak ada yang dapat menolak keutamaan-Nya.” QS Yunus[10]:
107.Allah ta’ala berfirman:
وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ
فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ.
Dan
janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula)
memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang
demikian), itu, Maka Sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang
zalim". QS Yunus[10]:106.
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ، وَلاَ هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ.
Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dia berkata; Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Tidak dibenarkan menganggap
penyakit menular dengan sendirinya (tanpa ketentuan Allah), tidak dibenarkan
beranggapan sial, tidak dibenarkan pula beranggapan nasib malang karena tempat,
juga tidak dibenarkan beranggapan sial di bulan Shafar” HR. Bukhari 5757 Muslim
2220.
اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، اَلطِّيَرَةُ
شِرْكٌ، اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، وَمَا مِنَّا إِلاَّ، وَلَكِنَّ اللهَ يُذْهِبُهُ
بِالتَّوَكُّلِ.
“Thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik,
thiyarah itu syirik dan setiap orang pasti terbetik dalam hatinya, Hanya saja
Allah menghilangkannya dengan tawakkal kepadaNya.” HR. Bukhari di dalam Adabul
Mufrad 909, Tirmidzi 1614.
Di dalam hadits qudsi di jelaskan tentang
larangan mencela waktu :
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يُؤْذِينِى ابْنُ آدَمَ يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
”Allah
’Azza wa Jalla berfirman,’Aku disakiti oleh anak Adam. Dia mencela waktu, padahal Aku adalah (pengatur) waktu, Akulah
yang membolak-balikkan malam dan siang.” HR. Muslim 6000.
Apa bila seseorang meyakini semata-mata waktu
yang berperan menentukan nasib mereka selain Allah, berarti dirinya telah
menjadikan sekutu (berbuat syirik ) kepada Allah ta’ala.
Bahaya
dan keburukan yang di timbulkan oleh kesyirikan,
1) Apa bila
mati dalam keadaan syirik pelakunya akan kekal di dalam neraka.
إِنَّ اللَّهَ لَا
يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.QS.An Nisaa[4]:48.
مَنْ
مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ وَقُلْتُ أَنَا وَمَنْ مَاتَ
لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّة
” Barang siapa mati dalam
keadaan menyekutukan Allah dia akan masuk kedalam neraka, barang siapa mati
tidak menyekutukan Allah dia akan masuk kedalam syurga.” HR. Bukhari
4227 Muslim 92.
2) Menghapuskan
pahala amal kebaikan seseorang.
وَلَقَدْ أُوحِيَ
إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ
عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.
Dan Sesungguhnya telah
diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu
mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk
orang-orang yang merugi.QS Az Zumar[39]:65
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ.
Seandainya mereka
mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang Telah mereka
kerjakan.QS Al An’am[6]:88.
3) Merendahkan akal dan kedudukan manusia.
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ
اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ
عَلِيمٌ.
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan
dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan dia
Maha mengetahui segala sesuatu. QS Al Baqarah[2]:29.
Manusia di beri kedudukan tinggi untuk memberdayakan alam ini termasuk
binatang-binatang yang ada agar di manfaatkan bukan sebaliknya menyembah dan
mengagungkannya.
4)
Menyempitkan fikir manusia
dengan berbagai macam aturan yang di buat-buat manusia.
Sebagaimana seandainya manusia tidak berbuat kesyirikan niscaya akan
jauh dari aturan-aturan yang di buat manusia, sehingga memunculkan kekawatiran yang tidak perlu ada, oleh karena
itu orang yang paling tersiksa fikirannya adalah orang yang masih punya
anggapan sial dari selain Allah ta’ala.
وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلَا تَخَافُونَ أَنَّكُمْ
أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا فَأَيُّ
الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالْأَمْنِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ.
”Dan bagaimana mungkin aku takut kepada sesembahan yang
kalian persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak takut mempersekutukan
Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak pernah menurunkan hujjah
(keterangan.” QS Al-An’am[6]:
81.
5)
Memutuskan dan menghentikan hubungan
seseorang atau pekerjaan yang seharusnya
berjalan.
Sebagaimana
kita saksikan berapa banyak rencana hubungan kekeluargaan terputus dan
terlantar karena keyakinan yang keliru ini, berapa banyak rencana pambangunan
mundur hanya karena harinya di anggap sial atau jual beli sepi karena anggapan
bulan sial sehingga tak berani melakukan aktifitas.
قَالُوا إِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهُوا لَنَرْجُمَنَّكُمْ
وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ . قَالُوا طَائِرُكُمْ مَعَكُمْ أَئِنْ
ذُكِّرْتُمْ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ.
Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami bernasib malang Karena
kamu, Sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan
merajam kamu dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami".
Utusan-utusan itu berkata: "Kemalangan kamu adalah Karena kamu sendiri.
apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang)? Sebenarnya kamu
adalah kaum yang melampui batas". QS Yaasiin[36]18-19.
Begitu
banyak tanda-tanda kekuasaan Allah yang ditampakkan di langit dan di bumi
sebagaimana firmannya.
سَنُرِيهِمْ
آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ
الْحَقُّ .
"Akan
Kami perlihatkan kepada mereka tanda-tanda Kami di alam raya ini (afaq) dan di
dalam diri mereka sendiri, sehingga jelas bagi mereka bahwa sesungguhnya Dia
itu benar (Haq)." QS. Fushilat[41]: 53.
Oleh
karena itu kita dapatkan tanda-tanda kekuasaan Allah dari dulu sampai sekarang
diantaranya:
- Dua lautan yang terpisah.
مَرَجَ
الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ .
بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَا يَبْغِيَانِ.
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian
bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.” QS
Ar-Rahman[55]:19-20.
- Kebenaran Al Qur’an tentang keberadaan gunung.
أَلَمْ نَجْعَلِ الْأَرْضَ مِهَادًا . وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا
Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai
hamparan? dan gunung-gunung sebagai pasak? QS An Naba’[78]:6-7.
- Fakta bumi pernah terbelah.
اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ
الْقَمَرُ.
Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah
bulan. QS Al Qamar[54]:1
Kenyataan ini telah ceritakan
pula oleh Daud
Musa Pitkhok, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris tentang kebenarannya.
Tidak ada satupun dari makhluk yang mengingkari rububiyah Allah Ta’ala kecuali karena sombong. Namun sebenarnya ia tidak meyakini apa yang diucapkannya. Sebagaimana terdapat pada diri Fir’aun yang mengatakan kepada kaumnya,
Tidak ada satupun dari makhluk yang mengingkari rububiyah Allah Ta’ala kecuali karena sombong. Namun sebenarnya ia tidak meyakini apa yang diucapkannya. Sebagaimana terdapat pada diri Fir’aun yang mengatakan kepada kaumnya,
فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ اْلأَعْلَى
“(Seraya) berkata:”Akulah tuhanmu yang paling
tinggi”.” QS. An Nazi’at[79]: 24
Namun sebenarnya yang dia katakan itu bukan
berasal dari keyakinan. Allah Ta’ala berfirman,
وَجَحَدُوا بِهَا
وَاسْتَيْقَنَتْهَآ أَنفُسُهُمْ ظُلْمًا
وَعُلُوًّا فَانظُرْ كَيْفَ
كَانَ
عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ
“Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan
kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka
perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan.” QS. An
Naml[27]: 14.
Bahkan kaum musyrikin yang diperangi oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengakui rububiyah Allah, namun
mereka menyekutukan-Nya dalam uluhiyah. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَئِن
سَأَلْتَهُم مَّنْ
خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللهُ
فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ
“Dan
sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan mereka,
niscaya mereka menjawab: “Allah”, maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan
(dari menyembah Allah)?” QS. Az Zukhruf[43]:87. Lihat Syarh Ushuulil Iman,
Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin
in sya Allah akan di lanjut
Iman terhadap nama dan sifat-sifat Allah ta'ala
Tidak ada komentar:
Posting Komentar