Pembicara: Ustad Aris Sugiantoro
(hafidzahullah).
Mukadimah:
Setelah nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi
wa sallam tidak ada lagi nabi, yang ada adalah ulama, oleh karena itu ulama
merupakan pewaris para nabi, sebagaimana sabda Rasulullallah sallallahu ‘alaihi
wa sallam:
إن الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ
اْلأَنْبِيَاءِ، إِنَّ اْلأَنْبِياَءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْناَرًا وَلاَ
دِرْهَماً إِنَّمَا وَرَّثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ فَقَدْ أَخَذَ
بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh
para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan
ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang
banyak.” Tirmidzi, Ahmad, Ad-Darimi, Abu Dawud. Dishahihkan oleh
Al-Albani.
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam membawa hartanya
saat haji wada’ dengan jumlah 100 ekor onta, untuk di hadiahkan, oleh karena
itu Beliau tidak mewariskan apapun kepada anak-anaknya
Siapakah sebenarnya yang
di maksud ulama pewaris nabi salallahu ‘alaihi wasallam, yang mereka mewarisi
berupa:
Ilmu, ibadah, dakwah, akhlaq, manhaj dan seluruh
yang berkaitan dengan hidupnya Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam.
Oleh karena itu
seandainya ada seorang yang di lakobi ulama kok hidupnya jauh dari kehidupan
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak bisa dikatakan sebagai ulama
rabbani, ulama yang sesungguhnya.
Penting bagi para
penuntut ilmu mempelajari kehidupan rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam,
supaya bisa mencontoh beliau.
Ilmu memiliki adab
(etika) yang harus ada pada penuntut ilmu, baik wajib ataupun sunnah, adab yang
harus di miliki penuntut ilmu adalah:
- Ikhlas karena Allah, karena ilmu di ambil dari Allah dan RasulNya, ketika kita ikhlas ilmu baru bisa di pelajari, supaya orang yang menuntut ilmu bukan karena harta, jabatan, kedudukan atau semisalnya.
Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لَا
يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنْ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ
الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَعْنِي رِيحَهَا
Barangsiapa mempelajari suatu ilmu yg seharusnya karena
Allah Azza Wa Jalla, namun ia tak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan
sebagian dari dunia, maka ia tak akan mendapatkan baunya Surga pada Hari
Kiamat. HR. Abu Daud
3179.
Kalau seseorang belajar perkara dunia dan ingin
mendapatkan dunia itu tidak salah, akan tetapi jika seseorang belajar agama
untuk mendekatkan diri kepada Allah, tapi dia tujuannya mencari dunia itu yang
salah.
Karena menuntut ilmu adalah tujuannya syurga
sebagaimana sabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam:
وَعَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ:وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقًايَلْتَمِسُ فِيْهِ
عِلْمًا,سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا إِلَى الجَنَّةِ
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, sesungguhnya
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa menempuh jalan
untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.” HR
Muslim
Karena tujuannya untuk yang tinggi bukan untuk tujuan
rendah, sehingga ancaman ini sanggat keras bagi seseorang menuntut ilmu untuk
tujuan dunia dia sungguh celaka dan rugi, demikian juga ilmunya tidak di
berkahi.
2.
Hendaknya dia
niatkan menuntut ilmu hanya menjalankan perintah Allah ta’ala, karena Allah
subhanahu wa ta’ala yang memerintahkan.
Allah ta’ala
berfirman:
فَٱعْلَمْ
أَنَّهُۥ
لَا إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَٱسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ
Maka
ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak) melainkan Allah dan
mohonlah ampunan bagi dosamu QS. Muhammad[47]:19
Allah
memulai supaya berilmu sebelum beramal.
هَلْ يَسْتَوِي
الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو
الألْبَابِ
Apakah
sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu? Sesungguhnya
hanya orang yang berakallah yang bisa mengambil pelajaran. QS. Az-Zumar[39]: 9.
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ
أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
Allah
akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan
orang-orang yang berilmu beberapa derajat. QS. Al Mujadilah[58]: 11.
Tidak
tersembunyi lagi bahwa realita seperti ini, berapa banyak orang yang tidak
punya asal usul keturunan, bukan keturun Qurais, bukan juga bangsa arab, status
sosialnya rendah kemudian Allah angkat, seperti Sahabat Bilal, dia seorang
budak yang berkulit hitam dari Afrika kemudian di merdekakan Abu Bakar,
kemudian menjadi orang yang mulia,
bahkan Rasululah mendengar sandalnya di Syurga, ada juga orang yang cacat
menjadi seorang ulama ahlul hadis.
Ada
bait syair yang mengatakan ” ilmu itu akan mengangkat satu rumah yang ndak ada
tiangnya,” maksudnya menjadikan terkenal pemiliknya, orang orang akan
berdatangan padanya, sedangkan “
kebodohan akan menghancurkan rumah yang mulia lagi megah ” karena yang punya
tidak punya ilmu dan bodoh, maka rumah itu akan hancur dan akan binasa,” ini
logika perkataan diatas.
Kewajiban
seseorang hendaknya memperhatikan untuk mencari ilmu, dan mengerahkan tenaganya
untuk mencari illmu tanpa putus asa, tanpa bosan dan capek,sebagaimana dahulu
salafussolih radiallahu ta’ala anhum ajma’in, mereka bergadang malam di dalam
mencari ilmu, padahal lampu-lampu ketika itu tidak terang, hanya dari minyak,
sebagaimana imam Bukhari, menyusun kitabnya “sahih Bukhari” belasan tahun,
beliau tidak meletakkan satu hadis kecuali beliau wudhu’ dan shalat istikharah
dua rekaat.
Begitu
juga imam Ahmad menghafal satu juta hadis namun yang di taruh di dalam kitab
musnadnya hanya ribuan, kita lihat para ulama kita mereka tidak bosan dan
memiliki semangat luar biasa, seperti itu juga seorang penuntut ilmu hendaknya
tidak bosan, pelan-pelan semangat, jangan sampai semangatnya luntur.
Dahulu
para salafussolih kondisinya kekurangan blm ada kertas putih seperti sekarang,
terkadang yang di pakai menulis adalah kardus, syaikh Al Bani yang belum lama
masanya dengan kita seperti itu, menulis dengan kerdus, dengan bekas bungkusan,
beda dengan keadaan kita sekarang, semua mudah, mencari hadis ada di computer,
hp, internet, namun semangatnya berbeda.
- Tekun dan sabar di dalam menuntut ilmu.
Wajib seorang penuntut ilmu untuk tekun ulet
dan sabar, jangan berkata “ saya tidak cocok untuk menuntut ilmu, tidak pantes,
jangan sekali-kali berkata seperti itu, beliau mengatakan karena manusia pada
awal menuntut ilmu itu lemah, di dalam memahami, menghapal lemah, coba lihat
pohon kurma, nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan seorang mukmin seperti
pohon kurma, dari lemah, lama-kelamaan menjadi kuat kokoh, hingga seratus
tahun, seorang mukmin juga seperti itu semua bisa memberi bermanfaat.
Pada
jaman sekarang orang yang menuntut ilmu layaknya seprti seorang alim, mengarang
buku, mengarang kitab, meringkas kitabnya para ulama, segala sesuatu kalau
belum mampu jangan seperti itu, karena makanan kalau belum masak akan
membahayakan kita dan orang lain.
- Dengan ilmu itu meniatkan untuk mengangkat kebodohan dari dirinya.
Karena kita diminta untuk mempelajari ilmu.
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين
“Barangsiapa yang dikehendaki
kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkannya dalam urusan agama.” HR. Bukhari 71 Muslim 1037.
Perkara-perkara
agama masih banyak yang belum kita ketahui, supaya kita ketahui bagaimana hukum
shalat, bagaimana sifat shalat Rusulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam, bagaimana
sifat wudhu’ Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam, kita belum tahu, kita
belajar supaya tahu, oleh karena itu ilmu akan mengangkat kebodohan yang ada
pada diri kita sendiri.
- Hendaknya kamu menuntut ilmu meniatkan untuk mengangkat kebodohan dari orang lain.
Kalau kita sudah berilmu, kita mendakwahkan,
dari orang tua kita, memberi nasehat kepada istri kita, anak kita, keluarga
kita, Allah perintahkan RsulNya memberi peringatan kepada orang yang dekat:
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ
Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang
dekat' QS Asy Syu'ara`[26]: 214.
Berkata imam Ahmad ” ilmu tidak bisa ditandingi
oleh amalan yang lain dengan syarat benar niatnya.” Kemudian murid-muridnya
bertanya, “ ya imam niat yang benar itu seperti apa” beliau menjawab, “
hendaknya meniatkan dengan menuntut ilmu untuk mengangkat kebodohan yang ada
pada dirinya dan juga orang lain.”
- Hendaknya didalam menuntut ilmu untuk menjaga syariat islam.
Sedangkan menjaga syariat
islam ini hukumnya wajib bagi kaum muslimin, yang menjaganya adalah
laki-laki, satu negri itu akan hidup apa
bila ada orang alim, seperti di Bagdad ada imam Ahmad, ada Yahya ibnu Main, seperti juga di qasim ada syikh Utsaimin,
sebelumnya ada Syaikh Abdurrahman Assa’di, yang mana sebelumnya tidak di
ketahui, ketika ada orang alimnya tempat tersebut menjadi hidup.
7.
Hendaknya
seseorang menuntut ilmu berniat untuk melindungi syariat.
Seandainya kita di serang
ahli bid’ah, seorang penuntut ilmu wajib melindungi syariat islam, apa bila di
masjid ini kita memiliki perpustakaan, ada Al Qur’an, ada kitab-kitabnya tapi
tidak ada yang bisa membaca, kemudian datang ahli bid’ah ingin membawa
kebid’ahannya, karena orang-orang tidak bisa membaca kitab, sehingga kita tidak
tahu, bagaimana membantah pelaku bid’ah tersebut, padahal di perpustakaan sudah
ada jawabannya lengkap, oleh karena itu wajib melindungi syariat dari ahli
bid’ah.
- Hendaknya seorang penuntut ilmu berakhlaq dengan akhlaqnya para ulama.
Akhlaq kepada Allah dengan menjalankan ketaatan
kepada Allah, senantiasa bertaubat kepada Allah, berdzikir kepada Allah, kembali kepada Allah,
itu adalah akhlaqnya para ulama, begitu juga berakhlaq kepada hamba-hamba
Allah, kepada manusia, senantiasa memberikan kebaikan kepada orang lain,
membantu orang lain, jadi orang yang pemurah sebagaimana Rasulullah sallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى
Tangan yg di atas lebih baik dari pada tangan yg dibawah HR. Muslim
1715.
وَإِنَّكَ
لَعَلَى خُلُقٍ عَظيم
“Dan sesungguhnya, engkau (Muhammad) benar-benar
memiliki akhlak yang agung” QS Al Qalam [68]: 4.
9.
Hendaknya dia menyebarkan ilmunya
sesuai dengan kemampuan.
Jangan bahil dengan ilmunya, meskipun kita baru bisa
menyampaikan kepada jamaah kita di masjid, seperti kultum tidak mengapa yang
penting benar.
Sampaikan dariku walaupun satu ayat HR.Bukhari 3461.
Tapi ayat yang betul di pahami, kalau ndak kita
mempelajari ya kita salah, satu ilmu lebih baik kita amalkan dari pada banyak
ilmu tapi tidak di amalkan, jangan menjadi orang yang bahil, orang yang bahil
di dalam harta tidak di senangi oleh manusia, demikian juga orang yang bahil
terhadap ilmu juga tidak di cintai oleh manusia.
Ilmu itu akan bertambah jika kita infaqkan, yaitu
dengan diajarkan kepada orang lain, kalau dia tidak mengajarkan ilmunya bisa
berkurang bahkan hilang, inilah keistimewaan ilmu.
10. Hendaknya
seorang penuntut ilmu menempuh jalan terbaik untuk mendapatkan ilmu.
Penuntut ilmu bisa menggunakan metode yang ringkas,
ilmu sekarang mudah, bahasa arab ada, terjemahan juga ada, di internet ada, di
computer juga ada jika di instal maktabah syamilah, tinggal kita mau belajar
apa tidak,mulailah mempelajari buku matan-matan (ringkasan-ringkasan) jangan
baca yang tebal-tebal dulu, seperti utsul tsalasah, kitab tauhid, aqidah
wasitiyah, itu matan-matan yang ringkas pendek dan bagus, kalau itu sudah baru
yang lain.
11. Tidak layak bagi seorang penuntut ilmu, untuk bersaing dengan
ahli dunia.
Seorang penuntut ilmu
menyaingi dunia mereka akan jatuh martabatnya, ahli dunia pakaiannya setiap
hari berganti, kendaraannya setiap tahun berganti, ahli ilmu tidak seperti itu,
ada kemajuan dunia kita menyaingi mereka, jika demikian kita tidak akan
mendapatkan, kata syaikh rahimahullah, “ kalau seorang berilmu menyaingi ahli
dunia atau lebih menang mereka, kalau di hormati bukan karena ilmunya, tapi
karena dunianya. Syaikhul islam Ibnu
Taimiyah rahimahullah beliau berkata “ jadikanlah harta itu seperti keledai
atau kamar mandi, keledai kamu naiki kalau ada perlu, kamar mandi kamu masuki kalau
buang hajad, tidak mungkin mau tidur di kamar mandi, tidak mungkin mau tidur terus
di atas keledai, itu harta dunia.
Oleh karena itu ulama
sekarang terbagi menjadi tiga:
1)
Alimu millah ( seorang betul-betul
berilmu tentang agamannya, dia tidak menginginkan kecuali agamannya supaya
syariat ini menjadi lurus, benar)
2)
Alimu umat ( seorang alim yang
mengikuti umat, jika umat menghendaki seperti ini maka dia akan berfatwa
seperti ini, dia tidak mementinggkan agama, tapi mengikuti umat)
3)
Alimu daulah (orang berilmu tapi
hanya menjadikan tolak ukur Negara, mentaati Negara itu yang paling utama, dia
melihat apa yang butuhkan pemerintah kemudian berfatwa seperti itu).
12. Hendaknya jangan sampai hasad sesama penuntut ilmu.
Hasad adalah akhlaqnya
Yahudi.
Hasad adalah membenci kalau
orang lain mendapat kenikmatan, atau berangan-angan hilangnya nikmat orang
lain.
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لاَ
تَحَاسَدُوْا ، وَلاَ تَنَاجَشُوْا ، وَلاَ تَبَاغَضُوْا ، وَلاَ تَدَابَرُوْا ،
وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ ، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ
إِخْوَانًا ، اَلْـمُسْلِمُ أَخُوْ الْـمُسْلِمِ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jangan kalian
saling mendengki, jangan saling mencari keburukan, jangan saling membenci,
jangan saling membelakangi, janganlah sebagian kalian membeli barang yang
sedang ditawar orang lain, dan hendaklah kalian menjadi hamba-hamba Allâh yang
bersaudara. Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain. HR.Muslim
2564.
Hasad akan memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu
bakar.
13. Jangan bermusuhan dengan orang lain, sesama para penuntut ilmu.
Bermusuhan yang tidak ada alasan yang
syar’I, kalau kita berselisih kita musyawarah, kita saling memberi nasehat,
saling diskusi satu sama yang lain, di dalam masalah ini, dalilnya seperti ini,
itu adalah ciri-ciri penuntut ilmu.
وَلاَتَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا
وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ
“Dan
janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan
hilang kekuatanmu”. QS Al Anfal[8]:46.
Inilah wasiat Syaikh
Utsaimin rahimahullah kepada para penuntut ilmu.
Semoga bermanfaat. Mohon
maaf segala kekurangannya.
Diringkas oleh Abu
Ibrahim
Sragen 31-10-2016
NB. ada penambahan riwayat hadist, penomeran surat, dan juga ayat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar