Aqidah Ahlu Sunnah wal jamaah menetapkan bahwa Allah ta’ala berada di atas Arsyinya, sebagaimana hal ini di sebutkan banyak di dalam Al Qur’an dan Sunnah, Allah ta’ala berfirman:
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ
اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ
عَلِيمٌ.
Dialah
Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia menuju ke
langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit, dan Dia maha mengetahui segala sesuatu.
QS Al Baqarah[2]:29.
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى.
(Yaitu)
Tuhan Yang Maha Pemurah bersemayam di atas ‘Arsy. QS Taha[20]:5.
هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ
ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ
مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ مَعَكُمْ
أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ.
“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa: Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke
dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan
apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan
Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
QS Al Hadid[57]:4
إِنَّ
رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ
ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ.
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit
dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy untuk mengatur
segala urusan.” QS Yunus[10]:3
إِلَيْهِ
يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ
Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang shalih
dinaikkan-Nya …. QS Fathir[35]:10.
Istawa ‘ala (اِسْتَوَى عَلَى) dalam bahasa Arab dimana
Allah menurunkan wahyu artinya (عَلاَ وَارْتَفَعَ), yaitu berada di atas
(tinggi atau di ketinggian). Hal ini adalah kesepakatan salaf dan ahli bahasa.
Lihat tafsir At Thabari.
Adapun
dalil dari hadis.Panjang lebar apa yang di sebutkan banyak dari para ulama tentang isra’mi’raj Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam dari masjidil haram dan masjidil Aqsa kemudian naik langit pertama hingga kelangit tuju dan naik lagi ke sidratul muntaha kemudian mendapat wahyu yaitu shalat sehari semalam 5 kali.
Dalam hadist itu Rsulullah naik keatas langit untuk bertemu dengan Allah atas perintah Allah ta’ala.
Mu’awiyyah bin Al-Hakam As-Sulami berkata:
وَكَانَتْ لِي جَارِيَةٌ تَرْعَى
غَنَمًا لِي قِبَلَ أُحُدٍ وَالْجَوَّانِيَّةِ فَاطَّلَعْتُ ذَاتَ يَوْمٍ فَإِذَا
الذِّيبُ قَدْ ذَهَبَ بِشَاةٍ مِنْ غَنَمِهَا وَأَنَا رَجُلٌ مِنْ بَنِي آدَمَ
آسَفُ كَمَا يَأْسَفُونَ لَكِنِّي صَكَكْتُهَا صَكَّةً فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَظَّمَ ذَلِكَ عَلَيَّ قُلْتُ يَا رَسُولَ
اللَّهِ أَفَلَا أُعْتِقُهَا قَالَ ائْتِنِي بِهَا فَأَتَيْتُهُ بِهَا فَقَالَ
لَهَا أَيْنَ اللَّهُ قَالَتْ فِي السَّمَاءِ قَالَ مَنْ أَنَا قَالَتْ أَنْتَ
رَسُولُ اللَّهِ قَالَ أَعْتِقْهَا فَإِنَّهَا مُؤْمِنَةٌ.
“Dahulu aku memiliki seorang budak wanita yang menggembalakan
kambing-kambing milikku di daerah antara Gunung Uhud dan Jawwaniyyah. Suatu
hari aku menelitinya. Ternyata ada seekor serigala yang membawa seekor kambing
dari kambing-kambing budak wanita itu. Aku adalah manusia biasa. Aku terkadang
marah sebagaimana mereka marah. Maka aku menamparnya dengan sangat keras. Kemudian
aku mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau mengatakan hal itu
perkara yang besar terhadapku. Aku bertanya: “Wahai Rasulullah, tidakkah aku
merdekakan dia?” Beliau berkata: “Bawa dia kepadaku,” maka aku membawanya
menghadap beliau. Beliau bertanya kepadanya: “Di manakah Allah?” Budak wanita
itu menjawab: “Di atas langit.” Beliau bertanya lagi: “Siapakah saya?” Budak
wanita itu menjawab: “Anda adalah utusan Allah.” Beliau bersabda: “Merdekakan
dia, sesungguhnya dia seorang wanita mukminah.” HR Muslim 537.
Ketika Rasulullah sallallahu
‘alaihi wa sallam berhaji Haji wada’.
وَأَنْتُمْ مَسْئُولُونَ عَنِّي مَا أَنْتُمْ قَائِلُونَ ؟ فَقَالُوا : نَشْهَدُ إِنَّكَ قَدْ بَلَّغْتَ رِسَالاَتِ رَبِّكَ ، وَنَصَحْتَ لِأُمَّتِكَ ، وَقَضَيْتَ الَّذِي عَلَيْكَ ، فَقَالَ بِأُصْبُعِهِ السَّبَّابَةِ يَرْفَعُهَا إِلَى السَّمَاءِ ، وَيُنَكِّسُهَا إِلَى النَّاسِ اللَّهُمَّ اشْهَدْ ، اللَّهُمَّ اشْهَدْ.
Ketika Rasulullah sallallahu ‘alaihi
wa sallam melaksanakan haji wada’ manusia berkumpul sangat banyak, maka
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kalian semua nanti akan ditanya tentang aku,
maka apakah yang akan kamu katakan?” Semua yang hadir menjawab: "Kami
bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan tentang kerasulanmu, engkau telah
menunaikan amanah, dan telah memberikan nasehat ... !" Sambil menunjuk ke langit,
Nabi Muhammad sallallahu 'alaihi wasallam kemudian bersabda: ”Yaa Allah, saksikanlah pernyataan kesaksian
mereka ini, Yaa Allah, Lihatlah, mereka telah menyatakan itu, Yaa Allah, saksikanlah
pernyataan mereka ini, Ya Allah, saksikanlah pernyataan mereka ini." HR. Khuzaimah
4/251.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan:
ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُل يُطِيل
السَّفَر أَشْعَث أَغْبَر يَمُدّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاء يَا رَبّ يَا رَبّ.
“Kemudian beliau (Rasulullah)
menceritakan tentang seorang laki-laki yang menempuh perjalanan jauh, berambut
kusut dan berdebu. Dia menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdoa,
’Ya Rabb, Ya Rabb!’” HR. Muslim 2393.
Terdapat Atsar dari Umul
mukminin Aisyah radiallahu‘anha, Beliau Radiallahu ‘anha berkata: “Segala puji
bagi Allah yang maha mendengar semua suara, Ada seorang wanita (khaulah binti
tsa’labah) yang mengadukan suaminya (Aus Ibnu shamit) kepada Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam tentang suaminya, aku tidak mendengar apa yang
mereka bicarakan sedangkan aku disisi ruangan, akan tetapi Allah yang di atas
langit mendengar mereka.” Allah ta’ala berfirman:
قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
Sesungguhnya Allah telah
mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang
suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab
antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. QS Al
Mujadilah[58]:1.
ini menunjukkan keberadaan Allah di atas yang mendengar semua suara.
ini menunjukkan keberadaan Allah di atas yang mendengar semua suara.
Di antaranya perkataan istri Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, Zainab radhiyallahu ‘anha kepada istri-istri Nabi yang
lainnya.
زَوَّجَكُنَّ
أَهَالِيكُنَّ، وَزَوَّجَنِي اللَّهُ تَعَالَى مِنْ فَوْقِ سَبْعِ سَمَوَاتٍ
“Kalian semua dinikahkan oleh keluarga
kalian. Sedangkan aku dinikahkan oleh Allah dari atas langit yang tujuh.” HR.
Bukhari 7420
Adapun banyak
saudara-saudara kita yang tergelincir dan mengatakan Allah dimana-mana, Allah
menyatu dengan hambanya, Allah tidak bisa di tunjuk dengan arah, sesungguhnya
pemahaman ini sangat lemah karena menyelisihi dalil dalil Al Qur’an dan Hadis
serta atsar para sahabat.
Anggapan mereka Allah di mana-mana dengan dalil firman Allah ta’ala:
Anggapan mereka Allah di mana-mana dengan dalil firman Allah ta’ala:
وَهُوَ
مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Dan
Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan.” QS Al Hadid[57]:4Ayat yang lain
قَالَ
لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى.
Janganlah kalian
takut (wahai Musa dan Harun) sesungguhnya aku bersama kalian berdua, aku
mendengar dan aku ta’at.Kedua ayat ini menjelaskan setelah Allah menyatakan bersama kemudian Allah menjelaskan tentang kebersaanNya tersebut yaitu dengan pendengaranNya dan penglihatanNya.
Angapan Allah dekat dengan makhluk secara zat dengan firman Allah:
وَلَقَدْ
خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ
أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ.
Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami
lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.
Qof [50]:16
kedekatan Allah dengan makhluqnya bukanlah kedekatan secara zat, akan tetapi kedekatan yang dimaksud adalah malaikat sebagaimana di sebutkan para ahli tafsir. Lihat Tafsir Ibnu Katsir QS Qof [5]:16.
kedekatan Allah dengan makhluqnya bukanlah kedekatan secara zat, akan tetapi kedekatan yang dimaksud adalah malaikat sebagaimana di sebutkan para ahli tafsir. Lihat Tafsir Ibnu Katsir QS Qof [5]:16.
Oleh karena kelanjutan ayat tersebut
memperjelas ayat sebelumnya.
إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ . مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ.
(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya,
seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya
melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.
Kalimat kami (nahnu) sering di gunakan untuk malaikat yang menjalankan tugas Allah ta’ala sebagaimana firman Allah yang lain:
Kalimat kami (nahnu) sering di gunakan untuk malaikat yang menjalankan tugas Allah ta’ala sebagaimana firman Allah yang lain:
إِنَّا
نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Kamilah yang menurunkan Adzikra (Al
Qur’an) dan kamilah yang akan menjaganya. QS Al Hijr[15]:9.
أَمْ يَحْسَبُونَ أَنَّا لا نَسْمَعُ سِرَّهُمْ وَنَجْوَاهُمْ بَلَى وَرُسُلُنَا لَدَيْهِمْ يَكْتُبُونَ.
“Apakah mereka mengira, bahwa Kami tidak
mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan
utusan-utusan (malaikat-malaikat) Kami selalu mencatat di sisi mereka.” QS. Az
Zukhruf: 80
Sungguh aneh orang yang
mengingkari keberadaan Allah di atas langit, sementara kalau bicara tentang
Allah jari mereka selalu menunjuk keatas, apa bila mereka berdoa tangannya
menghadap keatas, justru orang awam yang fitrah mereka masih bersih selalu
berucap “ kita serahkan pada Zat yang di atas langit” yaitu Allah ta’ala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar