Sesungguhnaya
mengetahui keindahan syari’at islam akan memberikan manfaat yang besar bagi
seseorang, diantaranya:
1. Memberikan semangat
di dalam menggali ajarannya.
2. Memperkuat keyakinannya.
3. Merasa cukup dengan
ajaran islam.
4. Meninggalkan ajaran
selain islam.
5. Menolak subhat
dari musuh-musuh islam.
6. Menghiasi seseorang
di dalam bermuamalah dengan orang lain.
7. Menjadikan ketertarikan
orang-orang diluar islam karena marwahnya.
8. Memudahkan bagi
seorang da’i untuk menyeru kepada islam.
9. Meyakinkan manusia
bahwa agama islam adalah agama dari Tuhan pencipta manusia.
10.
Besarnya rahmat Allah yang diberikan
kepada manusia.
Diantara keindahan islam:
1.
Islam agama yang hanya menyembah
kepada Allah dzat yang maha esa .
Bila seseorang telah masuk islam, hendaklah hanya menyembah
Allah semata, tidak di perkenankan menyembah kepada selain Allah, karena hal
ini akan merendahkan akal manusia, dimana selain Allah adalah makhluk.
Allah ta’ala berfirman:
وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لَا
إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ.
“Dan Tuhan kamu adalah
Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha
Penyayang.” (QS.
Al-Baqarah[2]:163).
Tidak
sebagaimana orang-orang yang menyembah para dewa, ataupun keyakinan animisme, ada
beberapa tuhan yang mereka miliki dan ada berbagai macam aturan.
2. Islam memerintahakan
agar berbakti kepada kedua orang tua.
Jasa orang
tua sangatlah besar, sebagai lantaran adanya seorang anak di dunia ini, oleh
karena itu Allah memerintahkan agar berbakti kepada orang tua:
Allah ta’ala
berfirman:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا
بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا .
“Dan hendaklah kamu beribadah hanya kepada Allah dan janganlah mempersekutukan dengan
sesuatu apapun juga dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua ibu bapak.” (QS. An
Nisaa’ [4]: 36)
إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا
أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا
قَوْلًا كَرِيمًا.
“Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya
perkataan “ah” ucapkanlah perkataan yang mulia.” (QS. Al Israa’ [17]: 23)
Dari
Mu’awiyah bin Haidah Al Qusyairi radhiallahu’ahu,
beliau bertanya kepada Nabi:
يا
رسولَ اللهِ ! مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال :
أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ : قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال :
أباك ، ثُمَّ الأَقْرَبَ فَالأَقْرَبَ.
“wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan
baik? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa
lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: ayahmu, lalu yang
lebih dekat setelahnya dan setelahnya” (HR. Ahmad 20028, Tirmidzi
1897, Abu Dawud 5139, di hasankan oleh syaih al-Albani di dalam Al-Irwaa’
829,2232).
لَا
يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَاقٌّ، وَلَا مُؤْمِنٌ بِسِحْرٍ، وَلَا مُدْمِنُ خَمْرٍ،
وَلَا مُكَذِّبٌ بِقَدَرٍ.
“Tidak
masuk surga anak yang durhaka, pecandu khamr (minuman keras) dan orang yang
mendustakan qadar” (HR. Ibnu Hibban
3384, Nasai 4895 dan di Hasankan oleh Syaikh al-Albani di dalam As Shahihah
675)
3.
Islam memerintahkan agar berbuat baik dengan kerabat.
Kerabat
adalah orang yang masih memiliki hubungan persaudaraan dengan dirinya, sehingga
Allah perintahkan untuk berbuat baik.
Allah
ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ
وَإِيتَاء ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ.
“Sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran.” (QS.
An-Nahl [16]: 90)
Abdullah bin
’Amr berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَيْسَ الوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ، وَلَكِنِ الوَاصِلُ
الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا.
“Seorang yang menyambung silahturahmi
bukanlah seorang yang membalas kebaikan seorang dengan kebaikan semisal. Akan
tetapi seorang yang menyambung silahturahmi adalah orang yang berusaha kembali
menyambung silaturahmi setelah sebelumnya putus” (HR. Bukhari 5991, Abu Dawud 1697)
Dari Abu
Hurairah, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ ، وَأَنْ
يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ.
“Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan
dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturrahmi.” (HR. Bukhari 5985 Muslim 2557 Abu
Dawud 1693)
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ يَعْنِي قَاطِعَ رَحِمٍ.
“Tidak akan masuk surga orang
yang memutuskan, yaitu memutuskan silaturahmi.” (HR.
Bukhari 5984, Muslim 2556)
4.
Islam memerintahkan agar berbuat baik kepada tetangga.
Tetangga
adalah dimana mereka orang yang dekat dengan kita, keharmonisan bertetangga
adalah kenikmatan tersendiri, keburukannya menjadikan seseorang terganggu. Dari
sinilah islam memerintahkan agar berbuat baik kepada tetangga.
Allah
ta’ala berfirman:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا
بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى
وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ.
“Sembahlah Allah dan
janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah
kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh.” (QS. An-Nisa’ [4]:
36).
Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا زَالَ جِبْرِيلُ يُوصِينِي بِالْجَارِ، حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ
سَيُوَرِّثُهُ.
“Jibril tidak henti-hentinya
mengingatkan padaku untuk berbuat baik pada tetangga, sampai-sampai aku
menyangka bahwa Jibril hendak menjadikannya sebagai ahli waris.” (HR. Bukhari 6015 Muslim
2624 Tirmidzi 1942 Abu Dawud 5152).
Tidak
boleh berbuat jahat dengan tetangga baik menyakiti dengan perbuatan, perkataan,
memfitnah atau meampakkan kegaduhan.
وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ وَاللَّهِ
لاَ يُؤْمِنُ قِيلَ وَمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الَّذِي لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ
بَوَائقَهُ.
"Demi Allah, seseorang tidak akan beriman (di ucapkan
tiga kali).” Para sahabat bertanya: “Siapakah dia Wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab: “Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya.” (HR. Bukhari 6016, Ahmad 8432, Abu
dawud 1437).
5.
Islam memerintahkan
mengasihi sesama makhluk hidup dan melarang membuat kerusakan.
Islam
memerintahkan agar berbuat baik terhadap sesama dan melarang berbuat berbuat
kerusakan.
Allah
ta’ala berfirman:
وَلاَ تُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ
بَعْدَ إِصْلاَحِهَا.
“Dan janganlah kamu
membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya.” (QS. Al A’raf [7]: 56).
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ.
“Dan tiadalah kami mengutus kamu
(Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” ( QS.
Al-A’raf[21]:107).
Rasulullah sallallahu’alaihi wa
sallam bersabda:
إِنَّمَا
يَرْحَمُ اللَّهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ.
“Sesungguhnya Allah hanya akan menyayangi hamba-hamba-Nya
yang penyayang.” (HR.
Bukhari 7448, Thabrani 2353).
Dari jarir bin ‘Abdillah radhiyallahu’anhu dia berkata,
Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَرْحَمُ اللَّهُ
مَنْ لاَ يَرْحَمُ النَّاسَ.
“Allah tidak akan
menyayangi orang-orang yang tidak menyayangi manusia.” (HR Bukhari 7376, Baihaqi 26).
ارْحَمُوا مَنْ فِي
الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ .
''Sayangilah
siapa pun yang ada di bumi maka akan menyayangimu zat yang ada di langit.” (Tirmidzi
1024, Abu Dawud 4941, dishahihkan syaikh
al-Albani di dalam As-Shahihah 925).
أَنَّ امْرَأَةً بَغِيًّا
رَأَتْ كَلْبًا فِى يَوْمٍ حَارٍّ يُطِيفُ بِبِئْرٍ قَدْ أَدْلَعَ لِسَانَهُ مِنَ
الْعَطَشِ فَنَزَعَتْ لَهُ بِمُوقِهَا فَغُفِرَ لَهَا.
“Ada seorang wanita pezina melihat seekor anjing di hari yang
panasnya begitu terik. Anjing itu menngelilingi sumur tersebut sambil
menjulurkan lidahnya karena kehausan.
Lalu wanita itu melepas sepatunya (lalu menimba air dengannya). Ia pun diampuni
karena amalannya tersebut.” (HR.
Ahmad 10583, Muslim 2245).
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah sallallahu ‘alihi wa
sallam bersabda:
وَتُمِيْطُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ
صَدَقَةٌ.
“Dan kamu membuang gangguan dari jalan adalah sedekah.” (HR. Bukhari 2989, Muslim 1009)
6.
Islam tidak membeda-bedakan asal, warna kulit, suku, daerah,
maupun bangsa.
Islam
melarang mempermasalahkan asal, warna kulit, suku, daerah maupun bangsa.
Allah
ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى
وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ
اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ.
“Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat[49]: 13)
Ath Thabari rahimahullah berkata:“Sesungguhnya yang paling
mulia di antara kalian -wahai manusia- adalah yang paling tinggi takwanya pada
Allah, yaitu dengan menunaikan berbagai kewajiban dan menjauhi maksiat.
Bukanlah yang paling mulia dilihat dari rumahnya yang megah atau berasal dari
keturunan yang mulia.” (Tafsir Ath Thabari, 21:386)
ﻭَﺍﺫْﻛُﺮُﻭﺍ
ﻧِﻌْﻤَﺔَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺇِﺫْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺃَﻋْﺪَﺍﺀً ﻓَﺄَﻟَّﻒَ ﺑَﻴْﻦَ
ﻗُﻠُﻮﺑِﻜُﻢْ ﻓَﺄَﺻْﺒَﺤْﺘُﻢْ ﺑِﻨِﻌْﻤَﺘِﻪِ ﺇِﺧْﻮَﺍﻧًﺎ.
“Ingatlah
akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara.”
(QS. Ali Imran[3]: 103)
Jabir bin ‘Abdillah radhiallahu ‘anhu,ia
berkata:
ﻛُﻨَّﺎ
ﻣَﻊَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻰِّ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓِﻰ ﻏَﺰَﺍﺓٍ ﻓَﻜَﺴَﻊَ ﺭَﺟُﻞٌ ﻣِﻦَ
ﺍﻟْﻤُﻬَﺎﺟِﺮِﻳﻦَ ﺭَﺟُﻼً ﻣِﻦَ ﺍﻷَﻧْﺼَﺎﺭِ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺍﻷَﻧْﺼَﺎﺭِﻯُّ ﻳَﺎ ﻟَﻸَﻧْﺼَﺎﺭِ
ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺍﻟْﻤُﻬَﺎﺟِﺮِﻯُّ ﻳَﺎ ﻟَﻠْﻤُﻬَﺎﺟِﺮِﻳﻦَ . ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ
ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ, ﻣَﺎ ﺑَﺎﻝُ ﺩَﻋْﻮَﻯ ﺍﻟْﺠَﺎﻫِﻠِﻴَّﺔِ , ﻗَﺎﻟُﻮﺍ
ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻛَﺴَﻊَ ﺭَﺟُﻞٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤُﻬَﺎﺟِﺮِﻳﻦَ ﺭَﺟُﻼً ﻣِﻦَ ﺍﻷَﻧْﺼَﺎﺭِ .
ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺩَﻋُﻮﻫَﺎ ﻓَﺈِﻧَّﻬَﺎ ﻣُﻨْﺘِﻨَﺔٌ.
”Dahulu
kami pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di Gaza, Lalu ada seorang
laki-laki dari kaum Muhajirin yang memukul pantat seorang lelaki dari kaum
Anshar. Maka orang Anshar tadi pun berteriak: ‘Wahai orang Anshar (tolong
aku).’ Orang Muhajirin tersebut pun berteriak: ‘Wahai orang muhajirin (tolong
aku).’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Seruan
Jahiliyyah macam apa ini?!.’ Mereka berkata: ‘Wahai Rasulullah, seorang
muhajirin telah memukul pantat seorang dari kaum Anshar.’ Beliau bersabda:
‘Tinggalkan hal itu, karena hal itu adalah buruk. ” (HR. Bukhari 4905, Muslim 2584)
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ، أَلَا إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ، وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ،
أَلَا لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى عَجَمِيٍّ، وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ،
وَلَا أَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ، وَلَا أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ، إِلَّا
بِالتَّقْوَى.
“Wahai sekalian manusia!
Tuhan kalian satu, dan ayah kalian satu (Nabi Adam). Ingatlah. Tidak ada
kelebihan bagi orang Arab atas orang Ajam (non-Arab) dan bagi orang ajam atas
orang Arab, tidak ada kelebihan bagi orang berkulit merah atas orang berkulit
hitam, bagi orang berkulit hitam atas orang berkulit merah kecuali dengan
ketakwaan.” (HR. Ahmad 23489, Baihaqi 4774, dishahihkan Syaikh al-Albani
di dalam As-Shahihah 2700).
7.
Islam memerintahkan berbuat adil.
Adil
adalah menyamakan yang sama membedakan yang beda, bukan menyamakan secara
mutlak.
Allah
ta’ala berfirman:
اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ.
“Berlaku adillah,
karena (adil itu) lebih dekat kepada takwa.” (QS.
Al-Maidah[5]: 8)
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ .
“Sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan. (QS.
An-Nahl [16]: 90)
Keadilan yang diterapkan
pada keluarga, masyarakat dan Negara akan membawa kepada kedamaian,
ketentraman, kemakmuran dan kesejahteraan.
إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللهِ
عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ، عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ، وَكِلْتَا
يَدَيْهِ يَمِينٌ، الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا
وَلُوا.
“Sesungguhnya
orang-orang yang berbuat adil akan berada di atas mimbar-mimbar cahaya di sisi kanan Arrahman: dan kedua tangan Allah kanan, (yaitu) orang-orang yang berlaku adil dalam hukum,
dan keluarga serta apa yang mereka pimpin.” (HR. Muslim
1827, Ibnu Abi Syaibah 34035).
Sragen 24-12-2022
Junaedi Abdullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar