PENGARUH TEMAN PADA SESEORANG
Berteman dengan orang shalih
Allah ta’ala berfirman:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ.
Wahai
orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar (jujur).” (QS. At-Taubah[9]:119)
الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ
فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ.
“Seseorang itu mengikuti agama teman
dekatnya. Oleh karena itu, hendaknya seseorang di antara kalian memperhatikan
siapa yang dia jadikan teman dekat.” (HR. Abu Dawud, 4833;Tirmidzi, 2378.
Dihasankan oleh Syaikh al-Albani di dalam Shahihu Al-Jami’ 3545).
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ
كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ.
“Permisalan teman yang baik
dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai
besi.” (HR. Bukhari 5534, Muslim 2628).
Ibrahim al-Khawwash rahimahullah
berkata:
دَوَاءُ الْقَلْبِ خَمْسَةُ
أَشْيَاءَ: قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ بِالتَّدَبُّرِ وَخَلَاءُ الْبَطْنِ وَقِيَامُ
اللَّيْلِ وَالتَّضَرُّعُ عِنْدَ السَّحَرِ وَمُجَالَسَةُ الصَّالِحِيْنَ.
“Penawar hati itu ada lima : membaca
al-Qur’an dengan tadabbur (perenungan), kosongnya perut (dengan puasa-pen),
qiyamul lail (shalat malam), berdoa di waktu sahar (waktu akhir malam sebelum
Shubuh), dan duduk bersama orang-orang shalih”. (Al-Adzkar karya Al-Imam
an-Nawawi, hal. 107; Tahqiq: Syu’aib al-Arnauth)
Adapun pengaruh teman baik maupun buruk
tersebut di antaranya:
1. Mendapat
Bimbingan dan Nasihat.
Orang saleh akan membimbing dan
menasihati untuk berbuat baik serta menjauhi maksiat dan hal-hal yang dilarang.
Allah ta’ala berfirman:
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ
أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ.
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki
dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang
lain.” (QS.At-Taubah[9]:71).
Adapun teman yang buruk akan mengajak
kepada keburukan dan maksiat.
الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ ۚ
يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ.
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan,
satu dengan yang lainnya sama. Mereka menyuruh kepada yang munkar dan melarang dari yang ma’ruf.” (QS. At-Taubah[9]:67).
2. Membantu
Memperkuat Agama.
Berteman dengan orang beriman akan
menambah keimanan, sebaliknya akan berkurang jika berteman dengan orang fasik.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
إِنَّ
المُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا, وَشَبَّكَ أَصَابِعَهُ .
“Orang
mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian
menguatkan sebagian yang lain.” Kemudian Rasulullah menjalin jari-jemarinya.
(HR. Bukhari 481, Muslim 2585).
Sedangkan
orang fasik akan melemahkan agama seseorang.
3. Mendapatkan
Doa Kebaikan.
Allah ta’ala berfirman:
وَالَّذِينَ
جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا
الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا
لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ .
Orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan
Ansar) berdoa, “Ya Tuhan kami, ampunilah kami serta saudara-saudara kami yang
telah beriman lebih dahulu daripada kami dan janganlah Engkau jadikan dalam
hati kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami,
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hasyr[59]:10).
وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ.
“Dan mohonkanlah ampun untuk dosamu dan bagi
orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan.” (QS. Muhammad[47]:19).
دَعْوَةُ
الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ
رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لِأَخِيهِ بِخَيْرٍ قَالَ الْمَلَكُ
الْمُوَكَّلُ بِهِ: آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ.
“Doa seorang muslim untuk saudaranya tanpa
sepengetahuannya adalah mustajab. Di sisi kepalanya ada malaikat yang
ditugaskan setiap kali ia mendoakan kebaikan untuk saudaranya, malaikat yang
ditugaskan itu berkata: ‘Aamiin, dan engkau pun mendapatkan seperti itu.” (HR. Muslim 2733).
لاَ
تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا.
أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَىْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا
السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ.
“Kalian tidak akan masuk surga
sampai kalian beriman. Dan kalian tidak akan beriman kecuali sampai kalian
saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian kepada suatu perkara yang
jika kalian melakukannya kalian akan saling mencintai? Maka tebarkanlah salam
di antara kalian.” (HR Muslim 54, Ahmad 10177).
4. Mendapatkan
Naungan Pada Hari Kiamat Karena Saling Menyayangi.
Bersahabat dengan orang shaleh akan
saling menyayangi baik di dunia maupun di akhirat.
Allah ta’ala berfirman:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ
وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ.
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan
orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir,
tetapi berkasih sayang sesama mereka.” (QS. Al-Fath[48]:29).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لاَ
يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِه.
“Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia
mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.” (HR. Bukhari
13, Muslim 45).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ
وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ
تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى.
“Perumpamaan
kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, bagaikan
tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah
tidur atau merasakan demam.” (HR. Muslim 2586, Ahmad 18380).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ
يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ….
وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ.
“Tujuh orang
yang akan mendapatkan naungan ALlah pada hari kiamat yang tidak ada naungan
kecuali orang yang dinaungi Allah,”….”Dua orang yang saling mencintai karena
Allah, keduanya berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah.” (HR Bukhari 660, Muslim 1031).
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ
الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ
لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى
الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ.
“Tiga
hal, barangsiapa memilikinya maka ia akan merasakan manisnya iman, menjadikan
Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya, mencintai seseorang
semata-mata karena Allah, dan benci kembali kepada kekufuran sebagaimana
bencinya ia jika dilempar ke dalam api neraka." (HR. Bukhari 16, Muslim
43).
Adapun orang kafir dan fasik mereka
saling melaknat dan saling mengingkari baik di dunia maupun di akhirat.
اَلْاَخِلَّاءُ يَوْمَىِٕذٍۢ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ
عَدُوٌّ اِلَّا الْمُتَّقِيْنَ .
“Teman-teman akrab pada hari itu saling bermusuhan satu sama
lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zukhruf[43]:67).
5. Mendapatkan
Dampak Kebaikan Dari Perbuatannya.
Seperti orang alim membuat status
yang baik, menulis nasehat, cramah ringkas, berbuat baik maka seseorang akan
turut mendapatkan kebaikkannya.
Sebaliknya orang kafir atau fasik
melakukan perbuatan buruk temannya juga
akan mendapatkan dampak keburukannya.
Misalnya, membuat status keburukan,
pembunuhan, pencurian dan lain-lain.
6. Mendapatkan
Wawasan dan Pengalaman yang baik.
Bergaul dengan orang saleh dapat
memperkaya wawasan dan pengalaman hidup yang bermanfaat.
Seperti cara menyikapi suatu masalah,
memulai berdakwah, atau ketika menghadapi ujian.
Sementara orang kafir dan fasik tak ada
Pelajaran yang dapat diambil kecuali keburukan.
Seperti ketika dapat masalah
menggunakan kekerasan, membunuh ketika diuji pergi dukun dan lainnya.
7. Menularkan
Akhlak Mulia.
Pergaulan dengan orang yang baik akan
membentuk perilaku dan akhlak yang mulia.
Karena akhlak mulia akan tumbuh
dengan cara membiasakan, ketika seseorang terus berkumpul dan menekan gejolak
keburukan jiwanya sedangkan dirinya selalu melihat kebaikan maka lambat laun
dirinya akan mengikuti.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
الْمُؤْمِنُ مَرْآةُ أَخِيهِ إِذَا رَأَى
فِيهَا عَيْبًا أَصْلَحَهُ.
“Seorang
mukmin adalah cermin bagi saudaranya. Jika dia melihat suatu aib pada diri
saudaranya, maka dia memperbaikinya.” (HR. Bukhari, Adabul Mufrad 238,
dihasankan Syaikh al-Albani di dalam Shahihah Adabul MUfrad 177).
Seperti
sahabat Umar bin Khatab dan lainnya.
Sedangkan orang kafir dan fasik akan
menumbuhkan akhlak yang rusak, meskipun pada awalnya akhlak seseorang baik.
Abu
Thalib adalah lelaki yang baik akhlaknya: penyayang, jujur, dan setia menjaga
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Namun pada detik-detik kematiannya:
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
sudah mengajaknya mengucapkan syahadat, tetapi dua tokoh musyrik, Abu Jahl dan
Abdullah bin Abi Umayyah, berkata:
أَتَرْغَبُ عَنْ
مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ.
"Apakah engkau akan meninggalkan agama
Abdul Muththalib?"
Akhirnya
Abu Thalib mengikuti ucapan mereka dan
meninggal di atas agama kaumnya. (Lihat Ar-Rahiqul Makhtum, Syaikh Syafiyurrahman
al-Mubarakfury).
8. Saling
Mengingatkan Dalam Kebaikan.
Mereka akan saling mengingatkan untuk
melakukan kebaikan dan menjauhi larangan.
Allah
ta’ala berfirman:
إِنَّ
الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ . إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ.
“Sesungguhnya
manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-Asar[103]:2-3).
9. Analogi
dengan minyak kasturi sebagai gambaran kebaikan.
Karena semua orang umumnya menyukai minyak
wangi.
Adapun analogi dengan pandai besi karena
pandai besi dapat menjadikan kita bisa terkena cipratan apinya, bau tidak
sedapnya, atau bahkan membakar pakaian kita oleh karena itu kita diperintahkan
agar menjauhi.
10.
Beruntungnya seseorang mendapatkan
teman yang baik.
Sebaliknya betapa ruginya
seseorang mendapatkan teman yang buruk.
Bahkan agama seseorang
dapat dilihat dari siapa yang menjadi temannya.
Betapa indahnya syariat ini
yang memperingatkan agar seseorang bisa mengambil pelajaran untuk keselamatan
di dunia sebelum di akhirat.
Demikianlah semoga
bermanfaat. Aamiin.
-----000-----
Sragen 18-11-2025.
Abu Ibrahim Junaedi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar