Banyak diantara manusia
mereka hanya memberikan kecukupan nafkah lahiriyah saja sehingga menjadi
penyesalan di masa tuanya, belum lagi kelak di akhirat, oleh karena itu
diantara kesalahan orang tua terhadap keluarganya:
1. Tidak mendidik keluarga
tentang:
1)
Pentingnya ilmu
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ
أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat QS Al-MujadIlah [58]: 11.
فَاعْلَمْ
أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ
Maka ketahuilah, bahwa
sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah
ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.
QS Muhammad[47]:19.
Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ.
“Menuntut
ilmu itu wajib atas setiap Muslim. HR. Ibnu Majah 224 dan di
shahihkan syaikh Al Bani.
Berkata imam syafi’i.
مَنْ أَرَا دَالدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِا لْعِلْمِ، وَمَنْ
أَرَادَالْاآخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ
بِالْعِلْمِ
”Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya
memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akherat, maka wajib
baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya
memiliki ilmu.”
2) Pentingnya tauhid.
Mengajarkan tauhid kepada keluarganya, sebagaimana firman Allah ta’ala mengabarkan Lukman kepada anakNya:
وَإِذْ
قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ.
Dan
(Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". QS
Lukman[31]:13.
أَمْ
كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا
تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آبَائِكَ
إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ
مُسْلِمُونَ.
Adakah kamu
hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia Berkata kepada
anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" mereka menjawab:
"Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan
Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh
kepada-Nya". QS Al Baqarah[2]:133.
Orang tua hendaknya menyadari bahwasanya anak merupakan aset yang
besar bagi kedua orang tuannya kebaikkkan dari amalnya akan tetap mengalir
pahalanya meskipun orang tua telah mati.
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: "
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ:
إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ
صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ.
Dari Abu HUrairah
radiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah sallallahu ‘alahi wa sallam bersabda “ apa
bila manusia meninggal dunia maka terputuslah darinya amalannya kecuali tiga
perkara, kecuali sadhaqah jariah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang
mendoakannya.” HR Muslim 1631.
3) Tidak mengajarkan adab dan
akhlaq kepada keluarga.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا
أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا
مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ
مَا يُؤْمَرُونَ.
Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan. QS At tahrim [66]:6.
عَنْ عَلِيٍّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: {قُوا
أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا} يَقُولُ: أَدِّبُوهُمْ
Dari Ali Ibnu Abi Thalib
radiallahu ‘anhu berkata tentang firman Allah ta’ala “ jagalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka” berkata beliau ajarkanlah adab kepada mereka.” Lihat
tafsir Ibnu Katsir QS. At Tahrim[66]:6.
يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ
خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ
بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ.
“(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di
dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya
Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui” QS. Luqman[31]: 16.
يَا بُنَيَّ أَقِمِ
الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا
أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ.
“Wahai anakku dirikanlah
shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari
perbuatan yang mungkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu.Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah” QS: Al-Lukman[31]:
17.
كُلُّكُمْ
رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ
رَعِيَّتِهِ، وَالرَّجُلُ فِي أَهْلِهِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ،
وَالمَرْأَةُ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا رَاعِيَةٌ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْ
رَعِيَّتِهَا، وَالخَادِمُ فِي مَالِ سَيِّدِهِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ
رَعِيَّتِهِ
”Kalian
semua adalah pemimpin dan seluruh kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas
yang dipimpin. Penguasa adalah pemimpin dan seorang laki-laki adalah pemimpin,
wanita juga adalah pemimpin atas rumah dan anak suaminya. Sehingga seluruh
kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas
yang dipimpin”. HR Bukhari 2232 Muslim 3408.
2. Memberi nafkah keluarga dengan harta
yang haram.
Allah dan RasulNya memerintahkan agar mencari
rizqi yang halal.
يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا
صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ.
Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan
kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan. QS. Al Mukminun [23]:51
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا
رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ.
Hai orang-orang yang beriman,
makanlah di antara rezki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah
kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.QS Al Baqarah[2]:172.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan perilaku
semacam ini sebagaimana tersebut dalam hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu,
bahwa Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ
بِمَا أَخَذَ الْمَالَ أَمِنْ حَلَالٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ
“Akan datang suatu masa pada umat manusia, mereka tidak lagi
peduli dengan cara untuk mendapatkan harta, apakah melalui cara yang halal
ataukah dengan cara yang haram”. HR. Bukhari 2083
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّهُ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ
لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ النَّارُ أَوْلَى بِهِ
“Sesungguhnya tidak akan masuk surga daging yang tumbuh dari
harta yang haram. Neraka lebih pantas untuknya”. HR Tirmidzi 558 Ahmad 13919 Ad
Darimi 2657.
3. Membiarkan keluarga di dalam
kemaksiatan.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لا
يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا
فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ.
“Hai orang-orang yang beriman urusilah diri kalian sendiri. Tidak akan
membahayakan kalian orang yang sesat itu apabila kalian sudah berada di atas
petunjuk.” QS. Al-Maidah[5]: 105
لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَىٰ
لِسَانِ دَاوُودَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ۚ
ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ
مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ ۚ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ.
Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat dengan lisan Dâwud
dan Isa putera Maryam. Hal itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampauhi
batas. Mereka satu sama lain senantiasa tidak melarang tindakan mungkar yang
mereka perbuat, sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.
QS Al-Mâidah[5]:78-79.
ثَلَاثَةٌ لَا
يَنْظُرُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: الْعَاقُّ
لِوَالِدَيْهِ، وَالْمَرْأَةُ الْمُتَرَجِّلَةُ، وَالدَّيُّوثُ.
Tiga golongan yang Allah tidak akan melihat mereka pada hari
kiamat : orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, wanita yang menyerupai
laki-laki, dan dayus (seseorang yang membiarkan kemaksiatan di dalam HR.An-Nasai 2515 Ahmad, 2/134.
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ
فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ
وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ . رواه مسلم
Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: “ Barangsiapa diantara kamu yang melihat kemungkaran maka
hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya, jika ia tidak mampu maka dengan
lidahnya, jika tidak mampu maka dengan hatinya dan itulah (mengubah kemungkaran
dengan hati) selemah-lemah iman “ HR.Muslim 49.
4. Membiarkan tamak terhadap dunia.
مَنْ
كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ
أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ . أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي
الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا
يَعْمَلُونَ.
Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan
perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di
dunia dengan Sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di
akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang Telah mereka
usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. QS
Hud[11]:15-16.
وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا
تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا.
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi” QS. Al
Qashshash:77.
Ibnu Zubair pernah berkhutbah:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم
– كَانَ يَقُولُ ,
لَوْ أَنَّ ابْنَ آدَمَ أُعْطِىَ
وَادِيًا مَلأً مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَانِيًا ، وَلَوْ أُعْطِىَ ثَانِيًا
أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَالِثًا ، وَلاَ يَسُدُّ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ
، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ .
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya manusia diberi lembah penuh
dengan emas, maka ia masih menginginkan lembah yang kedua semisal itu. Jika
diberi lembah kedua, ia pun masih menginginkan lembah ketiga. Perut manusia
tidaklah akan penuh melainkan dengan tanah. Allah tentu menerima taubat bagi
siapa saja yang bertaubat.” HR. Bukhari. 5958.
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ
الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“Tidaklah
kaya itu diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Akan tetapi yang dikatakan
kaya adalah hati yang selalu merasa cukup.” HR. Bukhari 6446
Muslim 1051.
5. Membiarkan keluarga boros.
وَالَّذِينَ
إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ
قَوَامًا.
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak
berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan sesungguhnya (pembelanjaan
itu) di tengah-tengah antara yang demikian. QS. Al-Furqon[25]: 67.
Menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya: “orang yang bersikap demikian
adalah orang yang tidak boros dalam memanfaatkan harta sampai berbelanja
melebihi kebutuhan dan tidak pula kikir terhadap keluarganya sampai mengurangi
hak-hak mereka dan tidak memberikan kecukupan bagi mereka. Dia berlaku adil,
sederhana dan bertindak yang terbaik. Sebaik-baik perkara adalah yang
pertengahan dan tidak berlebih-lebihan” (Tafsir Ibnu Katsir: 3/325).
وكُلُواْ وَاشْرَبُواْ وَلاَ تُسْرِفُواْ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ
الْمُسْرِفِينَ.
“Dan makan dan minumlah, dan janganlah
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan. “ QS. Al-‘Araf[7]: 31.
إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُواْ إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah
saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. QS.
Al-Israa’[17]: 27.
6. Bertindak keras dan kasar pada
keluargannya.
Berbuat keras dan kasar pada keluargannya mencakup kepada
anak istri, mertua, pembantu dan siapapun yang berada di bawah naunganya. Allah
ta’ala berfirman:
فَبِمَا
رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ
لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. QS Al Imran [3]:159
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا
أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا.
Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik
akhlaqnya, dan yang paling baik di antara kamu sekalian adalah yang paling baik
akhlaqnya terhadap isteri-isterinya. HR. Tirmidzi 1162, Daud 4682 ia berkata
hadits hasan shahih.
7. Tidak mau bersilaturahmi.
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى …
“Dan hendaklah kamu beribadah kepada Allah dan
janganlah kamu sekutukan Dia dengan sesuatu apapun juga dan hendaklah kamu
berbuat baik kepada kedua ibu bapak dan sanak kerabat…“.QS An Nisaa’[4] : 36.
وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي
تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيبًا
Bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu
saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.QS An-Nisaa’[4]: 1.
يَأْمُرُنَا بِالصَّلاَةِ وَالصَّدَقَةِ وَالْعَفَافِ
وَالصِّلَةِ
Muhammad memerintahkan kami shalat, shadaqah, menjaga kehormatan dan
shilaturrahmi. HR Bukhari 5635.
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ
Tidak akan masuk sorga orang yang memutuskan (persaudaraan) HR Bukhari
5984 Muslim 2556.
8. Berlebihan di dalam memanjakan
keluarga.
Tidak mengajari untuk mandiri, hendaknya orang tua
menyadari bahwa anak-anak mereka kelak akan menjadi bapak atau ibu bagi
keluarganya, sehingga perlu untuk menanamkan pada diri anak sifat berani didalam
kebenaran, mandiri, percaya diri dan trampil, tidak malas, bergantung kepada
orang lain dan minder.
Oleh karena itu setiap orang tua jangan hanya beralasan
kasihan sehingga di kemudian hari anaknya tersiksa akibat dari apa yang kita
lakukan.
9. Bersikap pesimis didalam menyongsong
masa depan.
sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam berikut ini:
وَالله ِ لاَ الْفَقْرَ أَخْشَى
عَلَيْكُمْ, وَلَكِنْ أَخْشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا
كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ, فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُو
وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ
Demi Allah,
bukanlah kemiskinan yang aku takutkan (akan merusak agama) kalian, akan tetapi
yang aku takutkan bagi kalian adalah jika (perhiasan) dunia dibentangkan
(dijadikan berlimpah) bagi kalian sebagaimana (perhiasan) dunia dibentangkan
bagi umat (terdahulu) sebelum kalian, maka kalian pun berlomba-lomba mengejar dunia
sebagaimana mereka berlomba-lomba mengejarnya, sehingga (akibatnya) dunia
(harta) itu membinasakan kalian sebagaimana dunia membinasakan mereka HSR
al-Bukhari 2988 dan Muslim 2961.
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ
وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلا تَعْجِزَنَّ , وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلا تَقُلْ :
لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَذَا لَكَانَ كَذَا وَ كَذَا , وَلَكِنْ قُلْ : قَدَرُ
اللهِ وَ مَا شَاءَ فَعَلَ , فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
“Bersungguh-sungguhlah dalam hal-hal
yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah (dalam segala
urusan), serta janganlah sekali-kali kamu bersikap lemah. Jika kamu tertimpa
sesuatu (kegagalan), maka janganlah kamu mengatakan, ‘seandainya aku berbuat
demikian, pastilah tidak akan begini atau begitu’. Tetapi katakanlah, ‘ini
telah ditakdirkan oleh Allah dan Allah berbuat sesuai dengan apa yang
dikehendaki’. Karena sesungguhnya perkataan seandainya akan membuka
(pintu) perbuatan setan”. HR. Muslim 2664
10. Tidak mendoakan kebaikan untuk
keluarga.
Allah ta’ala berfirman:
رَبَّنَا هَبْ
لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا
لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.
“ Ya Tuhan kami, karuniakanlah kepada kami dari
istri-istri kami dan anak cucu kami yang menyenangkan kami dan jadikanlah kami
sebagai ikutan bagi orang-orang yang bertaqwa ”. QS. Al-Furqan[25] : 74.
رَّبَّنَا
إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ
الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ
النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
[١٤:٣٧
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah
menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman
di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian
itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia
cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan,
mudah-mudahan mereka bersyukur. QS Ibrahim[14]:37.
رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ
ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ.
“Robbi hab lii min ladunka
dzurriyyatan thoyyibatan, innaka samii’ud du’aa’” [Ya Rabbku, berilah aku dari
sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mengdengar doa.” QS.
Ali Imron[3]: 38.
demikianlah semoga bermanfaat dan menyadarkan setiap orang yang memiliki tanggung jawab.
Sragen 01-5-2017.
Di susun oleh: Abu Ibrahim, Junaedi Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar