Bismillah
Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh
Afwan jika mengganggu waktunya...Izin bertanya
Bagaimana pelaksanaan puasa Daud?
Yg saya dengar puasa Daud itu sehari puasa sehari
tidak,misalnya puasa dimulai hari senin,selasa tidak berpuasa rabu berpuasa
kamis tidak berpuasa,sedangkan hari kamis puasa sunnah misalnya pas hari kamis
jg bertepatan dgn puasa ayyamul bidh.Yang jadi pertanyaan saya,apakah tetap
menjalani puasa Daud dan meninggalkan puasa hari kamis dan ayyamul
bidh.Jazaakumullah khoiron.
Jawab:
Puasa Dawud puasa yang memiliki keutamaan yang besar.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَحَبَّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ
وَأَحَبَّ الصَّلاَةِ إِلَى اللَّهِ صَلاَةُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ كَانَ يَنَامُ
نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ وَكَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ
يَوْمًا
“Puasa yang paling disukai di sisi Allah adalah puasa Daud,
dan shalat yang paling disukai Allah adalah Shalat Nabi Daud. Beliau biasa
tidur di pertengahan malam dan bangun pada sepertiga malam terakhir dan beliau
tidur lagi pada seperenam malam
terakhir. Sedangkan beliau biasa berpuasa sehari dan buka sehari.” (HR. Muslim
1159).
Adapun yang berkaitan puasa Dawud diantaranya yaitu:
1.
Puasa Dawud memiliki tatacara yang tidak beda dengan
puasa lainnya, sehari puasa sehari tidak dengan meniatkan di dalam hati untuk
puasa Dawud.
2.
Meskipun melewati pada hari Jum’at dan Sabtu maka
tidak masalah karena yang diniatkan adalah puasa Dawud.
3.
Kecuali pada hari Raya Idul Fitri dan Idul Adkha maka
haram puasa pada hari itu.
4.
Ketika sudah puasa Dawud maka tidak perlu lagi puasa
Senin Kamis atau Ayyamul bidh, karena puasa Dawud lebih utama dari itu.
Disebutkan di dalam sebuah atsar, Abdullah bin ‘Amr sangat
semangat melakukan ketaatan. Ia ingin melaksanakan puasa setiap hari tanpa
henti, begitu pula ia ingin shalat malam semalam suntuk. Karena ini, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam melarangnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
memberi saran padanya untuk berpuasa tiga hari setiap bulannya. Namun Abdullah
bin ‘Amr masih merasa mampu ingin mengerjakan lebih dari itu. Lalu beliau memberi
saran agar berpuasa sehari dan tidak berpuasa keesokan harinya. Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
فَصُمْ يَوْمًا وَأَفْطِرْ يَوْمًا فَذَلِكَ صِيَامُ دَاوُدَ
عَلَيْهِ السَّلَام وَهُوَ أَفْضَلُ الصِّيَامِ فَقُلْتُ إِنِّي أُطِيقُ أَفْضَلَ
مِنْ ذَلِكَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا أَفْضَلَ
مِنْ ذَلِكَ.
"Maka berpuasalah engkau sehari dan berbuka sehari,
inilah (yang dinamakan) Puasa Nabi Daud a.s dan ini adalah puasa yang paling
afdal. Lalu aku (Abdullah bin Amru radhialahu 'anhu) berkata, sesungguhnya aku
mampu untuk tidak puasa lebih dari itu, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
berbersabda: "Tidak ada puasa yang lebih afdal dari itu." (HR.
Bukhari 1976).
5. Tidak meninggalkan
amalan yang lebih utama.
Jangan sampai seseorang terhalangi melakukan amalan yang
lebih utama ketika melakukan puasa Dawud, karena sudah dimaklumi apabila
bertabrakan suatu amal maka di dahulukan yang lebih utama.
Hal ini sebagaimana hadits Juraij yang mengabaikan panggilan
ibunya untuk berbakti, atau mencari nafkah, belajar dan lain-lain.
Oleh karena itu disebutkan dalam sebuah kaedah:
فَإِنْ
تَزَاحَمْ عَدَدُ الْمَصَالِحِ يُقَدَّمُ الأَعْلَى مِنَ الْمَصَالِح.
“Jika berbenturan beberapa maslahat hendaknya di
dahulukan yang paling tinggi dari maslahat tersebut.” (Risalah
Fil Qawa’idi il Fiqiyah oleh Syaikh ‘Abdurrahman Ibni Nashir Assa’di).
6.
Hendaknya dilakukan dengan istiqamah.
Hal itu karena sebaik-baik amalan adalah yang dilakukan
secara istiqamah.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ
تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu
walaupun itu sedikit.” (HR. Bukhari 6464, Muslim 783).
7.
Agar tetap menjaga keikhlasan amalan tersebut, hal ini
agar tidak sia-sia amalan yang dilakukannya.
Allah ta’ala berfirman:
ومَا أُمِرُوْا إِلاَّلِيَعْبُدُاللهَ مُخْلِصِيْنَ
لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَاءَ.
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus…”(QS. Al-Bayyinah[98] : 5).
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ
فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا.
“Maka barangsiapa
mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan
dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada
Tuhannya." (QS. Alkahfi [18]:110).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّمَا
الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى.
“Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan
sesuai niatnya.” (HR Bukhari 1, 6689, Muslim 1907).
Semoga bermanfaat.
-----000-----
Abu Ibrahim Junaedi
Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar