Selasa, 18 November 2025

PENGARUH TEMAN PADA SESEORANG

 


PENGARUH TEMAN PADA SESEORANG

 

Berteman dengan orang shalih

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ.

Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur).” (QS. At-Taubah[9]:119)

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ.

“Seseorang itu mengikuti agama teman dekatnya. Oleh karena itu, hendaknya seseorang di antara kalian memperhatikan siapa yang dia jadikan teman dekat.” (HR. Abu Dawud, 4833;Tirmidzi, 2378. Dihasankan oleh Syaikh al-Albani di dalam Shahihu Al-Jami’ 3545).

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ.

“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi.” (HR. Bukhari 5534,  Muslim 2628).

Ibrahim al-Khawwash rahimahullah berkata:

دَوَاءُ الْقَلْبِ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ: قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ بِالتَّدَبُّرِ وَخَلَاءُ الْبَطْنِ وَقِيَامُ اللَّيْلِ وَالتَّضَرُّعُ عِنْدَ السَّحَرِ وَمُجَالَسَةُ الصَّالِحِيْنَ.

“Penawar hati itu ada lima : membaca al-Qur’an dengan tadabbur (perenungan), kosongnya perut (dengan puasa-pen), qiyamul lail (shalat malam), berdoa di waktu sahar (waktu akhir malam sebelum Shubuh), dan duduk bersama orang-orang shalih”. (Al-Adzkar karya Al-Imam an-Nawawi, hal. 107; Tahqiq: Syu’aib al-Arnauth)

Adapun pengaruh teman baik maupun buruk tersebut di antaranya:

 

1.   Mendapat Bimbingan dan Nasihat.

Orang saleh akan membimbing dan menasihati untuk berbuat baik serta menjauhi maksiat dan hal-hal yang dilarang.

Allah ta’ala berfirman:

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ.

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain.” (QS.At-Taubah[9]:71).

Adapun teman yang buruk akan mengajak kepada keburukan dan maksiat.

الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ.


“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lainnya sama. Mereka menyuruh kepada yang munkar dan melarang dari yang ma’ruf.” (QS. At-Taubah[9]:67).

2.   Membantu Memperkuat Agama.

Berteman dengan orang beriman akan menambah keimanan, sebaliknya akan berkurang jika berteman dengan orang fasik.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ المُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا, وَشَبَّكَ أَصَابِعَهُ .

“Orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain.” Kemudian Rasulullah menjalin jari-jemarinya. (HR. Bukhari 481, Muslim 2585).

Sedangkan orang fasik akan melemahkan agama seseorang.

3.   Mendapatkan Doa Kebaikan.

Allah ta’ala berfirman:

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ .

Orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar) berdoa, “Ya Tuhan kami, ampunilah kami serta saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu daripada kami dan janganlah Engkau jadikan dalam hati kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”  (QS. Al-Hasyr[59]:10).

وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ.

“Dan mohonkanlah ampun untuk dosamu dan bagi orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan.” (QS. Muhammad[47]:19).

دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لِأَخِيهِ بِخَيْرٍ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ: آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ.

“Doa seorang muslim untuk saudaranya tanpa sepengetahuannya adalah mustajab. Di sisi kepalanya ada malaikat yang ditugaskan setiap kali ia mendoakan kebaikan untuk saudaranya, malaikat yang ditugaskan itu berkata: ‘Aamiin, dan engkau pun mendapatkan seperti itu.” (HR. Muslim 2733).

لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا. أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَىْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ.

“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman. Dan kalian tidak akan beriman kecuali sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian kepada suatu perkara yang jika kalian melakukannya kalian akan saling mencintai? Maka tebarkanlah salam di antara kalian.” (HR Muslim 54, Ahmad 10177).

4.   Mendapatkan Naungan Pada Hari Kiamat Karena Saling Menyayangi.

Bersahabat dengan orang shaleh akan saling menyayangi baik di dunia maupun di akhirat.

Allah ta’ala berfirman:

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ.

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.” (QS. Al-Fath[48]:29).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِه.

“Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.” (HR. Bukhari 13, Muslim 45).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى.

“Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, bagaikan tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” (HR. Muslim 2586, Ahmad 18380).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ…. وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ.

“Tujuh orang yang akan mendapatkan naungan ALlah pada hari kiamat yang tidak ada naungan kecuali orang yang dinaungi Allah,”….”Dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah.” (HR Bukhari 660, Muslim 1031).

ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا  وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ  وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ.

“Tiga hal, barangsiapa memilikinya maka ia akan merasakan manisnya iman, menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya, mencintai seseorang semata-mata karena Allah, dan benci kembali kepada kekufuran sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke dalam api neraka." (HR. Bukhari 16, Muslim 43).

Adapun orang kafir dan fasik mereka saling melaknat dan saling mengingkari baik di dunia maupun di akhirat.

اَلْاَخِلَّاءُ يَوْمَىِٕذٍۢ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ اِلَّا الْمُتَّقِيْنَ .

“Teman-teman akrab pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zukhruf[43]:67).

5.   Mendapatkan Dampak Kebaikan Dari Perbuatannya.

Seperti orang alim membuat status yang baik, menulis nasehat, cramah ringkas, berbuat baik maka seseorang akan turut mendapatkan kebaikkannya.

Sebaliknya orang kafir atau fasik melakukan perbuatan buruk temannya  juga akan mendapatkan dampak keburukannya.

Misalnya, membuat status keburukan, pembunuhan, pencurian dan lain-lain.

6.   Mendapatkan Wawasan dan Pengalaman yang baik.

Bergaul dengan orang saleh dapat memperkaya wawasan dan pengalaman hidup yang bermanfaat.

Seperti cara menyikapi suatu masalah, memulai berdakwah, atau ketika menghadapi ujian.

Sementara orang kafir dan fasik tak ada Pelajaran yang dapat diambil kecuali keburukan.

Seperti ketika dapat masalah menggunakan kekerasan, membunuh ketika diuji pergi dukun dan lainnya.

7.   Menularkan Akhlak Mulia.

Pergaulan dengan orang yang baik akan membentuk perilaku dan akhlak yang mulia.

Karena akhlak mulia akan tumbuh dengan cara membiasakan, ketika seseorang terus berkumpul dan menekan gejolak keburukan jiwanya sedangkan dirinya selalu melihat kebaikan maka lambat laun dirinya akan mengikuti.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الْمُؤْمِنُ مَرْآةُ أَخِيهِ إِذَا رَأَى فِيهَا عَيْبًا أَصْلَحَهُ.

“Seorang mukmin adalah cermin bagi saudaranya. Jika dia melihat suatu aib pada diri saudaranya, maka dia memperbaikinya.” (HR. Bukhari, Adabul Mufrad 238, dihasankan Syaikh al-Albani di dalam Shahihah Adabul MUfrad 177).

Seperti sahabat Umar bin Khatab dan lainnya.

Sedangkan orang kafir dan fasik akan menumbuhkan akhlak yang rusak, meskipun pada awalnya akhlak seseorang baik.

Abu Thalib adalah lelaki yang baik akhlaknya: penyayang, jujur, dan setia menjaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Namun pada detik-detik kematiannya:

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah mengajaknya mengucapkan syahadat, tetapi dua tokoh musyrik, Abu Jahl dan Abdullah bin Abi Umayyah, berkata:

أَتَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ.

"Apakah engkau akan meninggalkan agama Abdul Muththalib?"

Akhirnya Abu Thalib mengikuti ucapan mereka dan meninggal di atas agama kaumnya. (Lihat Ar-Rahiqul Makhtum, Syaikh Syafiyurrahman al-Mubarakfury).

8.   Saling Mengingatkan Dalam Kebaikan.

Mereka akan saling mengingatkan untuk melakukan kebaikan dan menjauhi larangan.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ . إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ.

“Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-Asar[103]:2-3).

9.   Analogi dengan minyak kasturi sebagai gambaran kebaikan.

Karena semua orang umumnya menyukai minyak wangi.

Adapun analogi dengan pandai besi karena pandai besi dapat menjadikan kita bisa terkena cipratan apinya, bau tidak sedapnya, atau bahkan membakar pakaian kita oleh karena itu kita diperintahkan agar menjauhi.

10.                     Beruntungnya seseorang mendapatkan teman yang baik.

Sebaliknya betapa ruginya seseorang mendapatkan teman yang buruk.

Bahkan agama seseorang dapat dilihat dari siapa yang menjadi temannya.

Betapa indahnya syariat ini yang memperingatkan agar seseorang bisa mengambil pelajaran untuk keselamatan di dunia sebelum di akhirat.

 

Demikianlah semoga bermanfaat. Aamiin.

-----000-----

 

Sragen 18-11-2025.

Abu Ibrahim Junaedi.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENGARUH TEMAN PADA SESEORANG

  PENGARUH TEMAN PADA SESEORANG   Berteman dengan orang shalih Allah ta’ala berfirman: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّ...