Seiring perjalan waktu gegab gempita dan hiruk pikuknya dunia tidak terasa umur kita sudah tua, hal itu ditandai dengan rambut kita yang mulai memutih, kaki gemeter, kekuatan berkurang, pengliahatan mulai kabur, gigi satu-persatu mulai tanggal, makanan ada yang dipantang, menyadarkan kita bahwa diri kita tidak muda lagi, ada hal-hal yang harus kita perhatikan:
1.
Kita
perlu muhasabah diri (menghitung-hitung) diri kita.
Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ
نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ.
“Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.
Al-Hasyr [59]:18).
Ibnu katsir
mengatakan pada firman Allah ta’ala:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّه}
Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah. (Al-Hasyr: 18)
Perintah
untuk bertakwa kepada Allah ta’ala yang pengertiannya mencakup mengerjakan apa
yang diperintahkan oleh-Nya dan meninggalkan apa yang dilarang oleh-Nya.
{وَلْتَنْظُرْ
نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ}
“Dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok (akhirat).” ( QS. Al-Hasyr[59]: 18).
Yakni
hitung-hitunglah diri kalian sebelum kalian dimintai pertanggung jawaban, dan
perhatikanlah apa yang kamu tabung buat diri kalian berupa amal-amal saleh
untuk bekal hari kalian dikembalikan, yaitu hari dihadapkan kalian kepada Tuhan
kalian.
{وَاتَّقُوا
اللَّهَ}
dan
bertakwalah kepada Allah. (Al-Hasyr: 18)
mengukuhkan
kalimat perintah takwa yang sebelumnya.
{إِنَّ اللَّهَ
خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ}
sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hasyr [59]: 18).
Ketahuilah oleh kalian bahwa
Allah mengetahui semua amal perbuatan dan keadaan kalian, tiada sesuatu pun
dari kalian yang tersembunyi bagi-Nya dan tiada sesuatu pun baik yang besar
maupun yang kecil dari urusan mereka yang luput dari pengetahuan-Nya. (Tafsir
ibnu Katsir, QS. Al-Hasyr [59]: 18).
Sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam:
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ؟ قَالَ:
"أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا"، قَالَ: فَأَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ؟
قَالَ: "أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا، وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ
اسْتِعْدَادًا، أُولَئِكَ الْأَكْيَاسُ.
“Ya Rasulullah siapakah mukmin yang paling utama’’? beliau menjawab, “
yang paling bagus akhlaqnya.” Dia berkata: “ Siapakah mukmin yang paling
cerdas..? Beliau menjawab, “ yang paling banyak mengingat kematian, dan yang
paling baik menyiapkan kehidupan setelahnya, mereka itulah orang yang cerdas.”, (HR.Ibnu Majah 4259, dihasankan Syaikh al-Albani di dalam
Ash-Shahihah 1384).
Imam Al-Qurthubi menyebutkan
dalam At Tadzkiroh mengenai perkataan Ad Daqoq mengenai keutamaan
seseorang yang banyak mengingat mati:
1- menyegerakan taubat
2- hati yang qona’ah (selalu
merasa cukup)
3- semangat dalam ibadah
Sedangkan kebalikannya adalah
orang yang melupakan kematian, maka ia terkena hukuman:
1- menunda-nunda taubat
2- tidak mau ridha dan merasa
cukup terhadap apa yang Allah beri.
3- bermalas-malasan dalam
ibadah.
Hendaknya kita memperhatikan perkara-perkara yang wajib terlebih dahulu,
adakah yang kita kurangi.
Kemudian memperhatikan hal-hal yang haram, apakah masih ada yang kita
terjang atau tidak.
2.
Bertaubat dari kesalahan.
Sudah menjadi ketentuan Allah bahwasanya manusia memiliki
kesalahan dan kekurangan yang banyak, oleh karena itu disyari’atkan untuk
bertaubat.
Ibnu Qudamah berkata, “Bila Allah menghendaki kebaikan
seorang hamba, Allah akan membuat hamba tersebut mengetahui aib-aibnya,
sehingga dirinya mudah untuk memperbaiki. (Minhajul Qasidin Ibnu Qudamah).
Allah ta’ala
berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا.
“Wahai
orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang
semurni-murninya.” (QS.At-Tahrim[66]:8).
إِنْ تَجْتَنِبُوا
كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ
وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا.
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang di
larang kamu mengerjakannya, niscaya kami hapus kesalahan-kesalahanmu.
(dosa-dosamu yang kecil) dan kami masukkan kamu ke tempat yang mulia.” (QS.4.An-Nisa[4]:31)
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ
ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ
يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ
يَعْلَمُونَ.
“Dan
(juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri
sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan
siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak
meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.” (QS.
Al-Imran[3]:135).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَاللَّهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ
إِلَيْهِ فِي اليَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً.
“Demi Allah. Sungguh
aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70
kali.” (HR. Bukhari 6037).
3. Bahaya orang yang tidak segera bertaubat.
Banyak orang yang meremehkan dosa yang mereka selalu
mengulur-ulur untuk bertaubat akhirnya mereka mendapatkan istidraj ( ditarik kedalam kebinasaan tanpa disadari) oleh Allah dan mati dalam keadaan su’ul khatimah,
sebagaimana firman Allah ta’ala:
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ
فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا
أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ.
“Maka
ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun
membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka
bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka
secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putusasa.” (QS.
Al-An’am[6]:44)
Qatadah mengatakan, “Dan tidak
sekali-kali Allah menyiksa suatu kaum melainkan di saat mereka tidak
menyadarinya dan dalam keadaan lalai serta sedang tenggelam di dalam kesenangannya.
Karena itu, janganlah kalian teperdaya oleh ujian Allah, karena sesungguhnya
tidaklah teperdaya oleh ujian Allah kecuali hanya kaum yang fasik (durhaka).”
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا
أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لِأَنْفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ
لِيَزْدَادُوا إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ.
“Dan jangan
sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa tenggang waktu yang Kami
berikan kepada mereka lebih baik baginya.
Sesungguhnya tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka hanyalah agar dosa
mereka semakin bertambah; dan mereka akan mendapat azab yang menghinakan.” (QS.
Ali-Imran[3]:178).
فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا
ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ . وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ
رَبِّي أَهَانَنِ . كَلَّا.
Adapun
manusia apabila Tuhannya mengujinya, lalu dimuliakan-Nya dan diberinya
kesenangan, maka dia berkata, "Tuhanku telah memuliakanku.” Adapun bila
Tuhannya mengujinya, lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, "Tuhanku
menghinakanku.” Sekali-kali tidak (demikian). (QS. AL-Fajr [89]:15-18).
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا رَأَيْتَ اللهَ
تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى
مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ.
”Bila kamu melihat Allah memberi
pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada
dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj
(jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad 4: 145. Syaikh
Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan dengan dilihat dari jalur
lain).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا
أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ
وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ
قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى
قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ) .
“Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan
dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun
serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat),
maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah “ar raan”
yang disebutkan Allah di dalam firman-Nya, “Sekali-kali tidak (demikian),
sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (HR
Tirmidzi 3334, Ibnu Majah 4244, di
shahihkan Syaikh al-Albani di dalam As-Shahihul Jami’ 1670).
4.
Mengiringi keburukan dengan kebaikan.
Hendaknya menutup semua
keburukan dengan kebaikan, sebagaimana disebutkan di dalam firman Allah ta’ala:
إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا
وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ
الرَّحِيمُ
“Kecuali
mereka yang telah bertaubat, mengadakan perbaikan dan menjelaskan(nya). Mereka
itulah yang Aku terima taubatnya, dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi
Maha Penyayang.”(QS Al-Baqarah[2]: 160).
إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ.
“Sesungguhnya
kebaikan itu akan menghapus keburukan.” (QS. Hud [11]:114).
Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam besabda:
اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ
السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.
“Bertakwalah kepada
Allah di mana pun engkau berada, iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan
baik, maka kebaikan akan menghapuskan keburukan itu; dan pergaulilah manusia
dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi 1987, Ahmad 21043 Syaikh al-Albani
berkata hasan di dalam AS-Shahihah 1373).
5.
Memperbanyak
bekal akhirat.
Hendaknya kita tidak lagi disibukan terus-menerus dengan dunia ini, sehingga lupa untuk memperbanyak bekal di akhirat.
Allah mengingatkan kita dengan firma-Nya:
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ
أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ.
Dan
janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah
menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri, mereka
itulah orang-orang yang fasik. (QS. Al-Hasyr [59]: 19).
Ibnu Katsir berkata di dalam firman
Allah ta’ala:
Yaitu janganlah kamu lupa dari
mengingat Allah, yang akhirnya kamu akan lupa kepada amal saleh yang bermanfaat
bagi diri kalian di hari kemudian.
Ayat ini semakna dengan apa yang
disebutkan oleh firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا
تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ
ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ.
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah.
Barang siapa yang membuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS.
Al-Munafiqun[63]: 9). (Tafsir Ibnu Katsir, QS, Al-Hasyr [59]:18-19).
Hendaknya memperbanyak bekal diakhirat dengan berbagai amal
ibadah, menentramkan hati dengannya.
Seperti shalat, membaca Al-Quran, bersedekah dan berakhlaq
mulia.
قال ابي زكريا يحي
بن شريف النووي رحمه الله ، و قال ابراهيم الخواص:
دَوَاءُ
الْقَلْبِ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ:
- قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ بِالتَّدَبُّرِ،
- وَخَلَاءُ الْبَطْنِ ،
- وَقِيَامُ اللَّيْلِ ،
- وَالتَّضَرُّعُ عِنْدَ
السَّحَرِ،
- وَمُجَالَسَةُ الصَّالِحِينَ.
Berkata Imam Abu Zakariya Yahya
bin Syarif An-Nawawy rahimahullah (dalam Kitab At-Tibyan fi Adabil Hamalatil
Qur'an), berkata Imam Ibrahim Al Khawas:
Obat hati itu
ada lima:
1)
Membaca Al Qur'an dengan mentadabburi.
2)
Membiasakan puasa.
3)
Shalat malam.
4)
Berdoa dengan kesungguhan di waktu sahur.
5)
Berkumpul dengan orang shalih.
Allah ta’ala berfirman:
ﻭَﻧُﻨَﺰّﻝُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﻣَﺎ
ﻫُﻮَ ﺷِﻔَﺂﺀٌ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔٌ ﻟّﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻭَﻻَ ﻳَﺰِﻳﺪُ ﺍﻟﻈّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ ﺇَﻻّ ﺧَﺴَﺎﺭﺍً.
“Dan Kami turunkan dari
Al-Qur`an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman
dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain
kerugian” (QS. Al-Israa’ [17]: 82).
Syaikh Muhammad Amin
Asy-Syinqithi rahimahullah berkata:
“Obat
yang mencakup obat bagi penyakit jiwa dan raga, seperti keraguan, kemunafikan,
dan perkara lainnya. Bisa menjadi obat bagi jasmani jika dilakukan, Adapun
Ath-Thabari rahimahullah mengatakan: Al-Qur’an obat dari berbagai penyakit (Tafsir
Ath Thabari, QS. Al –Isra’[17]:82).
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ
جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى
وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ.
“Wahai manusia!
Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur'an) dari Tuhanmu, penyembuh
bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang
beriman.” (QS. Yunus[10]:57)
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ
بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ.
“Orang-orang
yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d[13]:28).
Tak seorangpun
dari kita yang tidak membutuhkan harta, namun bukan hal itu yang membuat hati
kita tentram, hati kita tentram dengan mendekat kepada Allah ta’ala.
Demikianlah semoga
bermanfa’at. Aamiin.
Sragen
23-02-2024.
Junaedi Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar