BAB 2
MACAM-MACAM TAUHID DAN FAEDAHNYA.
SOAL 12
س١٢- مَا هِيَ
فَائِدَةُ التَّوْحِيدِ ؟
Soal: Apakah
fungsi tauhid itu?
ج۱۲- فَائِدَةُ
التَّوْحِيدِ هي الأمنُ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْهَدَايَةُ فِي
الدُّنْيَا وَتَكْفِيرُ الذُّنُوبِ.
Jawab: Fungsinya adalah
agar mendapat keamanan yang sempurna di akhirat dari siksa Allah dan
mendapatkan hidayah di dunia serta agar terhapus semua dosa.
Bukti
dalilnya, Allah telah berfiman:
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُم
بِظُلْمٍ أُوْلَبِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ.
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan
iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapatkan
keamanan, dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk (QS. Al-
An'am[6]:82).
وَقَالَ ﷺ:
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لاَ يُعَذِّبَ
مَنْ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا.
"Hak
hamba atas Allah adalah Alloh tidak akan menyiksa siapa yang tidak
mempersekutukan Alloh dengan sesuatu pun." (Muttafaqun 'Alaihi).
-----000-----
Penjelasan:
Adapun keutamaan orang yang
mentauhidkan Allah sangat banyak sekali, baik manfaat di dunia maupun di
akhirat, adapun manfaat di dunia diantaranya:
1.
Orang yang masuk islam dan mengucakan syahadat
niscaya akan menghapuskan dosa-dosa yang telah lalu.
Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا أَسْلَمَ العَبْدُ فَحَسُنَ
إِسْلاَمُهُ، يُكَفِّرُ اللَّهُ عَنْهُ كُلَّ سَيِّئَةٍ كَانَ زَلَفَهَا، وَكَانَ
بَعْدَ ذَلِكَ القِصَاصُ: الحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ
ضِعْفٍ، وَالسَّيِّئَةُ بِمِثْلِهَا إِلَّا أَنْ يَتَجَاوَزَ اللَّهُ عَنْهَا.
“Jika seorang hamba masuk Islam, lalu Islamnya
baik, Allah menulis semua kebaikan yang pernah dia lakukan, dan dihapus darinya
semua keburukan yang pernah dia lakukan. Kemudian setelah itu ada qishash
(balasan yang adil), yaitu satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipat sampai 700
kali lipat. Adapun satu keburukan dibalas dengan sama, kecuali Allah ‘Azza wa
Jalla mengampuninya. (HR. Bukhari 41, Nasai 4998).
Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda kepada sahabat ‘Amru bin Al-’Aash
yang berkehendak masuk islam.
أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ
الْإِسْلَامَ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ وَأَنَّ الْهِجْرَةَ تَهْدِمُ مَا كَانَ
قَبْلِهَا وَأَنَّ الْحَجَّ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ.
Tidakkah
engkau tahu bahwa Islam menggugurkan (dosa-dosa) sebelumnya, dan bahwa hijroh menggugurkan
(dosa-dosa) sebelumnya bahwa haji menggugurkan (dosa-dosa) sebelumnya. (HR
Muslim 121, Ahmad 17827).
2.
Menjadikan terjaga darah dan harta seseorang.
Rasulullah
shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَكَفَرَ بِمَا يُعْبَدُ مِنْ دُوْنِ اللهِ، حَرُمَ مَالُهُ
وَدَمُهُ، وَحِسَابُهُ عَلَى اللهِ.
“Barangsiapa
yang mengucapkan “la ilaha illallah” dan ingkar terhadap apa-apa yang disembah
selain Allah, maka haram harta dan darahnya dan hisabnya atas Allah ta’ala.”
(HR. Muslim 22).
3.
Mendapatkan petunjuk, mendapatkan ketententraman
di dunia dan keselamatan di akhirat.
Allah ta’ala berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ
أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ.
“Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang
mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS. Al An‘am[6]:82).
Oleh karena itu keimanan yang benar yaitu dengan tidak
mencampuradukkan dengan kesyirikan.
“Yakni mereka
adalah orang-orang yang memurnikan ibadah hanya kepada Allah semata, tiada
sekutu bagi-Nya, dan mereka tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.
Mereka adalah orang-orang yang mendapat keamanan pada hari kiamat, dan
merekalah orang-orang yang mendapat hidayah di dunia dan akhirat.” (Tafsir Ibnu
Katsir, QS. Al-An’am[6]:82).
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu beliau mengatakan:
لَمَّا
نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: {الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ
بِظُلْمٍ} شَقَّ ذَلِكَ عَلَى النَّاسِ وَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
فَأَيُّنَا لَا يَظْلِمُ نَفْسَهُ؟ قَالَ: إِنَّهُ لَيْسَ الَّذِي
تَعْنُونَ! أَلَمْ تَسْمَعُوا مَا قَالَ الْعَبْدُ الصَّالِحُ: {يَا بُنَيَّ لَا
تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ} إِنَّمَا هُوَ الشِّرْكُ.
Ketika ayat ini diturunkan: “Orang-orang yang
beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman.” (QS. Al-An'am[6]:
82) Maka hal ini terasa berat oleh mereka (para sahabat). Lalu mereka berkata,
"Wahai Rasulullah, siapakah di antara kita yang tidak pernah berbuat
aniaya terhadap dirinya sendiri?"
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: Sesungguhnya hal itu bukan seperti apa yang kalian maksudkan.
Tidakkah kalian mendengar apa yang telah dikatakan oleh seorang hamba yang shalih (Luqman), "Hai
anakku, janganlah kalian mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar" (QS.Luqman[31]:
13). Sesungguhnya yang dimaksud dengan zhalim (pada ayat tersebut) yaitu
syirik (mempersekutukan Allah). (Tafsir Ibnu Katsir, QS. Al-An’am[6]:82).
4.
Allah akan beri kemenangan di dunia ini.
Allah ta’ala
berfirman:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ
آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرْضِ
كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ
الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا
يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ
فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ.
“Allah
telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan
mengerjakan amal saleh, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di
bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan
sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai (Islam).
Dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam
ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tidak
mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir
setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur,
[24]:55).
5.
Mati dalam keadaan bertauhid akan masuk kedalam
syurga.
الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلاَئِكَةُ
طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلاَمٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنتُمْ
تَعْمَلُونَ.
"(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik
oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salamun 'alaikum
(keselamatan sejahtera bagimu)", masuklah ke dalam surga itu disebabkan
apa yang telah kamu kerjakan." (QS. An Nahl [16]: 32).
Rasulullah
shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
وَإِنَّمَا
الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ.
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR.
Bukhari 6607).
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ.
"Tuntunlah
orang yang sedang berada di penghujung ajalnya agar membaca (kalimat), Laa
ilaaha illallah.” (HR. Muslim 1525).
مَنْ
كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ.
“Barangsiapa yang akhir
perkataannya sebelum meninggal dunia adalah Laailaha illallah, maka dia akan
masuk surga.” (HR. Abu Daud 3116. Di syahihkan Syaikh al-Albani di dalam al-Misykatul
Mashabih 1621).
مَنْ مَاتَ لاَيُشْرِكُ
بِاللهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ.
“Barang
siapa mati tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun niscaya akan masuk
kedalam syurga.” (HR. Muslim 93).
6.
Tauhid sebab diampuninya seorang hamba meskipun
membawa dosa sepenuh bumi.
Di dalam hadits qudsi Allah ta’ala berfirman:
يَا
ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ
لَقِيتَنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً.
"Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau
menghadap-Ku dengan dosa sepenuh bumi, kemudian menemui-Ku, engkau tidak
menyekutukan sesuatupun dengan-Ku, niscaya Aku menemuimu dengan ampunan seperti
itu.” (HR. Tirmidzi 3540, Ahmad 21505 Dihasankan oleh Syaikh al-Albani di dalam
Shahih at-Targhib wa Tarhib 1616, namun di dalam Ash Shahihah 127-128, beliau
menshahihkan).
7.
Kalimat Tauhid memperberat timbangan pada hari
kiamat.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ
اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَسْتَخْلِصُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي عَلَى رُءُوسِ
الْخَلَائِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَيَنْشُرُ عَلَيْهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ
سِجِلًّا، كُلُّ سِجِلٍّ مَدَّ الْبَصَرِ، ثُمَّ يَقُولُ لَهُ: أَتُنْكِرُ مِنْ
هَذَا شَيْئًا؟ أَظَلَمَتْكَ كَتَبَتِي الْحَافِظُونَ؟ قَالَ: لَا، يَا رَبِّ،
فَيَقُولُ: أَلَكَ عُذْرٌ، أَوْ حَسَنَةٌ؟ فَيُبْهَتُ الرَّجُلُ، فَيَقُولُ: لَا،
يَا رَبِّ، فَيَقُولُ: بَلَى، إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَةً وَاحِدَةً، لَا
ظُلْمَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ، فَتُخْرَجُ لَهُ بِطَاقَةٌ، فِيهَا أَشْهَدُ أَنْ لَا
إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، فَيَقُولُ:
أَحْضِرُوهُ، فَيَقُولُ: يَا رَبِّ، مَا هَذِهِ الْبِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ
السِّجِلَّاتِ؟ ! فَيُقَالُ: إِنَّكَ لَا تُظْلَمُ، قَالَ: فَتُوضَعُ السِّجِلَّاتُ فِي كَفَّةٍ، قَالَ: فَطَاشَتْ
السِّجِلَّاتُ، وَثَقُلَتْ الْبِطَاقَةُ، وَلَا يَثْقُلُ شَيْءٌ بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ.
“Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla akan membebaskan seseorang
dari umatku di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat. Lalu dibukakan
kepadanya sembilan puluh sembilan catatan amal. Setiap catatan sejauh mata
memandang. Allah berfirman: “Adakah sesuatu yang engkau ingkari dari semua hal
ini? Apakah Malaikat pencatat-Ku itu telah menzhalimimu?” Orang itu berkata,
“Tidak, wahai Tuhanku,” Allah berfirman: “Apakah engkau mempunyai alasan atau
mempunyai kebaikan?” Orang itu pun berkata: “Tidak wahai Rabb”. Allah
berfirman: “Bahkan engkau di sisi kami mempunyai satu kebaikan, tidak ada
kezhaliman terhadapmu pada hari ini.”
Lalu dikeluarkanlah padanya sebuah kartu (bithaqah) yang bertuliskan:
Asyhadu an Laa ilaaha illallaah wa anna Muhammadan ‘abduhu wa Rasuuluh. Allah
berfirman: “Tunjukkanlah kepadanya.” Orang itu berkata: “Wahai Rabb, bagaimana
kartu ini (dibandingkan) dengan seluruh catatan amal kejelekan ini?” Dikatakan:
“Sesungguhnya engkau tidak akan dizhalimi”. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Lalu diletakkanlah catatan-catatan amal kejelekan itu di satu daun
timbangan. Ternyata catatan-catatan dosa itu lebih ringan dan beratlah
timbangan kartu tersebut. Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat daripada nama
Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (HR. Ahmad 6994, Tirmidzi 2850
dan dishahihkan syaikh al-Albani di dalam Targhib wa Tarhib 1553).”
8.
Tidak menjadikan kekal di dalam neraka.
Allah
ta’aa berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لا
يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ .
“Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang
selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang
mempersekutukan Allah.” (QS An Nisa[4]:48, 116).
Rasulullah
shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
يَدْخُلُ أَهْلُ
الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ، وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ، ثُمَّ يَقُوْلُ اللهُ
تَعَالَى: أَخْرِجُوْا مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ
مِنْ إِيْمَانٍ، فَيُخْرَجُوْنَ مِنْهَا قَد ِاسْوَدُّوا فَيُلْقَوْنَ فِي نَهْرِ
الْحَيَاءِ -أَوِ الْحَيَاةِ، شَكَّ مَالِكٌ- فَيَنْبُتُوْنَ كَمَا تَنْبُتُ
الْحَبَّةُ فِي جَانِبِ السَّيْلِ، أَلَمْ تَرَ أَنَّهَا تَخْرُجُ صَفْرَاءَ
مُلْتَوِيَةً؟
“Setelah
penghuni Surga masuk ke Surga, dan penghuni Neraka masuk ke Neraka, maka
setelah itu Allah Azza wa Jalla pun berfirman, ‘Keluarkan (dari Neraka)
orang-orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi iman!’ Maka mereka
pun dikeluarkan dari Neraka, hanya saja tubuh mereka sudah hitam legam
(bagaikan arang). Lalu mereka dimasukkan ke sungai kehidupan, maka tubuh mereka
tumbuh (berubah) sebagaimana tumbuhnya benih yang berada di pinggiran sungai. Tidakkah
engkau perhatikan bahwa benih itu tumbuh berwarna kuning dan berlipat-lipat?”
(HR. Bukhari 22).
9.
Akan mendapatkan syafaat Rasulullah sallallahu
‘alaihi wa sallam.
Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam
bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ
الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ
نَفْسِهِ.
Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ” Orang yang paling beruntung mendapat
syafaatku pada hari kiamat adalah yang mengucapkan Laa ilaaha illallah (Tiada
sesembahan yang haq selain Allah), ikhlas dari hatinya atau dari dirinya.” (HR.
Bukhari 99).
10.
Orang yang benar-benar mentauhidkan Allah akan
masuk syurga tanpa hisab dan tanpa azab.
Dari
Hushain bin Abdurrahman berkata: “Ketika saya berada di dekat Sa’id bin Jubair,
dia berkata:
عَنْ حُصَيْن بْنِ عَبْدِ الرَّ حْـمَنٍ قَالَ كُنْتُ عِنْدَ سَعِيدِ
بْنِ جُبَيْرٍ فَقَالَ أَيُّكُمْ رَأَى الْكَوْكَبَ الَّذِي انْقَضَّ الْبَارِحَةَ
قُلْتُ أَنَا ثُـمَّ قُلتُ أَمَا إِنِّـي لَـمْ أَكُنْ فِـي صَلاَةٍ وَلَكِنِّـي
لُدِغْتُ قَالَ فَمَاذَا صَنَعْتَ قُلْتُ اسْـتَرْقَيْـتُ قَالَ فَمَا حَمَلَكَ
عَلَى ذَلِكَ قُلْتُ حَدِيثٌ حَدَّثَنَاهُ الشَّعْبِـيُّ فَقَالَ وَمَا
حَدَّثَكُمُ الشَّعْبِـيُّ قُلْتُ حَدَّثَنَا عَنْ بُرَيْدَةَ بْنِ حُصَيْبٍ
اْلأَسْلَمِـيِّ أَنَّهُ قَالَ لاَ رُقْيَةَ إِلاَّ مِنْ عَيْـنٍ أَوْ حُـمَةٍ
فَقَالَ قَدْ أَحْسَـنَ مَنِ انْتَهَى إِلَـى مَا سَـمِـعَ وَلَكِنْ حَدَّثَنَا
ابْنُ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِـيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ عُرِضَتْ
عَلَـيَّ اْلأُمَـمُ فَرَأَيْتُ النَّبِـيَّ وَ مَعَهُ الرَّهَيْطُ وَ النَّبِـيَّ
وَ مَعَهُ الرَّجُلُ وَ الرَّجُلاَنِ وَ النَّبِـيَّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ إِذْ
رُفِعَ لِـي سَوَادٌ عَظِيمٌ فَظَنَنْتُ أَنَّهُمْ أُمَّتِـي فَقِيلَ لِـي هَذَا
مُوسَـى عَلَيْهِ السَّلاَمَ وَ قَوْمُهُ وَ لَكِنِ انْظُرْ إِلَـى اْلأُفُقِ
فَنَظَرْتُ فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ فَقِيلَ لِـي انْظُرْ إِلَـى اْلأُفُقِ
اْلآخَرِ فإِذَا سَـوَادٌ عَظِيمٌ فَقِيلَ لِـي هَذِهِ أُمَّتُكَ وَ مَعَهُمْ
سَبْعُونَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْـجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ ثُـمَّ
نَهَضَ فَدَخَلَ مَنْزِلَهُ فَخَاضَ النَّاسُ فِـي أُولَئِكَ الَّذِينَ
يَدْخُلُونَ الْـجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ فَقَالَ بَعْضُهُمْ
فَلَعَلَّهُمُ الَّذِينَ صَحِبُوا رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ
فَقَالَ بَعْضُهُمْ فَلَعَلَّهُمُ الَّذِينَ وُلِدُوا فِـي اْلإِسْلاَمِ وَ لَـمْ
يُشْرِكُوا بِاللهِ وَ ذَكَرُوا أَشْيَاءَ فَـخَرَخَ عَلَيْهِمْ رَسُولَ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقَالَ مَا الَّذِي تَـخُوضُونَ فِـيهِ
فَأَخْبَرُوهُ فَقَالَ هُمُ الَّذِينَ لاَ يَرْقُونَ وَلاَ يَسْتَرْقُونَ وَ لاَ
يَتَطَيَّرُونَ وَ عَلَى رَبِّـهِمْ يَتَوَكَّلُونَ فَقَامَ عُكَّاشَةُ بْنُ
مِـحْصَنٍ فَقَالَ ادْعُ اللهَ أَنْ يَـجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَقَالَ أَنْتَ
مِنْهُمْ ثُـمَّ قَامَ رَجُلٌ آجَرُ فَقَالَ ادْعُ اللهَ أَنْ يَـجْعَلَنِي
مِنْهُمْ فَقَالَ سَبَقَكَ بِـهَا عُكَّاشَةُ.
“Siapakah
diantara kalian yang melihat bintang jatuh semalam?” Saya menjawab: “Saya.”
Kemudian saya berkata: “Adapun saya ketika itu tidak dalam keadaan shalat,
tetapi terkena sengatan kalajengking.” Lalu ia bertanya: “Lalu apa yang kamu
kerjakan?” Saya menjawab: “Saya minta diruqyahIa bertanya lagi: “Apa yang
mendorong kamu melakukan hal tersebut?”Jawabku: “Sebuah hadits yang dituturkan
Asy-Sya’bi kepada kami.” Ia bertanya lagi: “Apakah hadits yang dituturkan oleh
Asy-Sya’bi kepadamu?” Saya katakan: “Dia menuturkan hadits dari Buraidah bin
Hushaib: ‘Tidak ada ruqyah kecuali karena ‘ain atau terkena sengatan.”
“Sa’id pun berkata: “Alangkah baiknya orang yang beramal sesuai dengan nash yang telah didengarnya, akan tetapi Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu menuturkan kepada kami hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Beliau bersabda: ‘Saya telah diperlihatkan beberapa umat oleh Allah, lalu saya melihat seorang Nabi bersama beberapa orang, seorang Nabi bersama seorang dan dua orang dan seorang Nabi sendiri, tidak seorangpun menyertainya. Tiba-tiba ditampakkan kepada saya sekelompok orang yang sangat banyak. Lalu saya mengira mereka itu umatku, tetapi disampaikan kepada saya: “Itu adalah Musa dan kaumnya”. Lalu tiba-tiba saya melihat lagi sejumlah besar orang, dan disampaikan kepada saya: “Ini adalah umatmu, bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang, mereka akan masuk surga tanpa hisab dan adzab.”.’Kemudian Beliau bangkit dan masuk rumah. Orang-orang pun saling berbicara satu dengan yang lainnya, ‘Siapakah gerangan mereka itu?’ Ada di antara mereka yang mengatakan: ‘Mungkin saja mereka itu sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.’ Ada lagi yang mengatakan: ‘Mungkin saja mereka orang-orang yang dilahirkan dalam lingkungan Islam dan tidak pernah berbuat syirik terhadap Allah.’ dan menyebutkan yang lainnya. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar, mereka memberitahukan hal tersebut kepada beliau. Beliau bersabda: ‘Mereka itu adalah orang yang tidak pernah minta diruqyah, tidak meminta di kay [3] dan tidak pernah melakukan tathayyur serta mereka bertawakkal kepada Rabb mereka.’Lalu Ukasyah bin Mihshon berdiri dan berkata: “Mohonkanlah kepada Allah, mudah-mudahan saya termasuk golongan mereka!’ Beliau menjawab: ‘Engkau termasuk mereka’, Kemudian berdirilah seorang yang lain dan berkata:’Mohonlah kepada Allah, mudah-mudahan saya termasuk golongan mereka!’ Beliau menjawab:’Kamu sudah didahului Ukasyah.” (HR Bukhari 5752, Muslim 220).
Keutamaan tauhid sangat besar, karena
hal ini akan menyelamatkan seseorang di dunia dan akhirat.
Semoga bermanfaat, Aamiin.
-----000-----
Sragen
14-01-2025
Junaedi
Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar