BAB 2
MACAM-MACAM TAUHID DAN FAEDAHNYA
SOAL 9
MEMAHAMI TAUHID ASMA’ WA SIFAT
س ٩
- مَا هُوَ تَوْحِيدُ صِفَاتِ
اللَّهُ وَأَسْمَائِهِ ؟
Soal : Apa yang dimaksud tauhid Asma wa Sifat?
ج ٩
- هُوَ إِثْبَاتُ
مَا وَصَفَ اللَّهُ بِهِ نَفْسَهُ فِي كِتَابِهِ أَوْ وَصَفَهُ رَسُولُهُ فِي
أَحَادِيثِهِ الصَّحِيحَةِ عَلَى الْحَقِيقَةِ بِلَا تَأْوِيلِ وَلَا تَفْوِيضٍ وَلَا
تَمْثِيْلِ وَلَا تَعْطِيلٍ ، كَالاسْتِوَاءِ وَالنُزُولِ وَالْيَدِ وَغَيْرِهَا مِمَّا
يَلِيقُ بِكَمَالِهِ .
Jawab : Yaitu menetapkan apa yang telah Allah tetapkan bagi
diri-Nya di dalam Kitab-Nya dan juga menetapkan apa yang Rasulullah tetapkan
dalam hadits-hadits shahih, dengan apa adanya, tanpa menta'wil (mengubah
maknanya), mentafwidh (meniadakan arti pada nama dan sifat Allah atau membuang
sifat-sifat Allah), mentamsil (menyerupakan sifat Allah dengan sifat
makhluk-Nya), atau menta'thil (menolak nama-nama dan sifat-sifat Allah), seperti
istiwa (bersemayam), nuzul (turunnya Allah ke langit dunia pada sepertiga malam
terakhir), tangan Allah dan sifat-sifat lainnya yang kesemuanya itu harus
dipahami sebagaimana apa adanya sesuai dengan kesempurnaan Allah.
قَالَ الله سُبْحَانَهُ وَ
تَعَالَى:
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
{ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ
الْبَصِير{سورة الشورى :
۱۱
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan
Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. Asy-Syura [42]:11).
وَقَالَ ﷺ:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
(يَنْزِلُ اللَّهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ إِلَى سَمَاءِ
الدُّنْيَا (رواه
مسلم.
"Allah turun
pada setiap malam ke langit dunia." (HR. Muslim).
)يَنْزِلُ
نُزُولاً يَلِيقُ بِحَلَالِهِ لَا يُشْبِهُ أَحَدًا مِنْ مَخْلُوقَاتِهِ(
Yakni turun sesuai
dengan keagungan-Nya, tidak menyerupai seorang pun dari makhluk- Nya.
-----000-----
Penjelasan:
1.
Kewajiban mentauhidkan
Allah di dalam asma’ wasifat.
Kewajiban mentauhidkan Allah di dalam asma’ wa sifat, dan
menjahui penyimpangan-penyimpangan di dalamnya.
2.
Kewajiban mempelajari nama dan sifat
Allah ta’ala.
Hal ini di karenakan hampir tidak ada satu ayatpun yang
terlewatkan di dalam Al-Qur’an kecuali di dalamnya menyebut nama dan sifat
Allah ta’ala.
3. Kaedah-kaedah
di dalam memahami nama dan sifat Allah ta’ala.
Di dalam memahami nama dan sifat Allah. Ada beberapa kaidah diantaranya
yaitu:
Kaedah
pertama: Ketentuan
yang berkaitan dengan nama dan sifat Allah ta’ala.
Hendaknya diperlakukan sebagaimana apa adanya, tanpa di-ta’thil
(ditolak), tahrif (diselewengkan), takyif (ditanyakan), tamtsil (diserupakan), Allah
ta’ala berfirman:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ
شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ
الْبَصِيرُ.
”Tidak
ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Melihat.” (QS. Asy Syura [42]: 11).
Orang-orang
Yahudi telah berkata lancang kepada Allah sehingga dilaknat Allah karena perkataan
tersebut.
Allah
ta’ala berfirman:
وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ
غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُوا بِمَا قَالُوا بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ
يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ.
Orang-orang
Yahudi berkata, "Tangan Allah terbelenggu," Sebenarnya tangan
merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah
mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka;
Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. (QS. Al Maidah
[5]: 64).
قَالَ يَٰإِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَن تَسْجُدَ لِمَا
خَلَقْتُ بِيَدَىَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنتَ مِنَ ٱلْعَالِينَ
قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ
وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ . قَالَ
فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ.
Allah
berfirman, “Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah
Kuciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu
(merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?” Iblis berkata, "Aku
lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia
Engkau ciptakan dari tanah.” (QS. Shad [38]: 75-77)
Termasuk
dosa besar apabila seseorang berkata tentang Allah tanpa didasari dengan ilmu,
Allah ta’ala berfirman:
قُلْ إِنَّمَا
حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالإثْمَ وَالْبَغْيَ
بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ
سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لا تَعْلَمُونَ.
"Katakanlah:
'Rabb-ku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang tampak maupun yang
tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia, tanpa alasan yang
benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah, dengan sesuatu yang Allah tidak
menurunkan hujjah untuk itu, dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap
(tentang) Allah, apa saja yang tidak kamu ketahui'." (QS. Al A’raaf [7]:
33)
Kaedah
kedua: Ketentuan yang berkaitan dengan nama Allah.
1) Semua
nama Allah adalah baik.
Allah
ta’ala berfirman:
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا.
"Hanya
milik Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul
husna itu..” (QS. Al A’Raf [7]: 180).
2) Nama
Allah tidak dibatasi dengan jumlah bilangan tertentu.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ
نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ
خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ.
“(Ya Allah)
aku memohon kepada-Mu dengan setiap nama-Mu, yang Engkau gunakan untuk diri-Mu,
atau yang Engkau turunkan di dalam kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada
salah seorang dari makhluk-Mu, atau yang Engkau rahasiakan untuk diri-Mu dalam
ilmu gaib di sisi-Mu.” (HR. Imam Ahmad 3712, Ibnu Hibban 2372, dishahihkan syaikh al-Albani di
dalam ash-Shahihah 199).
Adapun
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits yang lain:
إِنَّ للهِ تِسْعَةُ وَ تِسْعِيْنَ اسْمًا مَنْ
أحْصَاهَا دَخَلَ الجَنَّة.
“Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama,
barangsiapa menghafalnya akan masuk surga.” (HR. Bukhari 2376, Muslim 2677).
3) Nama
Allah tidak boleh ditetapkan dengan akal, harus ditetapkan dengan dalil syar’i.
Allah
ta’ala berfirman:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ
إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ
مَسْـُٔولًا.
“Dan janganlah
kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggunganjawabnya.” (QS. Al Isra’ [17]:36).
4) Nama
Allah menunjukkan kepada dzat Allah, dan juga sifat yang terkandung di
dalamnya.
Seperti nama
Allah Ar-Rahman, menetapkan sifat rahmat yang terkandung di dalamnya, dan menetapkan pemurah bagi
Allah ta’ala.
Kaedah
yang ketiga: Ketentuan yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah.
1) Semua
sifat Allah maha sempurna dan penuh sanjungan.
Allah
ta’ala berfirman:
وَلِلَّهِ الْمَثَلُ الْأَعْلَىٰۚ وَهُوَ
الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ.
“Allah
mempunyai sifat yang Maha Tinggi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (QS. An Nahl [16]: 60).
Meskipun
Allah membalas orang-orang yang berbuat makar sebagai bentuk keadilan Allah
kepada sesama hambanya.
Sebagaiman
Allah ta’ala berfirman:
وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ وَاللَّهُ
خَيْرُ الْمَاكِرِينَ.
“Dan mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya, maka Allah pun
membalas tipu daya. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS.
Ali-Imran[3]:54).
وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللهُ وَاللهُ خَيْرُ
الْمَاكِرِينَ.
“Mereka
membuat makar dan Allah membalas makar mereka. Allah adalah sebaik-baik Pembuat
makar.” (QS. Al-Anfal [8]: 30)
إِنَّهُمْ يَكِيدُونَ كَيْدًا, وَأَكِيدُ كَيْدًا.
“Sesungguhnya
orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya. Dan Akupun membuat rencana (pula) dengan
sebenar-benarnya.” (QS. At Tariq [86]: 15-16)
Sifat
Allah terbagi menjadi dua:
Sifat
Tsubutiyah dan Salbiyah.
1) Sifat
Tsubutiyah adalah sifat yang ditetapkan untuk diri-Nya, seperti Al Hayat, Al
Ilmu, Al Qudrah, dan ini wajib di tetapkan sesuai dengan keagungan Allah.
2) Adapun
sifat Salbiyah, adalah sifat yang dinafikan (ditiadakan) dari diri Allah
seperti sifat zhalim, mengantuk, lelah, tidur ataupun lupa.
Oleh
karena itu Allah ta’ala berfirman:
وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا.
“Dan
Tuhanmu tidak menganiaya seorang pun juga.” (QS. Al Kahfi [18]:49).
Sifat
Tsubutiyah juga terbagi menjadi dua:
Sifat
dzatiah dan fi’liyah.
1) Tsubutiah
dzatiah, adalah sifat yang senantiasa terus ada pada Allah subhanahu wa ta’ala,
seperti As-Sama’, Al-Bashar, Al-Qudrah.
2) Tsubutiah
fi’liyah, adalah sifat yang terkait dengan kehendaknya, seperti berbicara,
berbuat, datang, turun dan lain-lain kapanpun sesuai kehendak Allah ta’ala.
Adakalanya
sifat Allah termasuk sifat dzatiah dan juga sifat fi’liyah, seperti sifat Al
Kalam. (Lihat Syarah Lum’atul I’tiqad, Syaikh Muhammad Shalih Al Utsaimin).
4.
Dalam ayat di atas terdapat bantahan kelompok
"musyabbihah"
Yaitu orang-orang yang menyamakan Allah dengan makhluk-Nya,
atau berkata Allah menitis kepada hambanya.
5.
Bantahan terhadap kelompok
"mu'a- thilah"
Yaitu orang-orang yang meniadakan sifat bagi Allah, dari
golongan Mu'tazilah, Qodariyah, Asya'irah, dan selain mereka.
Demkianlah semoga bermanfaat.
-----000-----
Sragen
08-10-2024.
Junaedi
Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar