BAB 4
MACAM-MACAM SYIRIK BESAR.
SOAL: 10
HUKUM
BERNADZAR.
١٠
- هَلْ يَحُوْزُ النَّذَرُ لِغَيْرِ
اللَّهِ .
Soal
10: Apakah boleh kita bernadzar untuk selain Allah.
ج ١٠ - لا يَجُوزُ
النَّذَرُ إِلَّا الله .
Jawab: Kita tidak
boleh bernadzar untuk selain Allah.
لِقَوْلِهِ تَعَالَى:
Allah ta’ala telah
berfirman:
{
رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَوَّرًا } سورة آل عمران : ٣٥
“(Ingatlah) ketika istri Imran) berkata,
“Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku menad zarkan kepada-Mu apa yang ada di dalam
kandunganku murni untuk-Mu (berkhidmat di Baitulmaqdis).” (QS.
Ali-Imran[3]:35).
وَقَوْلُ ﷺ
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(مَنْ نَذَرَ أَنْ يُطِيعَ اللَّهِ
فَلْيُطِعْهُ وَمَنْ نَذَرَ أَنْ يَعْصِيَهُ فَلَا يَعْصِهِ) رواه
البخاري
"Barangsiapa bernadzar dalam hal ketaatan kepada Allah,
maka tunaikanlah; dan barangsiapa yang bernadzar dalam hal maksiat kepada
Allah, maka janganlah ia melaksanakannya (mendurhakai Allah)." (Hadits
riwayat Bukhari)
-----000-----
Penjelasan:
Nadzar merupakan syariatkan Islam yang
ditunjukkan oleh al-Qur'an, as-Sunnah, dan ijma'.
Nadzar sering dilakukan oleh manusia oleh
karena itu wajib mengetahui hukumnya.
1. Pengertian
nadzar.
· Secara bahasa
(lughah), kata nadzar (نذر) berarti “berjanji” atau “menetapkan
sesuatu atas diri sendiri,” bisa dalam hal baik atau buruk.
· Secara syar‘i
(hukum Islam), nadzar adalah
“komitmen seseorang untuk melakukan ibadah tertentu yang sebelumnya tidak
wajib,” (Syarh az Zurqani ala
Muwatta’ Al Imam Malik
Penulis: Muhammad bin Abd Al Baqi bin Yusuf Az Zurqani, seorang ulama asal
Mesir dari kalangan Al Azhar)
Syaikh Shalih bin
Fauzan al-Fauzan juga menjelaskan:
An-Nadzru mashdar dari نَذَرَ - يَنْدُرُ yaitu mewajibkan bagi dirinya sesuatu yang tadinya tidak
diwajibkan syari'at atasnya dalam rangka mengagungkan yang diberikan nadzar. Asal makna dalam bahasa ialah mewajibkan. (Syarah
Kitab at-Tauhid bab 12, Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan).
2. Dalil-dalil
disyari’atkannya nadzar.
Allah ta’ala berfirman:
وَمَآ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ نَّفَقَةٍ
اَوْ نَذَرْتُمْ مِّنْ نَّذْرٍ فَاِنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُهٗ .
”Infak apa pun yang kamu berikan atau nazar apa pun yang kamu
janjikan sesungguhnya Allah mengetahuinya. Bagi orang-orang zalim tidak ada
satu pun penolong (dari azab Allah). (QS. Al-Baqarah[2]:270).
يُوفُونَ
بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا.
“Mereka memenuhi nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya
merata di mana-mana.” (QS. Al-Insan[76]:7).
ثُمَّ يَجِىءُ قَوْمٌ
يَنْذُرُونَ وَلاَ يَفُونَ.
“Kemudian datanglah suatu kaum yang bernazar
lalu mereka tidak menunaikannya, …. ” (HR. Bukhari 6695, Muslim 214).
3. Hukum nadzar.
Hukum nadzar pada asalnya Adalah makruh. (fikih
muyassar).
Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan dari
sahabat Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alai wa sallam
bersabda:
إِنَّهُ لَا يَرُدُّ شَيْئًا وَإِنَّمَا
يُسْتَخْرَجُ بِهِ مِنَ الشَّحِيْحِ.
"Sesungguhnya nadzar itu tidak menolak apa pun, ia hanya dikeluarkan dari orang yang kikir. (HR. Bukhari 6608, Muslim 1639).
عَنْ عَبْدِ
اللهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ: أَخَذَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَوْمًا يَنْهَانَا عَنِ النَّذْرِ وَيَقُولُ: إِنَّهُ لَا يَرُدُّ شَيْئًا
وَإِنَّمَا يُسْتَخْرَجُ بِهِ مِنَ الشَّحِيحِ.
“suatu hari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kami untuk bernazar, beliau bersabda: ‘Nazar sama
sekali tidak bisa menolak sesuatu. Nazar hanyalah dikeluarkan dari orang yang
bakhil (pelit).” (HR. Bukhari 6608, Muslim 1639).
Dari Abdullah bin Umar radhaiyallahu ‘anhuma, berkata:
لَا
تَنْذِرُوا فَإِنَّ النَّذْرَ لَا يُغْنِي مِنَ الْقَدَرِ شَيْئًا وَإِنَّمَا
يُسْتَخْرَجُ بِهِ مِنَ الْبَخِيلِ.
“Janganlah kalian bernazar, karena nazar tidak bisa mengubah
takdir sedikit pun. Nazar hanya dikeluarkan dari orang yang kikir.”
(HR. Muslim 1640, Tirmidzi 1538,
Ahmad 9340).
4. Syarat-syarat orang yang bernadzar.
Syarat-syarat
Nadzar:
1) Nadzar tidak sah
kecuali dari orang dewasa.
2) Berakal.
3) Dengan sukarela.
Tidak sah nadzar:
1) Dari anak-anak.
2) Orang gila dan
orang lemah akal.
3) Orang dipaksa.
Berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam:
رُفِعَ القلم
عن ثلاثةٍ: عن النَّائم حتى يستيقظَ وعن الصَّبىِّ حتى يَحتَلِمَ وعن المجنونِ حتى
يَعقِلَ
“Pena cacatan amal diangkat
dari tiga golongan:
dari orang gila sampai
ia sadar, dari orang tidur hingga ia bangun,
dan dari anak kecil hingga ia baligh.” (HR. Abu Dawud 4403, Ibnu Hibban
143, dishahihkan syaikh
al-Albani di dalam al-Irwaa’ 298).
Dan berdasarkan
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّ اللَّهَ
تَجَاوَزَ لِأُمَّتِي عَنِ الْخَطَأِ وَالنِّسْيَانِ وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ.
"Sesungguhnya Allah telah memaafkan
umatku dari (kesalahan yang terjadi karena) keliru, lupa, dan karena dipaksa.”
(HR. Thabrani 1090,
Ibnu 2043, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam al-Misykah 6284).
5.
Macam-macam nadzar.
1)
Nadzar mutlak (nadzar yang sifatnya tanpa mengikat)
2)
Nadzar mu’alaq (terikat)
Contoh Nadzar mutlak (tanpa
terikat) seperti seseorang berkata tiba-tiba mewajibkan dirinya untuk melakukan
ketaatan.
Contoh nadzar mu’alaq (terikat)
seperti seseorang mewajibkan dirinya untuk melakukan ketaatan bilamana yang
diharapkan terwujud.
6.
Hukum-hukum nadzar.
1)
Nadzar yang benar, yaitu nadzar berupa ibadah atau
ketaatan yang ingin dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah ta’ala,
nadzar ini terakad dan hukumnya wajib dilakukan. (lihat fikih Muyassar),
2)
Nadzar maksiat. (tidak dibenarkan).
Nadzar yang tidak benar
yaitu bernadzar untuk penghuni kubur, para nabi, wali, atau nadzar untuk
membunuh, minum khamer, atau maksiat lainnya, maka nadzar seperti ini tidak
terakad, pelakunya tidak boleh melakukannya. (lihat Fikih Muyassar).
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ نَذَرَ أَنْ يُطِيعَ اللَّهِ
فَلْيُطِعْهُ وَمَنْ نَذَرَ أَنْ يَعْصِيَهُ فَلَا يَعْصِهِ.
"Barangsiapa bernadzar dalam hal ketaatan kepada Allah,
maka tunaikanlah; dan barangsiapa yang bernadzar dalam hal maksiat kepada
Alloh, maka janganlah ia melaksanakannya (mendurhakai Allah)." (HR. Bukhari
6700, Abu Dawud 3289).
3)
Nadzar yang mubah.
Nadzar yang mubah ada dua pendapat:
a)
Wajib ditunaikan.
Dari Buraidah ia berkata, Seorang wanita
datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata:
إِنِّي كُنْتُ نَذَرْتُ إِنْ رَدَّكَ
اللَّهُ سَالِمًا أَنْ أَضْرِبَ عِنْدَكَ بِالدُّفِّ قَالَ: إِنْ كُنْتِ نَذَرْتِ فَاضْرِبِي
وَإِلَّا فَلَا.
“Sesungguhnya
aku telah bernazar, jika Allah mengembalikan engkau (dari peperangan) dengan
selamat, maka aku akan memukul rebana di hadapanmu.” Beliau bersabda: “Jika
engkau telah bernazar, maka pukullah (rebana itu); namun jika tidak, maka
jangan.” (HR. Tirmidzi 3690, Ahmad 32011, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam
al-Irwaa’ 2588). (Fikih Muyassar).
b) Tidak wajib dipenuhi.
Yaitu nadzar melakukan
sesuatu yang mubah seperti nadzar memakai baju atau mengendarai kendaraan, dan
yang sepertinya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah memilih pendapat bahwa tidak ada
suatu kewajiban nadzar yang mubah, berdasarkan hadits Ibnu Abbas, dia berkata,
بَيْنَا
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ إِذَا هُوَ بِرَجُلٍ قَائِمٍ
فَسَأَلَ عَنْهُ فَقَالُوا: أَبُو إِسْرَائِيلَ نَذَرَ أَنْ يَقُومَ وَلاَ يَقْعُدَ
وَلاَ يَسْتَظِلَّ وَلاَ يَتَكَلَّمَ وَيَصُومَ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: مُرْهُ فَلْيَتَكَلَّمْ وَلْيَسْتَظِلَّ وَلْيَقْعُدْ وَلْيُتِمَّ
صَوْمَهُ.
"Saat Nabi sedang berkhutbah, tiba-tiba ada seorang laki-laki
berdiri, maka Nabi bertanya tentangnya, maka orang-orang menjawab, 'Dia Abu
Isra'il, dia bernadzar untuk berdiri di (bawah terik) matahari dan tidak
berteduh, tidak berbicara dan berpuasa. Maka beliau bersabda, 'Suruh dia agar
berbicara, berteduh, duduk, dan menyempurnakan puasanya.” (HR. Bukhari 6704, Abu
Dawud 3300). (lihat Fikih as-Sunnah li An-Nisa, Syaikh Abu Malik Kamal bin as-syyaid
Salim).
7.
Nadzar orang yang telah
meninggal.
Bila seseorang bernadzar namun belum menunaikan kemudian meninggal
hendaklah walinya memenuhi nadzar tersebut.
Dari Ibnu Abbas, bahwa Sa‘d bin ‘Ubadah radhiyallahu ‘anhu meminta fatwa kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata:
إِنَّ أُمِّي مَاتَتْ وَعَلَيْهَا نَذْرٌ أَفَأَقْضِيهِ عَنْهَا قَالَ: نَعَمْ.
“Sesungguhnya
ibuku telah meninggal dunia, dan ia masih mempunyai nadzar yang belum
ditunaikan. Apakah aku boleh menunaikannya untuknya?” Beliau bersabda: “Ya.”
(HR.
Bukhari 2761, Abu Dawud 3307).
8. Kafarah (denda) orang yang membatalkan nadzar.
Allah ta’ala berfirman:
لَا يُؤَاخِذُكُمُ اللّٰهُ بِاللَّغْوِ
فِيْٓ اَيْمَانِكُمْ وَلٰكِنْ يُّؤَاخِذُكُمْ بِمَا عَقَّدْتُّمُ الْاَيْمَانَۚ
فَكَفَّارَتُهٗٓ اِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسٰكِيْنَ مِنْ اَوْسَطِ مَا تُطْعِمُوْنَ
اَهْلِيْكُمْ اَوْ كِسْوَتُهُمْ اَوْ تَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ ۗفَمَنْ لَّمْ يَجِدْ
فَصِيَامُ ثَلٰثَةِ اَيَّامٍ ۗذٰلِكَ كَفَّارَةُ اَيْمَانِكُمْ اِذَا حَلَفْتُمْ
ۗوَاحْفَظُوْٓا اَيْمَانَكُمْ ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ
لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ.
“Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang
tidak disengaja (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan
sumpah-sumpah yang kamu sengaja. Maka, kafaratnya (denda akibat melanggar
sumpah) ialah memberi makan sepuluh orang miskin dari makanan yang (biasa) kamu
berikan kepada keluargamu, memberi pakaian kepada mereka, atau memerdekakan
seorang hamba sahaya. Siapa yang tidak mampu melakukannya, maka (kafaratnya)
berpuasa tiga hari. Itulah kafarat sumpah-sumpahmu apabila kamu bersumpah (dan
kamu melanggarnya). Jagalah sumpah-sumpahmu! Demikianlah Allah menjelaskan
kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya). (QS.
Al-Ma’idah[5] : 89).
Imam
Al Baghawi rahimahullah menjelaskan:
كُلُّ
مَنْ لَزِمَتْهُ كَفَّارَةُ الْيَمِينِ فَهُوَ فِيهَا مُخَيَّرٌ إِنْ شَاءَ
أَطْعَمَ عَشَرَةً مِنَ الْمَسَاكِينِ, وَإِنْ شَاءَ كَسَاهُمْ وَإِنْ شَاءَ
أَعْتَقَ رَقَبَةً.
Setiap orang yang mendapat kewajiban menunaikan kafarat sumpah(atau
nadzar penulis) dia boleh memilih sekehendaknya. Jika dia ingin memilih memberi
makan sepuluh orang miskin silahkan, atau memberi mereka pakaian juga silahkan,
atau ingin membebaskan bedak. (Tafsir Al Baghawi QS. Al-Ma’idah [5]: 89).
Sahabat Uqbah bin Amir meriwayatkan hadis dari Rasulullah
sallallahu alaihi wa sallam beliau bersabda:
كَفَّارَةُ
النَّذْرِ كَفَّارَةُ الْيَمِينِ .
“Tebusan melanggar nazar sama dengan
tebusan melanggar sumpah. (HR. Muslim 1645,
Abu Dawud 3323).
Demikianlah semoga bermanfaat. Aamiin.
-----000-----
Sragen
21-10-2025
Junaedi
Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar