sebelum kita membahas tentang subhat masalah bid'ah ini ada baiknya kita kita membahas bagaimana kita bisa terhindar dari bid'ah, diantaranya yaitu:
1. Ikhlas di dalam menjalankan ibadah kepada Allah ta’ala.
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ.
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. Al Bayyinah[75]:5
Ini merupakan pondasi setiap ibadah seseorang, karena jika seseorang itu ikhlas tak ada yang akan di lakukan pada ibadahnya kecuali dirinya akan cinta, taat, tunduk berharap agar diterima ibadahnya, dan tidak ada yang lain selain melaksanakan perintah dengan sebaik-baiknya, menjahui sejauh-jauhnya dari mengada-ada di dalam tatacara beribadah yang tak ada perintah dari Allah dan RasulNya. Dengan demikian Allah akan menyelamatkan hamba-hambanya yang shalih dari syaitan lantaran ke ikhlasanya. Adapun pelaku bid'ah pada dasarnya tidak ikhlas karena telah menjalankan ibadah yang tidak di perintah Allah dan RasulNya.
2. Ittiba’ (mengikuti) dan menjadikan Rasulullah sallallahu ‘alahi wa sallam sebagai suri teladan di dalam hidupnya. Allah ta'ala berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ الَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو الَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ الَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. QS Al Azab[33]:21.
Kewajiban kita mempelajari kehidupanNya, mencintaiNya, membenarkan apa yang di beritakan, mengamalkan apa yang di perintahkan, meninggalkan apa yang di larang, tidak beribadah kecuali apa yang di syariatkan Beliau sallallahu ‘alaihi wa sallam. (Lihat Kitab Tauhid : makna Syahadatain oleh Syaikh Dr Salih bin Fauzan Al Fauzan) ini juga Allah sebutkan di dalam surat Al Hasyr:7.
Adapun SunnahNya bisa ucapan, perbuatan, taqrir (apa yang didiamkan dan di benarkan ) Rasullullah sallallahu ‘alaihi wa sallam. Perbuatan bid'ah hukumnya apa....?
Karena tidak di contohkan oleh Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam sehingga yg muncul adalah kerancuan.
3. Menjadikan Sahabat sebagai tolak ukur setelah Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam menerapkan agama ini, para sahabat manusia pilihan yang telah di muliakan Allah ta’ala sebagai generasi yang akan diikuti generasi setelahnya, mereka memiliki keutamaan yang tidak dimiliki oleh generasi setelahnya, dan telah mendapatkan keridhan Allah ta’ala.
وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ.
Orang-orang terdahulu lagi yang pertama-tama dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha pada mereka dan merekapun ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya itulah kemenangan yang besar QS At Taubah[9]: 100.
Banyak contoh mengenai ketaatan mereka kepada Allah dan RasulNya, diantaranya saat di anjurkan berinfak pada perang tabuk, perintah hijab, pada QS An Nur 31[24]: 31, begitu pula cepatnya mereka meninggalkan larangan, seperti hadis riwayat Bukhari dari sahabat Annas bin Malik tentang larangan khamer, bagaimana kecintaan mereka pada Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam, sebagaiman kisah Hubaib saat menjelang di salib dan masih banyak sekali.
4. Meyakini islam adalah agama yang telah sempurna.
Di antara nikmat terbesar yang Allah Subhanahu wa Ta’ala anugerahkan kepada umat ini adalah disempurnakannya agama ini sebagaimana dalam firman-Nya:
ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَـٰمَ دِينً.
Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. QS Al Maidah[5]:3
Dengan keyakinan ini, sesuatu jika telah dikatakan sempurna tidak membutuhkan tambahan, yang ada hanyalah pelaksanaan.
5. Mengambil ibrah atas kebinasaan umat-umat terdahulu di karenakan banyak menyelisihi para nabinya.
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللهِ .
Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah. QS At Taubah[9]: 31
Rasulullah sallallahu ‘alahi wa sallam meluruskan Adi bin Hatim ketika memahami ayat di atas penyembahan itu jika seseorang melakukan sujud ataupun rukuk, tetapi apa yang di halalkan Allah kemudian di haramkan, apa yang di haramkan Allah kemudian di halalkan. HR Tirmidzi Lihat Fathul Majid hal. 109.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَتَتْبَعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا شِبْرًا وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
Sungguh, engkau akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum kalian, sehasta demi sehasta, sejengkal demi sejengkal, hingga kalaulah mereka masuk liang biawak, niscaya kalian mengikuti mereka. Kami bertanya, Wahai Rasulullah,apakah Yahudi dan nasranikah? Nabi menjawab: Siapa lagi kalau bukan mereka? HR.Bukhari 6775 Muslim 2669.
Demikianlah semoga kita senantiasa menjalankan sunnahNya dan menjahui bid'ahNya.
Aamiin.
Abu Ibrahim.
Dari lima kaedah ini dengan ijin Allah ta’ala kita
akan kupas subhat yang ada, namun kita mengetahui terlebih
dahulu. pengertian bid’ah secara bahasa adalah sesuatu yang baru, sebagaimana
firman Allah Ta’ala:
بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
“Allah Pencipta
langit dan bumi.” (QS. Al Baqarah [2] : 117
Adapun menurut Istilah
: yang paling bagus
adalah definisi yang dikemukakan oleh Al Imam Asy Syatibi dalam Al I’tishom.
Beliau mengatakan bahwa bid’ah adalah:
عِبَارَةٌ
عَنْ طَرِيْقَةٍ فِي الدِّيْنِ مُخْتَرَعَةٍ تُضَاهِي الشَّرْعِيَّةَ يُقْصَدُ
بِالسُّلُوْكِ عَلَيْهَا المُبَالَغَةُ فِي التَّعَبُدِ للهِ سُبْحَانَهُ
Suatu istilah untuk
suatu jalan dalam agama yang dibuat-buat yang menyerupai syari’at, yang dimaksudkan
ketika menempuhnya adalah untuk berlebih-lebihan dalam beribadah kepada Allah
Ta’ala. “Kitab I’tisham karya Imam Abu Ishaq as-Syathibi.”
Dari
sini pelaku bid’ah mereka seakan-akan melaksanakan syari’at, namun pada hakekatnya mereka
menyelisihi syari’at, karena yang dilakukan bukan bagian dari syari’at, dan ini
sangat banyak sekali, dan seiring bertambahnya akal manusia maka bertambah pula
bid’ah-bid’ah yang mereka sandarkan pada agama, beraneka ragam serta
berbeda-beda dari tempat satu dengan tempat yang lain, begitu pula akan
memenuhi bumi-numi Allah yang kosong dari bid’ah, dan tidak dapat di
tanggulangi kecuali dengan manhaj dan ilmu yang benar, Allahu musta’an.
Subhat pertama: memandang bolehnya seseorang membuat
kreasi, inovasi, atau tatacara baru di dalam agama dengan dalih para sahabat
juga melakukannya, diantaranya:
- Bilal
yang menjalankan shalat setelah wadhu, (Fatul Bari 111/276).
- Sahabat
yang shalat dengan bacaan “wal hamdulillahi hamdan katsiran tayyiban mubarakan
fiih ( sahih Muslim 1:419).
- Sahabat
yang shalat tidak pernah meninggalkan surat Al Ikhlas. (ada yang mengatakan bernama
Qatadah bin Nu’man)
- Sahabat
yang merukyah dengan membaca Al Fatikhah. (HR Bukhari).
Sebagaimana Rasulullah mentaqrir
(membenarkan atau mendiamkan) para sahabat, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa
sallam juga meluruskan mereka, inilah yang tidak di sebutkan orang-orang yang
menyukai perbuatan bid’ah. Diantaranya:
-
Tiga sahabat yang mendatangi Aisyah dan bertanya tentang ibadah Rasulullah. (HR
Bukhari dan Muslim).
-
Berqurban sebelum shalat Id.
- Meminta
dibuatkan Dzatu anwath.
اجْعَلْ لَنَا ذَاتَ أَنْوَاطٍ كَمَا لَهُمْ ذَاتُ أَنْوَاطٍ.
فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى
الله عليه وسلم- « سُبْحَانَ اللَّهِ هَذَا كَمَا قَالَ قَوْمُ مُوسَى..
Wahai Rasulullah! Buatkanlah untuk kami Dzatu
Anwath (tempat menggantungkan senjata) sebagaimana mereka memiliki Dzatu
Anwath.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Subhanallah!
Sebagaimana yang dikatakan oleh kaum Musa: HRTirmidzi 2180.
Orang
yang melakukan bid’ah mereka lupa bahwa para sahabat mereka manusia pilihan
yang di naungi oleh wahyu, mereka di keluarkan untuk generasi berikutnya, sehingga
mereka akan di tegur Allah melalui RasulNya jika mereka keliru, Allah ta’ala
berfirman:
كُنتُمْ
خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ
عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ
خَيْرًا لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah.” QS
Al Imran[3]:110.
Dari apa yang di
biarkan Rasulullah dan apa yang di larang, menunjukkan jelas mereka berada
dalam naungan wahyu, lalu kita bandingkan keadaan orang-orang sekarang siapakah
yang akan menjamin mereka bahwa mereka berada didalam kebenaran…? Tidak lain
mereka seperti yang di firmankan Allah:
وَمَا يَتَّبِعُ أَكْثَرُهُمْ إِلَّا ظَنًّا إِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ.
Dan kebanyakan
mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu
tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang mereka kerjakan QS Yunus[10]:36.
Subhat kedua: Apa yang di ucapkan Umar ibnul khatab masalah shalat tarwih “ senikmat-nikmat bid’ah adalah ini”, dengan ucapan ini dianggap bolehnya melakukan bid’ah.
Subhat kedua: Apa yang di ucapkan Umar ibnul khatab masalah shalat tarwih “ senikmat-nikmat bid’ah adalah ini”, dengan ucapan ini dianggap bolehnya melakukan bid’ah.
Jawab
: bahwa sesuatu di anggap sesuai dengan hakekatnya, karena hakekatnya
amalan tersebut telah di lakukan pada jaman Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam,
hanya beliau kuatir seandainya hal tersebut menjadi di wajibkan sehingga beliau
tinggalkan, dengan demikian perkaranya jelas amalan tersebut bukanlah bid’ah.
Subhat
ketiga: adzan dua kali pada jaman Usman bin afwan
radiallahu ‘anhu, bukankan itu juga tidak di lakukan pada jaman Rasulullah
sallallahu alaihi wa sallam.
Jawab: Adzan dua kali yang
memerintahkan adalah Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu, Beliau radhiyallahu ‘anhu adalah orang yang
bertaqwa, zuhud, dermawan, yang syahid, sehingga malaikat saja malu kepadanya,
bahkan Beliau telah di jamin masuk syurga, Beliau memandang orang-orang semakin
banyak sehingga Utsman menambahkan adzan yang ke dua yaitu di zauro.Dalam hal
ini Ijtihad beliau sama sekali tidak mengurangi kedudukanNya,Sudah menjadi kesepakatan di dalam aqidah ahlu sunnah wal jamaah bahwa selain Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam tidak ada yang maksum. (lihat “Mujmal usul ahlu sunnah wal jama’ah fil aqidah” Dr. Nashir Ibn Abdul karim Al ‘Aql).
Ijtihad beliau ini kalau mau di jadikan dalil bukan dalil yang mutlak, karena sahabat yang lain, seperti Ali bin abi Thalib radhiyallahu ‘anhu ketika berada di kuffah, Beliau hanya mengamalkan yang disunahkan Rasulullah dan meninggalkan ijtihadnya Utsman bin Affan. Demikian pula Abdullah bin Umar (Lihat kitab Al-Ajwibah An-Nafi’ah Karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani).
Di sisni terdapat pelajaran penting, Usman bin Affan yang beliau telah di jamin syurga dan memiliki keutamaan seperti di atas, tidak di jadikan panutan mutlak oleh sahabat yang lain, bagaimana dengan orang yang memiliki derajad dibawah Usman bin Affan di jadikan panutan setiap ijtihadnya secara mutlak…?, Karena kita dapati berbagai perbedaan muncul diantaranya karena hasil ijtid para imam, mereka lebih suka mengikuti imam meskipun telah nyata shahih ari Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam, sampai sampai Ibnu Abas berkata:
فَقَالَ:
يَعْنِي ابْنَ عَبَّاسٍ: أَرَاهُمْ سَيَهْلِكُونَ، أَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَيَقُولُ: قَالَ أَبُو بَكْرٍ.
“Berkata Ibnu Abbas radiyallahu ‘anhu: “Sungguh aku sangat khawatir
hujan batu akan menimpa kalian, aku mengatakan: “Telah berkata Rasulullah”,
sedangkan kalian mengatakan: “Telah berkata Abu Bakar dan Umar.” HR Ahmad dan
lainnya, dan di sahihkan Ahmad Syakir. Para imam madzhab mereka sepakat akan hal ini, yaitu mengikuti Sunnah nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam apa bila telah jelas dalil dari Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam. (Lihat “sifat shalat nabi “ karya Syaikh Nasrudin Al Bani).
Subhat
keempat: pengumpulan Al Qur’an, karena di jaman Nabi belum
di kumpulkan bukankah itu juga bid’ah.
Jawab:
ada tiga fase dalam masalah ini:
Pertama
pada jaman Rasulullah sallallahu ‘alahi wa sallam dan Al Quran masih di tulis
di berbagai tempat, daun, kulit dan lain-lain karena banyaknya penghapal dan
sedikitnya penulis.
Kedua
merupakan ijtihad Umar karena kuatir setelah perang Yamamah para qari’ mereka
banyak yang terbunuh seperti salim maula Abu khudaifah. Kemudian Umar
mendatangi Abu Bakar dan Beliau menolak sehingga Allah bukakkan hati Abu Bakar.
Ketiga
pada masa Usman bin Affan, tahun 25 hijriah, di sebabkan banyak yang berselisih. (Lihat “usul fi tafsir”
syaikh Muhammad Shalih Al ‘Ustaimin
Rahimahullah)
Yang perlu di garis bawahi adakah para sahabat
yang menyelisihi hal ini…? Jika tidak ijtihad ini adalah ijtihad yang benar,
bahkan telah di isyaratkan oleh Al Quran sendiri di dalam firman Allah ta’ala:
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ.
"Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada
keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. QS. Al Baqarah[2]:2.
Tidak dikatakan kitab kecuali
tumpukan dari beberapa lembaran.
Subhat kelima: pembolehan mengkususkan surat
sebagaiman yang di lakukan sahabat Qatadah bin Nu’man dengan Al Ikhlas,
sehingga yasinan 3 hari, 7 hari, 40 hari, dan seterusnya bukan hal bid’ah.
Kalaupun itu ada persamaan dengan apa yang dilakukan orang hindu, mereka
tidaklah membaca yasin, dan tahlil, serupa tidak
mesti sama, Sebagaimana
Rasulullah beliau bertanya tentang puasanya orang Yahudi, maka Beliau
sallallahu ‘alahi wa sallam berpuasa yang mirip dengan mereka namun tidaklah
bisa dikatakan mengikuti mereka. HR. Muslim 1163
Jawab:
pertama: kita telah jelaskan kalau sahabat mereka adalah orang-orang
yang telah dinaungi wahyu melalui Rasulnya, apa bila benar akan di kabarkan pada
mereka atau di diamkan, begitu pula jika salah mereka akan di larang ataupun di
luruskan, siapa yang memberi jaminan
mereka para pelaku bid’ah ini pada kebenaran…? Ataukah justru mereka
pada kesesatan….? Tidak lain dan tidak bukan mereka tidak berdiri diatas hujah
yang stiqah, sehingga yang ada justru ayat dan hadis yang mengancam akan
perbuatan ini sebagaimana ayat dan hadis
di bawah nanti.
kedua
: perlu di ketahui bahwa Rasulullah melakukan puasa
As Syura bukan hanya di madinah akan tetapi semenjak di makkah, Aisyah
menuturkan: “Dahulu orang Quraisy berpuasa A’syura pada masa jahiliyyah. Dan
Nabi-pun berpuasa ‘Asyura pada masa jahiliyyah..” HR.Bukhari 2002 Muslim 1125,
hal ini bukanlah dalil amalan Rasulullah ikut-ikutan terhadap orang-orang
Yahudi kemudian di pakai untuk tidak mempermasalahkan orang yang Yasinan 3
hari, 7hari, 40hari, dan seterusnya.
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ
وَالنَّصَارَى. فَإِذَا كَانَ
الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ
شَاءَ
اللَّهُ
– صُمْنَا
الْيَوْمَ التَّاسِعَ
Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma berkata bahwa
ketika Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melakukan puasa hari ’Asyura dan
memerintahkan kaum muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang berkata,
“Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan
Nashrani.” Lantas beliau mengatakan,“Apabila tiba tahun depan insya Allah kita
akan berpuasa pada hari kesembilan.” Ibnu Abbas mengatakan,
فَلَمْ
يَأْتِ
الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى
تُوُفِّىَ رَسُولُ
اللَّهِ
-صلى
الله
عليه
وسلم-.
“Belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu
’alaihi wa sallam sudah keburu meninggal dunia.” HR. Muslim 1134
Ketiga: kalau Rasulullah memerintahkan puasa pada hari ke sembilan
mereka menganggab ini mirip apa yang dilakukan Yahudi, kemudian mereka
memutuskan tidak apa-apa mereka menyerupai agama hindu karena mereka tidak ada
tahlil dan yasin sebagaimana amalan Rasulullah mirip dengan Yahudi, lantas
Rasulullah itu siapa dan mereka itu siapa…? Adapun Rasulullah sallallahu
‘alaihi w sallam sebagaimana Allah ta’ala sebutkan:
وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ . إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ.
“Dan Tiadalah yang diucapkannya itu menurut
kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”. Q.S An Najm [53]: 3-4
Adapun mereka sangkaan saja seperti
firman Allah ta’ala:
وإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِي الأَرْضِ
يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ اللّهِ إِن يَتَّبِعُونَ إِلاَّ الظَّنَّ
“Seandainya
kalian mengikuti kebanyakan orang di muka bumi, sungguh mereka akan menyesatkan
kalian dari jalan Allah mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangkaan saja.“
Qs Al An’am[6]:116
Siapapun yang mentaati Allah dan
RasulNya dengan pemahaman sebagaimana yang di pahami sahabat, lebih selamat dan
Allah jamin syurga, sebagaimana pada QS At Taubah[9]:100. Dan tidak ada jaminan
bagi mengikuti berbagai bid’ah yang ada justru yang ada adalah ancaman dengan
Neraka.
Adapun perintah supaya kita mentaati
Allah dan rasulNya begitu pula sahabat sangat banyak.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ
تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ
تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا.
Hai orang-orang yang beriman, taatilah
Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika
kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.QS. An-Nisa[4]:59.
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ
حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي
أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada
hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara
yang mereka perselisihkan, Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka
sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuhnya.QS. An-Nisaa[4]: 65.
وَمَا
آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا ۚ
وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka
terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. QS. Al Hasyr [59]:7
فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلَّا
الضَّلَالُ ۖ فَأَنَّىٰ تُصْرَفُون
Maka tidak ada sesudah
kebenaran itu, melainkan kesesatan. bagaimana kamu dipalingkan? QS
Yunus[10]:32.
فَلْيَحْذَرِ
الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ
عَذَابٌ أَلِيمٌ
maka hendaklah orang-orang yang menyalahi
perintah Rasul-Nya takut akan mendapat cobaan atau ditimpa azab yang pedih. QS
An Nur[24]:63.
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah
berkata, “Maksud dari menyelisihi perintah rasulullah sallallahu ‘alahi wa sallam,ialah menyelisihi jalanNya,
manhajNya, thariqahNya, sunnahNya, dan syariatNya, Maka dari itu, semua ucapan dan perbuatan
wajib ditimbang dengan ucapan dan perbuatan beliau sallallahu ‘alaihi wa
sallam, apabila sesuai dengan ucapan dan perbuatan beliau, diterima, dan
apabila berbeda atau menyelisihinya, tertolak dan kembali kepada pengucap dan
pelakunya, siapa pun dia.”
Sebagaimana Allah firmankan pada QS An
Nisa[4]:115.
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ
الْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّىٰ
وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا.
Dan barangsiapa
yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang
bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang
telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam dan Jahannam itu
seburuk-buruknya tempat kembali. QS. An
Nisa[4]:115.
مَا
بَقِيَ شَيْءٌ يُقْرِّبُ مِنَ الْجَنَّةِ وَ يُبَاعِدُ مِنَ الْنَّارِ إِلاَّ وَ
قَدْ بُيِّنَ لَكُم . قال الألباني في
" السلسلة الصحيحة " 4 / 416 : صحيح
“Tidaklah tersisa suatu perkara yang dapat mendekatkan ke surga dan
menjauhkan diri dari neraka kecuali telah dijelaskan (Nabi Shallallahu
‘alaihi wa Sallam ) kepada kalian” HR. At Tabrani berkata syaikh Al Bani di Silsillah As Sahihah 4/416: Sahih.
Rasulullah Sallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
عن أبي هريرة رضي الله قال : سمعت رسول الله صلى
الله عليه وآله وسلم يقول مانهيتكم عنه فاجتنبوه وما أمرتكم به فأتوا منه ما
استطعتم فإنما أهلك الذين من قبلكم كثرة مسائلهم واختلافهم على أنبيائهم. رواه البخاري ومسلم
Dari Abu Hurairah radiallahu 'anhu Dia berkata
saya telah mendengar Rasulullah ` bersabda: “ Apa yang aku larang hendaknya
kalian menjahuinya apa yang aku perintahkan, hendaklah kalian laksanakan
semampu kalian sesungguhnya kehancuran orang-orang sebelum kalian adalah karena
mereka banyak bertanya,dan menyelisihi nabi-nabi mereka”. HR Bukhari 7288,
Muslim 1337.
Demikianlah semoga Allah membuka hati siapa saja yang selama ini terjerumus kedalam berbagai macam bid'ah. Amin.
Semoga bermanfaat
Sragen 01-10-2016.
Di Susun Oleh: Abu Ibrahim Junaedi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar