Pengertian taubat.
الرُّجُوْعُ مِنَ الذَّنْبِ.
Kembali dari kesalahan dan dosa menuju kepada ketaatan.
Manusia tidak bisa lepas dari berbuat salah, maka syari’at ini
memerintahkan utuk bertaubat kepada Allah ta’ala.
1 1. Perintah bertaubat
kepada Allah.
Allah ta’ala
berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا.
“Wahai
orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang
semurni-murninya.” (QS.At-Tahrim[66]:8).
فَأَمَّا مَنْ
تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَعَسَى أَنْ يَكُونَ مِنَ الْمُفْلِحِين.
“Maka adapun orang yang bertaubat, beriman dan beramal
saleh, maka mudah-mudahan dia termasuk orang yang beruntung.” (QS Al-Qashas[28]:
67)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَاللَّهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ
إِلَيْهِ فِي اليَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً.
“Demi Allah. Sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat
kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari 6037)
يَآايُّهَا
النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ فَإِنِّي أَتُوْبُ فِي
الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ.
”Hai
sekalian manusia,taubatlah kalian kepada Allah dan mintalah ampun kepadaNya,
karena sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah dalam sehari sebanyak seratus
kali.”
يَا عِبَادِى إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ
وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِى أَغْفِرْ لَكُمْ.
“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa di waktu
siang dan malam, dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka mintalah ampun
kepada-Ku, pasti Aku mengampuni kalian.” (HR. Muslim 6737)
2 2. Perintah mengiringi keburukan dengan
kebaikan.
Allah dan Rasul-Nya memerintahkan mengiringi keburukan dengan
kebaikan
Allah ta’ala berfirman:
إِلَّا مَنْ
تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا
يُظْلَمُونَ شَيْئًا
“Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh,
maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dizhalimi (dirugikan) sedikit pun.”
(QS Maryam[19]: 60)
إِلَّا
الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ
وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
“Kecuali mereka yang telah bertaubat, mengadakan perbaikan
dan menjelaskan(nya). Mereka itulah yang Aku terima taubatnya, dan Akulah Yang
Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”(QS Al-Baqarah[2]: 160)
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam besabda:
اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ
الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.
“Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau
berada, iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, maka kebaikan akan
menghapuskan keburukan itu; dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.”
(HR. Tirmidzi 1987, Ahmad 21043 Syaikh al-Albani berkata hasan di dalam AS-Shahihah
1373)
T 3. Tidak terus
menerus di dalam kemaksiatan.
Hendaknya seseoang menjahui dosa besar, apa bila terjerumus di
dalam dosa besar tersebut hendaknya segera mengingat Allah dan segera
bertaubat.
Allah ta’ala berfirman:
إِنْ تَجْتَنِبُوا
كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ
وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا.
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang di
larang kamu mengerjakannya, niscaya kami hapus kesalahan-kesalahanmu. (dosa-dosamu
yang kecil) dan kami masukkan kamu ke tempat yang mulia.” (QS.4.An-Nisa[4]:31)
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ
ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ
يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ
يَعْلَمُونَ.
“Dan
(juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri
sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan
siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak
meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Al-Imran[3]:135).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا
أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ
وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ
قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى
قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ) .
“Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan
dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun
serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat),
maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah “ar raan”
yang disebutkan Allah di dalam firman-Nya, “Sekali-kali tidak (demikian),
sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (HR
Tirmidzi 3334, Ibnu Majah 4244, di shahihkan
Syaikh al-Albani di dalam As-Shahihul Jami’ 1670).
Al Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan, “Yang
dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah dosa di atas tumpukan dosa sehingga bisa
membuat hati itu gelap dan lama kelamaan pun mati.” Demikian pula yang
dikatakan oleh Mujahid, Qatadah, Ibnu Zaid dan selainnya.
Banyak orang yang meremehkan dosa yang mereka selalu
mengulur-ulur untuk bertaubat akhirnya mereka mati dalam keadaan su’ul
khatimah, sebagaimana firman Allah ta’ala:
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ
فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا
أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ.
“Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putusasa.” (QS. Al-An’am[5]:44)
4. Meninggalkan tempat maksiat tersebut.
Bila
seseorang tidak lagi mampu menegakkan syari’at hendaknya hijrah karena bumi
Allah itu luas. Allah ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ
هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ
وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ.
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan
Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah. Dan Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah[2]:118)
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ
رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا فَسَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ
الْأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَاهِبٍ فَأَتَاهُ فَقَالَ إِنَّهُ قَتَلَ تِسْعَةً
وَتِسْعِينَ نَفْسًا فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ؟ فَقَالَ: لاَ. فَقَتَلَهُ
فَكَمَّلَ بِهِ مِائَةً.
“Dahulu, pada zaman orang-orang sebelum kalian, ada seorang
laki-laki yang telah membunuh 99 jiwa. Dia pun bertanya tentang orang yang
paling alim di muka bumi ketika itu, lalu ditunjukkan kepadanya tentang seorang
rahib (ahli ibadah).”
“Dia pun mendatangi rahib tersebut lalu mengatakan bahwa
sesungguhnya dia telah membunuh 99 jiwa, apakah ada tobat baginya?
Ahli ibadah itu berkata, “Tidak.” Seketika laki-laki itu
membunuhnya. Dia pun menggenapi dengan itu menjadi seratus jiwa.”
ثُمَّ سَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ
أَهْلِ الْأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَجُلٍ عَالِمٍ فَقَالَ إِنَّهُ قَتَلَ مِائَةَ
نَفْسٍ فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ؟ فَقَالَ: نَعَمْ، وَمَنْ يَحُولُ بَيْنَهُ
وَبَيْنَ التَّوْبَةِ، انْطَلِقْ إِلَى أَرْضِ كَذَا وَكَذَا فَإِنَّ بِهَا
أُنَاسًا يَعْبُدُونَ اللهَ فَاعْبُدِ اللهَ مَعَهُمْ وَلاَ تَرْجِعْ إِلَى
أَرْضِكَ فَإِنَّهَا أَرْضُ سَوْءٍ.
“Kemudian dia menanyakan apakah ada orang yang paling alim di muka
bumi ketika itu? Lalu ditunjukkanlah kepadanya tentang seorang yang berilmu. Dia pun mengatakan
bahwa sesungguhnya dia telah membunuh seratus jiwa, apakah ada tobat baginya?”
Orang alim itu berkata, “Ya. Siapa yang menghalangi dia dari
tobatnya?, Pergilah ke daerah ini dan ini. Sebab, sesungguhnya di sana ada
orang-orang yang senantiasa beribadah kepada Allah, maka beribadahlah kamu
kepada Allah bersama mereka. Jangan kamu kembali ke negerimu, karena negerimu
itu adalah negeri yang buruk.”
فَانْطَلَقَ حَتَّى إِذَا نَصَفَ
الطَّرِيقَ أَتَاهُ الْمَوْتُ فَاخْتَصَمَتْ فِيهِ مَلاَئِكَةُ الرَّحْمَةِ
وَمَلاَئِكَةُ الْعَذَابِ فَقَالَتْ مَلاَئِكَةُ الرَّحْمَةِ: جَاءَ تَائِبًا
مُقْبِلاً بِقَلْبِهِ إِلَى اللهِ. وَقَالَتْ مَلاَئِكَةُ الْعَذَابِ: إِنَّهُ لَمْ
يَعْمَلْ خَيْرًا قَطُّ.
“Dia pun berangkat. Akhirnya, ketika tiba di tengah perjalanan
datanglah kematian menjemputnya, (lalu dia pun
mati). Berselisihlah malaikat rahmat dan malaikat azab tentang dia.
Malaikat rahmat mengatakan, “Dia sudah datang dalam keadaan
bertobat, menghadap kepada Allah dengan sepenuh hatinya.”
Sementara itu, malaikat azab berkata, “Sesungguhnya dia belum
pernah mengerjakan satu amalan kebaikan sama sekali.”
فَأَتَاهُمْ مَلَكٌ فِي صُورَةِ
آدَمِيٍّ فَجَعَلُوهُ بَيْنَهُمْ فَقَالَ: قِيسُوا مَا بَيْنَ الْأَرْضَيْنِ
فَإِلَى أَيَّتِهِمَا كَانَ أَدْنَى فَهُوَ لَهُ. فَقَاسُوهُ فَوَجَدُوهُ أَدْنَى
إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي أَرَادَ فَقَبَضَتْهُ مَلاَئِكَةُ الرَّحْمَةِ.
“Datanglah seorang malaikat dalam wujud seorang manusia, lalu
mereka menjadikan dia (sebagai hakim pemutus) di antara mereka berdua.
Kata malaikat itu, “Ukurlah jarak antara
(dia dengan) kedua negeri tersebut. Ke arah negeri mana yang lebih dekat, maka
dialah yang berhak membawanya.”
Lalu keduanya mengukurnya. Ternyata mereka dapati bahwa orang itu
lebih dekat ke negeri yang diinginkannya. Malaikat rahmat pun segera
membawanya.
قَالَ قَتَادَةُ: فَقَالَ
الْحَسَنُ: ذُكِرَ لَنَا أَنَّهُ لَمَّا أَتَاهُ الْمَوْتُ نَأَى بِصَدْرِهِ
Perawi berkata bahwa Qatadah mengatakan, “Al-Hasan berkata,
‘Disebutkan kepada kami bahwa ketika kematian datang menjemputnya, dia
busungkan dadanya (ke arah negeri tujuan)’.” (HR. Bukhari 3283 Muslim 2766)
5. Allah mengampuni semua dosa-dosa.
Allah ta’ala
mengampuni semua dosa.
Allah ta’ala
berfirman:
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ
أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ
اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.
Katakanlah,
“Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri!
Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
( QS. Az-Zumar[39]:53)
Rasululah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قَالَ اللهُ
تَبَارَكَ وَ تَعَالَـى يَا ابْنَ آدَمَ ، إنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ
وَرَجَوْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيْكَ وَلَا أُبَالِيْ ، يَا ابْنَ
آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ، ثُمَّ اسْتَغفَرْتَنِيْ ،
غَفَرْتُ لَكَ وَلَا أُبَالِيْ ، يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِيْ
بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ، ثُمَّ لَقِيتَنيْ لَا تُشْرِكُ بِيْ شَيْئًا ،
لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابهَا مَغْفِرَةً
“Allah Azza wa Jalla
berfirman, ‘Hai anak Adam, sesungguhnya selama engkau berdo’a dan berharap
hanya kepada-Ku, niscaya Aku mengampuni dosa-dosa yang telah engkau lakukan dan
Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu setinggi langit,
kemudian engkau minta ampunan kepada-Ku, niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak
peduli. Wahai anak Adam Jika engkau
datang kepadaku dengan membawa dosa-dosa yang hampir memenuhi bumi kemudian
engkau bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu
pun, niscaya Aku datang kepadamu dengan memberikan ampunan sepenuh bumi.”
(HR. Tirmidzi 3540, Ahmad21472 Syaikh al-Albani berkata Shahih di dalam
AS-Shahihah 581).
6 6. Memenuhi syarat taubat.
Syarat-Syarat taubat yaitu:
1)
Harus berhenti.
(al iq’laa’u)
2)
Menyesali (An-Nadamu)
3)
Bertekat meninggalkan (Al-‘Azmu)
4)
Pernyataan bebas dari orang terdzolimi (ridha).
Syaikh Muhammad bin Shalih Al’Utsaimin
menambahkan:
5)
Hendaknya karena Allah ta’ala ( Ikhlas)
6)
Waktu taubat masih ada.
Semoga bermanfaat
Sragen 27-01-2022.
Junaedi Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar