Dunia yang
semakin tua, serta manusia yang semakin jauh dari bimbingan agama mengakibatkan
terbentuknya pola pikir yang senantiasa berorientasi kepada dunia semata. Akibatnya
berbagai bencana dan musibah yang terjadi diangnggap fenomena alam biasa,
seperti gempa bumi disebabkan lempengan kerak bumi yang retak atau bergeser, sedikitpun tidak mengaitkan dengan prilaku
manusia yang banyak menyimpang serta adzab Allah karena dosa-dosa manusia.
Allah ta’ala
berfirman:
وَمَا
أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ.
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu)” (QS. Asy Syura [42]: 30).
ظَهَرَ
الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ
لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS.Ar-Rum[30]:41)
قَالَتْ زَيْنَبُ بِنْتُ جَحْشٍ فَقُلْتُ يَا
رَسُولَ اللَّهِ: أَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ؟ قَالَ: نَعَمْ إِذَا كَثُرَ
الخَبَثُ.
“Apakah kami akan binasa
sementara orang-orang shalih masih ada di antara kami?” Beliau menjawab,
“Betul, ketika kemaksiatan merajalela.” (HR Bukhari 3346, Muslim 2880)
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
مَا نُزِّلَ
بَلاَءٌ إِلاَّ بِذَنْبٍ وَلاَ رُفِعَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِتَوْبَةٍ.
“Tidaklah musibah tersebut turun melainkan karena dosa. Oleh karena
itu, tidaklah bisa musibah tersebut hilang melainkan dengan taubat.” (Al
Jawabul Kaafi, hal. 87)
Adapun dosa-dosa yang menyebabkan datangnya musibah yaitu:
1. Dosa kesyirikan.
Dosa kesyirikan masih merajalela di bumi pertiwi, saat mereka punya
hajat, tasyakuran bersama ketika mendapatkan nikmat seperti melarung saji
kelaut, melempar saji ke gunung, upacara sajen di tempat yang dianggap keramat.
Padahal Allah ta’ala melarang keras kesyirikan tersebut.
وَّاَنَّ
الْمَسٰجِدَ لِلّٰهِ فَلَا تَدْعُوْا مَعَ اللّٰهِ اَحَدًا.
“Dan
sesungguhnya masjid-masjid itu adalah untuk Allah. Maka janganlah kamu
menyembah apa pun di dalamnya selain Allah.” (QS.
Al-Jin[72]18)
وَلَا تَدْعُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ
ۚفَاِنْ فَعَلْتَ فَاِنَّكَ اِذًا مِّنَ الظّٰلِمِيْنَ
“Dan jangan engkau menyembah sesuatu yang tidak memberi manfaat
dan tidak (pula) memberi bencana kepadamu selain Allah, sebab jika engkau
lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya engkau termasuk orang-orang zalim.”(QS. Yunus[10]106)
Umat-umat dahulu dibinasakan
karena kesyirikan ini, begitu pula kondisi sekarang selain yang kita sebutkan
di atas, mereka
juga berlebih-lebihan terhadap kuburan orang shalih.
2.
Kebid’ahan.
Bagaimana kebid’ahan merajalela dimana-mana, saking banyaknya
sampai-sampai orang yang mengamalkan sunnah terasa asing dan dianggap aneh.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntungnlah orang yang asing” (HR. Muslim 145).
Padahal Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Dari Ummul Mukminin, ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
مَنْ أَحْدَثَ
فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ.
“Barangsiapa
membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka
perkara tersebut tertolak.”
(HR. Bukhari 20)
مَنْ عَمِلَ
عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka
amalan tersebut tertolak.”
(HR. Muslim 1718)
3.
Tersebarnya berbagai macam maksiat.
Perzinaan, perselingkuhan, LGBT, music, nyayian, perjudian miras dan
lain sebagainya.
Sebagaimana kita saksikan apa yang di umumkan salah seorang bupati dimana
ditempatnya banyak terjadi kawin kontrak, kemudian dibuatlah larangan berupa perda.
فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ
حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ
الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ
وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ.
“Maka masing-masing
(mereka itu) Kami azab karena dosa-dosanya, di antara mereka ada yang Kami
timpakan kepadanya hujan batu kerikil, ada yang ditimpa suara keras yang
mengguntur, ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan ada pula yang Kami
tenggelamkan. Allah sama sekali tidak hendak menzalimi mereka, akan tetapi
merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri.” (QS.Al-Ankabut[29]:40)
Apa yang harus kita lakukan..?
1.
Bertaubat istigfar kepada Allah ta’ala.
وَمَا كَانَ
اللّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ.
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengadzab mereka, sedang kamu
berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang
mereka meminta ampun.”
(QS: Al Anfal [8]: 33).
2.
Memerintahkan manusia agar bertaqwa dan mentauhidkan Allah ta’ala.
Allah ta’ala berfirman:
وَلَوْ
أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ
السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا
يَكْسِبُونَ.
“Dan sekiranya
penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka
berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat
Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al A’raf [7]:96).
3.
Memerintahkan amal ma’ruf nahi mungkar.
Allah ta’ala
berfirman:
إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ
مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ.
“Sesungguhnya Allah
tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada
diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’du [13]:
11)
Dari sahabat Abu Sa’id
al-Khudri beliau berkata, rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ
رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ
فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ.
“Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim 49)
وَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنْ الْمُنْكَرِ
أَوْ لَيُوْشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْ عِنْدِهِ ثُمَّ
لَتَدْعُنَّهُ فَلاَ يَسْتَجِيْبُ لَكُمْ
“Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, hendaknya kalian
betul-betul melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar atau (jika kalian tidak
melaksanakan hal itu) maka sungguh Allah akan mengirim kepada kalian siksa
dari-Nya kemudian kalian berdoa kepada-Nya (agar supaya dihindarkan dari siksa
tersebut) akan tetapi Allah Azza wa Jalla tidak mengabulkan do’a kalian. (HR Ahmad 23301, Tirmidzi 2168, dihasankan
oleh syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ 7070)
Adapun hikmahnya Allah ta’ala berfirman:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي
الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ
نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ. لِكَيْلَا تَأْسَوْا
عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ
مُخْتَالٍ فَخُورٍ.
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan
(tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul
Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah. Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka
cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira
terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang
yang sombong lagi membanggakan diri.
Demikianlah semoga kita semua dijauhkan dari berbagai bencana dan
musibah, oleh karena itu marilan kita saling mengingatkan di dalam kebaikan dan
kesabaran.
Semoga bermanfaat.
Sragen 9 Des 2022
Junaedi Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar