Apa bila kita bertanya kepada manusia tentang apa yang mereka
cari di dunia ini hampir bisa dipastikan semua memiliki jawaban sama yaitu mencari
kebahagiaan.
Ada orang yang bahagia ketika bermaksiat, ada orang yang
bahagia ketika bisa menghancurkan orang lain, ada orang yang bahagia meskipun
merusak dirinya sendiri sampai ada orang yang hidupnya hanya bisa pura-pura
bahagia.
Semua itu merupakan kebahagiaan yang palsu, semu, dan menipu. Adapun tanda
kebahagiaan yang sebenarnya adalah apa yang bisa membawa kebahagiaan di dunia dan kelak diakhirat.
Seorang ulama kenamaan yaitu, Ibnu Al Qoyyim mengatakan di dalam kitabnya Wabilus Syayyib, bahwa
tanda kebahagiaan itu ada 3 hal. Yaitu bersyukur ketika mendapatkan nikmat,
bersabar ketika mendapatkan cobaan dan bertaubat ketika melakukan kesalahan.
Beliau mengatakan: sesungguhnya 3 hal ini merupakan tanda kebahagiaan seorang
hamba dan tanda keberuntungannya di dunia dan di akhirat.
Adapun rinciannya sebagai berikut.
1.
Bersyukur apabila mendapatkan nikmat.
Allah ta’ala berfirman:
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ
وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ.
“Maka ingatlah
kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah
kamu ingkar kepada-Ku.” (QS. Al Baqara[2]:152).
Allah akan menambah nikmat kita apabila kita bersyukur.
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ
عَذَابِي لَشَدِيدٌ.
“Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim
[14]:7).
1)
Cara
bersyukur yang benar
Seorang hamba dapat dikatakan bersyukur apabila memenuhi
tiga hal:
Pertama, Hatinya mengakui dan meyakini bahwa segala nikmat yang diperoleh
itu berasal dari Allah Ta’ala semata.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ
اللَّهِ..
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari
Allah-lah (datangnya)”. (Qs. An Nahl [16]: 53).
Dari sini Qarun telah keliru, tidak menyandari bahwa nikmat
tersebut datangnya dari Allah ta’ala.
Allah ta’ala berfirman:
قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ
عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي.
Qarun berkata:
"Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku."
(QS. Al-Qashas [28]:78).
Kedua Lisannya mengucapkan kalimat yang baik dan memuji Allah
ta’ala.
Hamba yang bersyukur kepada
Allah ta’ala ialah hamba yang bersyukur dengan lisannya.
Allah sangat senang apabila dipuji oleh hamba-Nya. Allah cinta kepada
hamba-hamba-Nya yang senantiasa memuji Allah Ta’ala.
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ
فَحَدِّثْ.
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka
hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)”. (Qs.
Adh Dhuha[93]: 11).
Ketiga
Menggunakan nikmat-nikmat Allah Ta’ala untuk beramal
shalih.
Sesungguhnya orang yang bersyukur kepada Allah Ta’ala akan menggunakan nikmat Allah untuk beramal
shalih, tidak digunakan untuk bermaksiat kepada Allah. Ia gunakan matanya untuk
melihat hal yang baik, lisannya tidak untuk berkata kecuali yang baik, dan
anggota badannya ia gunakan untuk beribadah kepada Allah Ta’ala.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Qudamah rahimahullah, “Syukur (yang sebenarnya) adalah dengan
hati, lisan dan anggota badan. (Minhajul Qasidin,
pasal “ Batasan Dan Syukur Serta Hakekatnya hal terjemahan 515).
Jika demikian Allah akan membalas kebaikan hamba tersebut.
وَٱللَّهُ شَكُورٌ حَلِيمٌ.
“Allah itu Syakur lagi Haliim” (QS. At-Taghabun[64]: 17).
Ibnu Katsir menafsirkan Syakur dalam ayat ini,
“Maksudnya adalah memberi membalas kebaikan yang sedikit dengan ganjaran yang
banyak” (Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, 8/141).
Termasuk bersyukur, yaitu membalas kebaikan orang lain
dengan kebaikan.
مَنْ لاَ
يَشْكُرُ النَّاسَ لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ.
“Barang
siapa orang yang tidak bersyuur kepada manusia dia tidak bersyukur kepada
Allah.” (HR. Tirmidzi 1954, Ahmad 11703 di shahihkan syaikh al-Albani).
Adapun tips
bagaimana supaya menumbuhkan rasa syukur:
1). Melihat orang
dibawah kita.
اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ
مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ
لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ.
"Lihatlah
kepada orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di
atasmu, karena yang demikian lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat
Allah yang diberikan kepadamu" (HR Bukhari 6490 Muslim 2963).
2). Selalu melihat besarnya nikmat yang diberikan Allah kepada
kita.
3). Mengingat rezki itu taqdirnya sendiri-sendiri.
4). Ada yang lebih baik dari harta dunia, yaitu amal shalih.
“Tetapi kalian (orang-orang kafir) lebih memilih kehidupan dunia. Padahal kehidupan akhirat lebih baik dan lebih kekal.” (Al-A’la: 16-17).
5). Berdoa kepada Allah agar hati kita diberi kepuasan.
اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ
عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ، وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ،
وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا.
“Ya Allah, aku
berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyu’,
hawa nafsu yang tidak pernah puas dan doa yang tidak dikabulkan.” (HR.
Muslim 2722).
2.
Bersabar ketika mendapatkan musibah.
Bersabar ada 3 :
1)
Sabar
menjalankan perintah-Nya.
2)
Sabar
menjahui larangan-Nya.
3)
Sabar
menerima taqdir-Nya.
Hendaknya bersabar.
Allah ta’ala berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ
الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ.
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah
kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah[2]:155).
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي
الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ
نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ. لِكَيْلَا تَأْسَوْا
عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ
مُخْتَالٍ فَخُورٍ.
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi
dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab
(Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah. Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan
berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu
gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai
setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. Al-Hadid[57]:22-23).
Bagaimana agar
kita bersabar.
· Semua telah
ditaqdirkan Allah ta’ala.
· Berkaitan dengan
harta yang tertipu, semua akan dikembalikan.
· Melihat musibah
yang lebih besar.
· Allah akan
membalas dengan lebh baik apabila bersabar.
Contoh orang
shalih dahulu.
Suatu hari di
zaman khilafah al-Walid bin Abdul Malik, beliau mengundang Urwah bin Zubair ke Damaskus, Beliau mengajak putra sulungnya, datanglah
ketetapan dan kehendak Allah, anaknya melihat-lihat kuda pilihan, tiba-tiba
saja seekor kuda menyepakkan kakinya hingga anaknya tewas.
Belum lagi bersih tangannya mengubur anaknya salah satu telapak
kakinya terluka, betisnya tiba-tiba membengkak dan menjalar dengan cepat.
Amirul mukminin mendatangkan tabib dari seluruh negri dan
memerintahkan mengobati dengan cara apapun, para tabib memutuskan untuk
mengamputasi kakinya.
Beliau tidak mau meminum arak untuk menghilangkan rasa sakitnya
saat di amputasi, atau di bius, beliau memilih untuk shalat di saat di amputasi
kakinya.
setelah minyak didihkan dan di teteskan pada luka untuk
menghentikan pendarahannya, beliaupun pingsan.
Disaat bersamaan dengan itu di rumah Khalifah datang serombongan
Bani Abbas, salah seorang diantara mereka buta matanya.
Al-Walid menanyakan sebab kebutaanya, dia menjawb:
"Wahai Amirul mukminin, dulu tidak ada seorangpun di
kalangan Bani Abbas yang lebih kaya dalam harta dan anak dibandingkan saya,
saya tinggal bersama keluarga saya di suatu lembah di tengah kaum saya.
Mendadak muncullah air bah yang langsung menelan habis seluruh harta
dan keluarga saya, yang tersisa bagi saya hanyalah seekor onta dan seorang bayi
yang baru lahir.
Onta itu sangat liar dan dia lari dari saya, maka saya taruh
bayi saya lalu saya kejar onta tersebut, belum jauh saya berlari saya mendengar
jerit bayi tadi, setelah saya menoleh ternyata kepalanya telah berada di mulut
srigala dia telah memangsanya, saya kembali tapi tak bisa berbuat apa-apa
karena bayi itu telah di lahapnya, setelah itu srigala itu lari kencang.
Saya kembali mengejar onta saya, setelah dapat, onta itu
menyepakkan kakinya sehingga wajah saya hancur dan kedua mata saya buta,
demikianlah saya dapati diri saya kehilangan harta dan keluarga dalam semalam
saja dan hidup tanpa penglihatan. Demikian kisah orang yang buta tersebut.
Amirul mukminin menyuruh membawa orang tadi kepada Urwah agar
menceritakan untuk menghibur dirinya.
Ketika pulang ke Madinah beliau menjumpai keluarganya, Urwah
berkata sebelum di tanya:
"Janganlah kalian risau dengan apa yang kalian lihat Allah
memberiku empat orang anak (ada yang menyebut tujuh) kemudian Dia mengambil
satu, maka masih tersisa tiga, puji syukur kepada-Nya, Aku diberi empat
kekuatan lalu Allah mengambil satu, maka masih tersisa tiga. puji syukur kepada
Allah, masih banyak yang di tinggalkan untukku. (Maraji': "Mereka adalah
Tabi'in" DR. Abdurahman Ra'fat Basya) (Lihat juga "Ibunda Para
Ulama", penulis Sufyan bin Fuad Baswedan).
3. Bertaubat
jika melakukan maksiat.
Perintah
bertaubat kepada Allah.
Allah ta’ala
berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا.
“Wahai
orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang
semurni-murninya.” (QS.At-Tahrim[66]:8).
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ
ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ
يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ
يَعْلَمُونَ.
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Al-Imran[3]:135).
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ
أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ
اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.
Katakanlah,
“Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri!
Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.” ( QS.
Az-Zumar[39]:53)
Demikianlah
semoga bermanfaat.
Junaedi
Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar