Selasa, 08 April 2025

SEPULUH KAIDAH ISTIQAMAH DISERTAI DALIL DAN UCAPAN PARA ULAMA.


عَشْرُ قَوَاعِدَ فِي ٱلِٱسْتِقَامَةِ

مَعَ ٱلْأَدِلَّةِ وَشَرْحِ ٱلْعُلَمَاءِ

 SEPULUH KAIDAH ISTIQAMAH DISERTAI DALIL DAN  PENJELASAN PARA ULAMA 

Muqaddimah

ٱلْـحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ ٱلصَّالِحَاتُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.

أَمَّا بَعْدُ.

Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala amal shalih menjadi sempurna. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada beliau, keluarganya, dan seluruh sahabatnya.

Amma ba‘du.

Istiqamah merupakan satu kalimat yang mencakup.

Oleh karena itu Allah dan Rasul-Nya mememrintahkan agar senantiasa istiqamah.

Allah ta’ala berfirman:

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ.

“Dan istiqamahlah sebagaimana yang diperintahkan kepadamu.” (QS. Hud[11]:112).

Al Baghawi berkata:

أَيِ: اسْتَقِمْ عَلَى دِينِ رَبِّكَ، وَالْعَمَلِ بِهِ، وَالدُّعَاءِ إِلَيْهِ كَمَا أُمِرْتَ.

“istiqamahlah di atas agama Tuhanmu, beramal dengannya, berdoa kepadanya sebagaimana yang diperintahkan kepadamu.” (Tafsir Al-Baghawi, QS. Hud[11]:112).

Dari Abu ‘Amr—ada yang menyebut pula Abu ‘Amrah—Sufyan bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

قُلْتُ يَارَسُوْلَ اللهِ قُلْ لِيْ فِي الإِسْلامِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدَاً غَيْرَكَ؟ قَالَ: “قُلْ آمَنْتُ باللهِ ثُمَّ استَقِمْ” رَوَاهُ مُسْلِمٌ

“Aku berkata: Wahai Rasulullah katakanlah kepadaku suatu perkataan dalam Islam yang aku tidak perlu bertanya tentangnya kepada seorang pun selainmu.” Beliau bersabda, “Katakanlah: aku beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah.” (HR. Muslim 38).

 Ibnu Rajab Al-Hambali berkata:

8▸

 
"Istiqomah adalah menempuh jalan yang lurus, yaitu agama yang tegak lurus tanpa ada kebengkokan sedikitpun baik ke kiri maupun ke kanan, yang mencakup di dalamnya semua perbuatan taat baik yang dhohir (nampak) maupun yang bathin (tersembunyi), dan meninggalkan seluruh larangan. Sehingga menjadikan wasiat ini (untuk istiqomah) merupakan wasiat yang mencakup seluruh dari cabang agama semuanya". (Jaami'ul ulum wal hikam hal 383-384).

Keimanan seseorang dituntut agar bisa istiqamah di saat diuji kesenangan maupun kesusahan, di mana seseorang bisa saja goyah imannya setelah berkumpul dan terpengaruh dengan orang yang tidak baik, atau di saat menerima ujian, atau melakukan maksiat sehingga Allah titik hatinya, atau memang memiliki niat-niat yang tidak baik sehingga  Allah sesatkan berdasarkan hikmah-Nya.

Kejadian semacam ini telah terjadi semenjak dahulu maupun sekarang.

Diantara kisah tersebut yaitu:

Orang yang turut berperang bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, namun tidak bersabar ketika terluka dan akhirnya bunuh diri.

Bahwasanya ada seorang muslimin yang gagah berani dalam peperangan ikut serta bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memperhatikan orang itu kemudian berkata: "Barangsiapa ingin melihat lelaki penghuni neraka, silahkan lihat orang ini." Seorang laki-laki akhirnya mengikutinya, dan rupanya lelaki tersebut merupakan orang yang paling berani terhadap orang-orang musyrik. akhirnya lelaki tersebut terluka dan dia ingin segera mati sebelum waktunya, maka ia ambil pucuk pedangnya dan ia letakkan di dadanya kemudian ia hunjamkan hingga tembus diantara kedua lengannya. Orang yang mengikuti lelaki tersebut langsung menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata,  'Saya bersaksi bahwa engkau utusan Allah.' 'apa itu? ' Tanya Nabi. Orang tadi menjawab; 'anda berkata terhadap orang tersebut; 'siapa yang ingin melihat penghuni neraka, silahkan lihat orang ini, ' orang itu merupakan orang yang paling pemberani diantara kami, kaum muslimin. Lalu aku tahu, ternyata dia mati tidak diatas keislaman, sebab dikala ia mendapat luka, ia tak sabar menanti kematian, lalu bunuh diri.' Seketika itu pula Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sungguh ada seorang hamba yang melakukan amalan-amalan penghuni neraka, namun berakhir menjadi penghuni surga, dan ada seorang hamba yang mengamalkan amalan-amalan penghuni surga, namun berakhir menjadi penghuni neraka, sungguh amalan itu ditentukan dengan penutupan."  (HR. Bukhari 6607, Ahmad, 22835, Thabrani dalam Al-Mu’jamul Al-Kabir 5799).

Kisah muadzin yang murtad.

Diceritakan bahwa di Mesir pernah ada seorang pria yang senantiasa ke masjid untuk mengumandangkan adzan dan iqomat sekaligus melaksanakan shalat. Dalam dirinya terdapat sinar ketaatan dan cahaya ibadah.

Pada suatu hari ia naik ke menara masjid untuk mengumandangkan adzan seperti biasanya. Di bawah menara tersebut terdapat rumah seorang Nasrani.

Entah mengapa ketika pria ini menengok ke dalam rumah tadi, tanpa sengaja ia melihat seorang gadis pemilik rumah. Dia terfitnah dengan kecantikanya. Ia pun turun menemuinya gadis tersebut dan meninggalkan adzan.

Sesampai di rumah tersebut, bertanyalah wanita nashrani itu, “Ada perlu apa? Apa yang kamu inginkan?

“Aku menginginkanmu.”

“Mengapa?”

“Karena kamu telah menawan akal pikiranku dan mengambil seluruh isi hatiku.”

“Aku tidak akan tertipu dengan rayuanmu.”

“Aku Ingin menikah denganmu.”

“Engkau muslim, sedangkan aku Nasrani, ayahku tidak akan menikahkanku denganmu,” sanggah wanita tadi.

“Kalau begitu aku akan pindah ke agama Nashrani.”

“Jika engkau melakukannya, maka aku akan menikah denganmu “ tegas wanita itu.

Maka si pria langsung memeluk aagama Nashrani demi menikahi gadis tersebut dan tingggal di rumahnya.

Masih pada hari yang sama, siang harinya pria tadi naik ke atap rumah untuk satu keperluan. Tiba tiba dia terjatuh dari atap rumah dan akhirnya meninggal. Ironisnya, dia belum sempat menggauli gadis tersebut padahal sudah mengorbankan agamanya.

Kisah ini bisa menjadi pelajaran bagi setiap muslim, agar kita berhati-hati menjaga imannya supaya tidak mudah terjebak oleh kemilaunya dunia, cantiknya wanita dan segala rayuan yang ada. Karena menjual agama demi kesenangan dunia adalah sebuah kerugian yang nyata dan penyesalan yang tiada tara.

Seorang muslim seharusnya menundukkan pandangan, karena fitnah setiap saat datang dan kita tidak tahu berawal dari mana kebinasaan itu muncul, sebagaimana kita juga tidak tahu kebaikan kecil atau kebaikan yang dianggap besar yang akan memasukkan kita kedalam surga.

(Ibnu Qaiyyim Al jauziah dalam kitabnya Ad-dha’ wa Ad-dhawa’).

Kisah orang yang sakit komplikasi.

Kisah seseorang yang di uji dengan istrinya dirinya tidak bersabar dan akhirnya bunuh diri.

Seseorang telah di uji dengan sakit komplikasi, dirinya tidak sabar dan akhirnya bunuh diri dengan menggantung.

Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda:

فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ  الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا.

“Demi Allah yang tidak ada Ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga  maka masuklah dia ke dalam surga.” (HR. Bukhari 3208, Muslim 2643).

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ

“Sesungguhnya amal itu tergantung akhirnya.” (HR. Bukhari 6607).

Adapun sepuluh kaidah istiqamah agar kita bisa istiqamah tersebut yaitu:

١ مِنْ أَعْظَمِ أَسْبَابِ ٱلِٱسْتِقَامَةِ: ٱلْإِخْلَاصُ لِلَّهِ فِي ٱلْقَوْلِ وَٱلْعَمَلِ.

Kaidah Pertama: Di antara sebab terbesar untuk istiqamah adalah ikhlas kepada Allah dalam ucapan dan perbuatan.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ.

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah, " kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fusilat[41:30).

Disebutkan di dalam tafsir Ibnu Katsir, firman Allah ta’ala:

 إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا.

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah, " kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka. (QS. Fushshilat[41]: 30).

Yakni mereka ikhlas dalam beramal semata-mata karena Allah subhanahu wa ta’ala saja, yaitu dengan menaati apa yang telah diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala kepada mereka. (Tafsir Ibnu Katsir, QS. Fusilat [41]:30).

Dari Sa'id ibnu Imran yang mengatakan bahwa ia pernah membaca ayat berikut di hadapan sahabat Abu Bakar As-Siddiq radhiyallahu ‘anhu, yaitu firman Allah subhanahu wa ta’ala: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah, " kemudian mereka meneguhkan pendiriannya. (Fushshilat: 30) Lalu Abu Bakar mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun. (Tafsir Ibnu Katsir, QS. Fusilat [41]:30).

Berdasarkan penjelasan para sahabat dan para ulama dari ayat diatas istoqamah mencakup pada tiga hal:

1)   Istiqamah di atas tauhid.

2)   Istiqamah di atas ketaatan.

3)   Istiqamah di atas keikhlasan.

Oleh karena itu memahami kalimat syahadat dengan benar akan diberi pertolongan dengan istiqamah di dunia dan di akhirat.

Allah ta’ala berfirman:

يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ.

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat.” (QS. Ibrahim [14]:27).

Qotadah As Sadusi mengatakan, “Yang dimaksud Allah meneguhkan orang beriman di dunia adalah dengan meneguhkan mereka dalam kebaikan dan amalan shalih. Sedangkan di akhirat, mereka akan diteguhkan di kubur.”  (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 4/502.)

Siapapun yang memahami tauhid dengan benar, niscaya akan menyadari bahwa tauhid dibutuhkan dalam kehidupannya setiap saat, tauhid akan masuk keseluruh aspek kehidupan manusia, menuntut manusia agar ikhlas di dalam melakukan semua bentuk ibadah, muamalah maupun musibah yang menimpanya, yang wajib dia bersabar dan ikhlas kepada Allah.

Allah ta’ala berfirman:

ومَا أُمِرُوْا إِلاَّلِيَعْبُدُاللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَاءَ.

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus…”(QS. Al-Bayyinah[98] : 5).

 Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

  إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى.

“Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya.” (HR Bukhari 1, 6689, Muslim 1907).

Diantara perkataan ulama agar di dalam ibadah hanya ditujukan kepada Allah semata:

Sufyan ats-Tsauri rahimahullah mengatakan, “Tidaklah aku mengobati suatu penyakit yang lebih sulit daripada masalah niatku. Karena ia sering berbolak-balik.” (lihat Hilyah thalabul ilmi syaikh Bakar bin Abdullah Abu Zaid).

Diriwayatkan dari Mutharrif bin Abdullah rahimahullah bahwa dia mengatakan, ”Baiknya hati adalah dengan baiknya amalan. Sedangkan baiknya amalan adalah dengan baiknya niat.” (Jami’ul ‘Ulum, hal. 17).

Dari Ibnul Mubarak rahimahullah, dia mengatakan, ”Betapa banyak amal yang kecil menjadi besar gara-gara niat. Dan betapa banyak amal yang besar menjadi kecil gara-gara niat.” (Jami’ul ‘Ulum, hal. 17).

Sahl bin Abdullah rahimahullah mengatakan, ”Tidak ada sesuatu yang lebih berat bagi jiwa daripada keikhlasan, karena di dalamnya hawa nafsu tidak ambil bagian sama sekali.” (Jami’ul ‘Ulum, hal. 25).

قَالَ ٱبْنُ ٱلْقَيِّمِ رحمه الله:  وَالإِخْلَاصُ لِلَّهِ هُوَ أَسَاسُ ٱلِٱسْتِقَامَةِ، وَبِقَدْرِ مَا يَكُونُ مَعَ ٱلْعَبْدِ مِنْ إِخْلَاصٍ يَكُونُ ثَبَاتُهُ.

“Keikhlasan kepada Allah adalah dasar istiqamah. Sejauh mana keikhlasan seseorang, sejauh itu pula keteguhannya.” (Miftaḥ Dar as-Sa‘adah, 1/106).

٢ مِنْ أَعْظَمِ أَسْبَابِ ٱلِٱسْتِقَامَةِ: ٱلدُّعَآءُ بِالثَّبَاتِ.

Kaidah Kedua: Di antara sebab terbesar untuk istiqamah adalah berdoa meminta keteguhan.

Allah ta’ala:

قَالَ تَعَالَى : رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً.

“Wahai Rabb kami, janganlah Engkau palingkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 8).

قَالَ رَسُولُ ٱللَّهِ صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا مُقَلِّبَ ٱلْقُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَىٰ دِينِكَ.

“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hatiku di atas agama-Mu.” (HR. Bukhari di dalam Al-Adabu Al-Mufrad 683, Tirmidzi 2140, di shahihkan Syaikh al-Albani di dalam Dzilalul Jannah 225).


 ٣ مِنْ أَعْظَمِ أَسْبَابِ ٱلِٱسْتِقَامَةِ: ٱلتَّزَوُّدُ بِٱلْعِلْمِ ٱلنَّافِعِ.

Kaidah Ketiga : Di antara sebab terbesar untuk istiqamah adalah membekali diri dengan ilmu yang bermanfaat.

Allah ta’ala berfirman:

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ.

“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang orang yang di beri ilmu dengan beberapa derajat.” ( QS Al-Mujadilah[58]:11).

قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ ۗ اِنَّمَا يَتَذَكَّرُ اُولُوا الْاَلْبَابِ.

“Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran. (QS. Az-Zumar[39:9).

اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤا.

“Hanya saja yang takut kepada Allah dari sekian hamba-Nya adalah ulama.” (QS. Fatir[35]:28).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah. Dishahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah  224).

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ.

“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya maka Allah akan memberikan kefaqihan (pemahaman) agama baginya. “ (HR. Bukhari 71, 3116, Muslim 1037).

مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ.

“Barang siapa meniti suatu jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Ahmad 8316, Tirmidzi 2646, Ibnu Majah 223, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Shahih Ibnu Majah 225). 

فَضْلُ العَالِمِ عَلىَ العَابِدِ كَفَضْلِ القَمَرِ لَيْلَةَ البَدْرِ عَلىَ سَائِرِ الكَوَاكِبِ.

“Keutamaan orang yang berilmu (yang mengamalkan ilmunya) atas orang yang ahli ibadah adalah seperti utamanya bulan di malam purnama atas semua bintang-bintang lainnya.” (HR. Abu Dawud 3641, Ibnu Majah 223 di shahihkan Syaikh al-Albani di dalam Al-Miskah 212).

قَالَ ٱبْنُ ٱلْقَيِّمِ رحمه الله : فَإِنَّ مَصَابِيحَ ٱلْهُدَىٰ أَهْلُ ٱلْعِلْمِ وَٱلْإِيمَانِ، وَبِهِمْ تَهْتَدِي ٱلْأُمَمُ.

“Pelita petunjuk adalah para ahli ilmu dan iman, dan dengan merekalah umat mendapatkan petunjuk.” (Miftaḥ Dar as-Sa‘adah, 1/73).

 ٤ مِنْ أَعْظَمِ أَسْبَابِ ٱلِٱسْتِقَامَةِ: تِلَاوَةُ ٱلْقُرْآنِ وَتَدَبُّرُهُ

Kaidah Keempat: Di antara sebab terbesar untuk istiqamah adalah membaca Al-Qur'an dan mentadabburinya.

Allah ta’ala berfirman:

قَالَ تَعَالَى : كَذَٰلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِۦ فُؤَادَكَ ۖ وَرَتَّلْنَـٰهُ تَرْتِيلًا

“Demikianlah agar Kami teguhkan hatimu dengannya, dan Kami membacakannya secara tartil.” (QS. Al-Furqan[25]: 32).

ﻭَﻧُﻨَﺰّﻝُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﺷِﻔَﺂﺀٌ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔٌ ﻟّﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻭَﻻَ ﻳَﺰِﻳﺪُ ﺍﻟﻈّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ ﺇَﻻّ ﺧَﺴَﺎﺭﺍً.

“Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” (QS. Al-Israa’ [17]: 82).

قَالَ ٱبْنُ تَيْمِيَّةَ رحمه الله : وَلَا شَيْءَ أَنْفَعُ لِلْعَبْدِ فِي ٱثْبَاتِ قَلْبِهِ مِنْ تِلَاوَةِ ٱلْقُرْآنِ مَعَ ٱلتَّدَبُّرِ.

“Tidak ada yang lebih bermanfaat bagi seseorang dalam meneguhkan hatinya selain membaca Al-Qur’an disertai tadabbur.” (Majmu‘ al-Fatawa, 14/16).

 

٥ مِنْ أَعْظَمِ أَسْبَابِ ٱلِٱسْتِقَامَةِ: مُجَالَسَةُ ٱلصَّالِحِينَ وَٱلِٱسْتِفَادَةُ مِنْهُمْ.

Kaidah Kelima: Di antara sebab terbesar untuk istiqamah adalah duduk bersama orang-orang shalih dan mengambil manfaat dari mereka.

Allah ta’ala berfirman:

قَالَ تَعَالَى : وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِٱلْغَدَاةِ وَٱلْعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ.

“Bersabarlah engkau bersama orang-orang yang menyeru Rabb mereka di pagi dan petang hari dengan mengharap wajah-Nya.” (QS. Al-Kahf[18]: 28).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ.

Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur).” (QS. At-Taubah[9]:119).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَثَلُ ٱلْجَلِيسِ ٱلصَّالِحِ وَجَلِيسِ ٱلسُّوْءِ كَحَامِلِ ٱلْمِسْكِ وَنَافِخِ ٱلْكِيرِ.

“Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang besi. (HR. Bukhari 5534. Muslim 2628).

Allah ta’ala berfirman:

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ.

“Seseorang itu mengikuti agama teman dekatnya. Oleh karena itu, hendaknya seseorang di antara kalian memperhatikan siapa yang dia jadikan teman dekat.” (HR. Abu Dawud, 4833;Tirmidzi, 2378. Dihasankan oleh Syaikh al-Albani di dalam Shahihu Al-Jami’ 3545).

قَالَ ٱبْنُ ٱلْجَوْزِيِّ رحمه الله : فَٱلْمُجَالَسَةُ لِلصَّالِحِينَ تُزَكِّي ٱلنُّفُوسَ وَتُثَبِّتُ عَلَى ٱلْخَيْرِ.

“Bersahabat dengan orang-orang shalih akan menyucikan jiwa dan meneguhkan di atas kebaikan.” (Ṣayd al-Khaṭir, hlm. 14).

٦  مِنْ أَعْظَمِ أَسْبَابِ ٱلِٱسْتِقَامَةِ: مُلَازَمَةُ ذِكْرِ ٱللَّهِ.

Kaidah Keenam diantara sebab seseorang istiqamah: Selalu berdzikir kepada Allah.

Allah ta’ala berfirman:

قَالَ تَعَالَى : ي يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا. وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا.

“Wahai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. (QS. Al-Aḥzab[33]: 41–42).

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:

قَالَ ٱبْنُ ٱلْقَيِّمِ رحمه الله : وَٱلذِّكْرُ يُثَبِّتُ ٱلْقَلْبَ وَيَقْذِفُ فِيهِ ٱلنُّورَ وَٱلْقُوَّةَ.

“Dzikir mengokohkan hati dan memancarkan cahaya serta kekuatan ke dalamnya. (Al-Wabil as-Sayyib, hlm. 73).

٧  مِنْ أَعْظَمِ أَسْبَابِ ٱلِٱسْتِقَامَةِ: َٱلِٱفْتِقَارُ إِلَى ٱللَّهِ.

Kaidah Ketujuh diantara sebab istiqamah : Merasa sangat butuh kepada Allah.

Allah ta’ala berfirman:

قَالَ تَعَالَى : وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِى أَسْتَجِبْ لَكُمْ.

“Dan Rabb kalian berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan untuk kalian." (QS. Ghafir[40]: 60).

قَالَ ٱلْحَسَنُ ٱلْبَصْرِيُّ رحمه الله : ٱلْعِبَادُ فِي فَاقَةٍ إِلَى ٱلدُّعَآءِ كَمَا هُمْ فِي فَاقَةٍ إِلَى ٱلرِّزْقِ.

Para hamba sangat membutuhkan doa sebagaimana mereka membutuhkan rezeki. (Jami‘ al-‘Ulum wa al-Ḥikam, 1/225).

٨ ٱلصَّبْرُ عَلَى ٱلطَّاعَةِ وَعَنِ ٱلْمَعْصِيَةِ وَعَلَى ٱلْأَقْدَارِ.

Kaidah Kedelapan: Bersabar dalam ketaatan, meninggalkan maksiat, dan terhadap takdir Allah.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ .

“Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu, kuatkanlah kesabaranmu, dan tetaplah bersiap siaga di perbatasan serta bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 200).

قَالَ ٱبْنُ تَيْمِيَّةَ رحمه الله : بِٱلصَّبْرِ وَٱلْيَقِينِ تُنَالُ ٱلْإِمَامَةُ فِي ٱلدِّينِ.

“Dengan kesabaran dan keyakinan, seseorang akan meraih kedudukan sebagai pemimpin dalam agama.” (Majmu‘ al-Fatawa, 10/38).

٩ ٱلرَّجَآءُ فِي رَحْمَةِ ٱللَّهِ وَحُسْنُ ٱلظَّنِّ بِهِ.

Kaidah Kesembilan: Berharap kepada rahmat Allah dan berbaik sangka kepada-Nya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَا يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ ٱلظَّنَّ بِٱللَّه.

Janganlah salah seorang dari kalian meninggal dunia kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah. (HR. Muslim 2877).

قَالَ ٱبْنُ رَجَبٍ رحمه الله : وَحُسْنُ ٱلظَّنِّ يَكُونُ بِرَجَآءِ رَحْمَتِهِ وَٱلتَّوَكُّلِ عَلَيْهِ وَطَلَبِ مَغْفِرَتِهِ.

Berbaik sangka kepada Allah adalah dengan berharap pada rahmat-Nya, bertawakal kepada-Nya, dan memohon ampunan-Nya. (Fatḥ al-Bari, 13/397).

١٠ ٱلتَّوْبَةُ وَٱلْإِنَابَةُ إِلَى ٱللَّهِ عَلَىٰ دَوَامٍ.

Kaidah Kesepuluh: Selalu bertaubat dan kembali kepada Allah secara terus-menerus.

Allah ta’ala berfirman:

قَالَ تَعَالَى : وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ.

“Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kalian beruntung.” (QS. An-Nur[24]: 31).

قَالَ ٱلنَّوَوِيُّ رحمه الله : ٱلتَّوْبَةُ وَاجِبَةٌ عَلَى ٱلْفَوْرِ، وَيَنْبَغِي لِلْمُسْلِمِ ٱلْمُبَادَرَةُ بِهَا دَائِمًا.

”Taubat wajib dilakukan segera, dan seorang Muslim seharusnya selalu bersegera dalam bertaubat.” (Syarḥ Ṣaḥiḥ Muslim, 17/59).

Semoga bermanfaat Aamiin.

-----000-----

Sragen 9-4-2025

Junaedi Abdullah.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KELUARGA SAKINAH BOSO JOWO.

KELUARGA SAKINAH (BOSO JOWO). 1. Mukadimah          Assalāmu‘alaikum warahmatullāhi wabarakātuh. Alhamdulillah hamdan katsiron tho...