Aqidah secara
bahasa berasal dari kata العقد (al ‘aqdu) yang artinya “mengikat
sesuatu.” “Saya beri’tiqad seperti ini”, maksudnya, “saya mengikat hati saya
terhadap hal tersebut”. Semakna dengan itu sebagaimana orang yang
mengatakan “saya meyakininya dengan kuat.”
Adapun aqidah secara syar’i yaitu: Beriman
kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari
akhir, serta beriman terhadap taqdir yang baik ataupun yang buruk,
sebagaimana hal Ini juga di sebut rukun iman. (“Aqidah Tauhid”, oleh Syaikh DR.
Shalih bin Fauzan al-Fauzan).
Betapa syari’at ini memandang penting permasalahan ini,
sehingga mengutamakan terlebih dahulu, oleh karena itu dahulu para nabi
dan para rasul memulai dakwahnya dengan hal ini, begitu pula Rasulullah sallallahu
‘alaihi wa sallam, beliau berdakwah di kota makah selama 13 tahun menyeru
dengan tauhid. (Firqatun Najiah, Syaikh Jamil Zainu).
Oleh karena itu seorang pendidik
maupun orang tua hendaknya menyadari pentingnya hal ini, tidaklah ada perkara
yang di bangun dan ditanamkan kedalam hati anaknya melebihi pentingnya masalah
aqidah.
Diantara pentingnya mempelajari
aqidah yaitu:
1. Aqidah yang benar dapat menyelamatkan seseorang dari azab dan
kekekalan di neraka.
Allah ta’ala berfirman:
إِنَّ
اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ
يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan
dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia Telah
berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisaa[4]: 48, 116)
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَا
ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ
لَقِيتَنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً.
“Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau menghadap-Ku
dengan dosa sepenuh bumi, kemudian menemui-Ku dalam keadaan engkau tidak
menyekutukan Aku dengan sesuatu pun, niscaya Aku menemuimu dengan ampunan
seperti itu.” (HR. Tirmidzi 3540. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)
2.
Apabila aqidah seseorang rusak maka rusaklah semua
amal ibadah seseorang.
Allah ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ
قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ
الْخَاسِرِينَ.
Dan Sesungguhnya telah
diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu
mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu
termasuk orang-orang yang merugi.”
(QS. Az Zumar [39]: 65)
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ.
Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah
dari mereka amalan yang Telah mereka kerjakan. (QS. Al An’am [6]: 88)
Rasulullah sallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ
مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ مَاتَ يُشْرِكُ
بِاللهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ.
“Barang siapa mati tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun
niscaya akan masuk kedalam surga.” (HR Muslim 93).
3.
Akan di beri syafaat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ :أَسْعَدُ
النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Orang yang paling beruntung mendapat syafaatku di hari kiamat adalah yang
mengucapkan Laa ilaaha illallah (Tiada sesembahan yang haq selain Allah),
dengan ikhlas dari hatinya atau dari dirinya.” (HR. Bukhari 99)
4.
Allah akan memberikan kemenangan, meneguhkan mereka
dan menggantikan ketakutan dengan keamanan.
Allah ta’ala berfirman:
الَّذِينَ
آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ
وَهُمْ مُهْتَدُونَ.
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman
mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan
mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al An‘am [6]: 82)
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ
وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ
مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا.
“Allah telah menjanjikan kepada
orang-orang di antara kamu yang beriman dan mengerjakan amal shalih, bahwa Dia
sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan
bagi mereka agama yang telah Dia ridhai (Islam). Dan Dia benar-benar akan
mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa.
Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun.
Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah
orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur [24]: 55)
5.
Orang yang benar-benar mentauhidkan Allah akan masuk surga tanpa hisab
dan tanpa azab.
عَنْ
حُصَيْن بْنِ عَبْدِ الرَّ حْـمَنٍ قَالَ كُنْتُ عِنْدَ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ
فَقَالَ أَيُّكُمْ رَأَى الْكَوْكَبَ الَّذِي انْقَضَّ الْبَارِحَةَ قُلْتُ أَنَا
ثُـمَّ قُلتُ أَمَا إِنِّـي لَـمْ أَكُنْ فِـي صَلاَةٍ وَلَكِنِّـي لُدِغْتُ قَالَ
فَمَاذَا صَنَعْتَ قُلْتُ اسْـتَرْقَيْـتُ قَالَ فَمَا حَمَلَكَ عَلَى ذَلِكَ
قُلْتُ حَدِيثٌ حَدَّثَنَاهُ الشَّعْبِـيُّ فَقَالَ وَمَا حَدَّثَكُمُ
الشَّعْبِـيُّ قُلْتُ حَدَّثَنَا عَنْ بُرَيْدَةَ بْنِ حُصَيْبٍ اْلأَسْلَمِـيِّ
أَنَّهُ قَالَ لاَ رُقْيَةَ إِلاَّ مِنْ عَيْـنٍ أَوْ حُـمَةٍ فَقَالَ قَدْ
أَحْسَـنَ مَنِ انْتَهَى إِلَـى مَا سَـمِـعَ وَلَكِنْ حَدَّثَنَا ابْنُ عَبَّاسٍ
عَنِ النَّبِـيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ عُرِضَتْ عَلَـيَّ
اْلأُمَـمُ فَرَأَيْتُ النَّبِـيَّ وَ مَعَهُ الرَّهَيْطُ وَ النَّبِـيَّ وَ
مَعَهُ الرَّجُلُ وَ الرَّجُلاَنِ وَ النَّبِـيَّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ إِذْ
رُفِعَ لِـي سَوَادٌ عَظِيمٌ فَظَنَنْتُ أَنَّهُمْ أُمَّتِـي فَقِيلَ لِـي هَذَا
مُوسَـى عَلَيْهِ السَّلاَمَ وَ قَوْمُهُ وَ لَكِنِ انْظُرْ إِلَـى اْلأُفُقِ
فَنَظَرْتُ فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ فَقِيلَ لِـي انْظُرْ إِلَـى اْلأُفُقِ
اْلآخَرِ فإِذَا سَـوَادٌ عَظِيمٌ فَقِيلَ لِـي هَذِهِ أُمَّتُكَ وَ مَعَهُمْ
سَبْعُونَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْـجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ ثُـمَّ
نَهَضَ فَدَخَلَ مَنْزِلَهُ فَخَاضَ النَّاسُ فِـي أُولَئِكَ الَّذِينَ
يَدْخُلُونَ الْـجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ فَقَالَ بَعْضُهُمْ
فَلَعَلَّهُمُ الَّذِينَ صَحِبُوا رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ
فَقَالَ بَعْضُهُمْ فَلَعَلَّهُمُ الَّذِينَ وُلِدُوا فِـي اْلإِسْلاَمِ وَ لَـمْ
يُشْرِكُوا بِاللهِ وَ ذَكَرُوا أَشْيَاءَ فَـخَرَخَ عَلَيْهِمْ رَسُولَ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقَالَ مَا الَّذِي تَـخُوضُونَ فِـيهِ
فَأَخْبَرُوهُ فَقَالَ هُمُ الَّذِينَ لاَ يَرْقُونَ وَلاَ يَسْتَرْقُونَ وَ لاَ
يَتَطَيَّرُونَ وَ عَلَى رَبِّـهِمْ يَتَوَكَّلُونَ فَقَامَ عُكَّاشَةُ بْنُ
مِـحْصَنٍ فَقَالَ ادْعُ اللهَ أَنْ يَـجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَقَالَ أَنْتَ
مِنْهُمْ ثُـمَّ قَامَ رَجُلٌ آجَرُ فَقَالَ ادْعُ اللهَ أَنْ يَـجْعَلَنِي
مِنْهُمْ فَقَالَ سَبَقَكَ بِـهَا عُكَّاشَةُ.
Dari Hushain bin Abdurrahman berkata: “Ketika saya berada di
dekat Sa’id bin Jubair, dia berkata: “Siapakah diantara kalian yang melihat
bintang jatuh semalam?” Saya menjawab: “Saya.” Kemudian saya berkata: “Adapun
saya ketika itu tidak dalam keadaan shalat, tetapi terkena sengatan
kalajengking.” Lalu ia bertanya: “Lalu apa yang kamu kerjakan?” Saya menjawab:
“Saya minta diruqyah. Ia bertanya lagi: “Apa yang mendorong kamu melakukan hal
tersebut?” Jawabku: “Sebuah hadits yang dituturkan Asy-Sya’bi kepada kami.” Ia
bertanya lagi: “Apakah hadits yang dituturkan oleh Asy-Sya’bi kepadamu?” Saya
katakan: “Dia menuturkan hadits dari Buraidah bin Hushaib: “Tidak ada ruqyah
kecuali karena ‘ain atau terkena sengatan.”
Sa’id pun berkata: “Alangkah baiknya orang yang beramal sesuai dengan
nash yang telah didengarnya, akan tetapi Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu
menuturkan kepada kami hadits dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Beliau
bersabda: ‘Saya telah diperlihatkan beberapa umat oleh Allah, lalu saya melihat
seorang Nabi bersama beberapa orang, seorang Nabi bersama seorang dan dua orang
dan seorang Nabi sendiri, tidak seorang pun menyertainya. Tiba-tiba ditampakkan
kepada saya sekelompok orang yang sangat banyak. Lalu saya mengira mereka itu
umatku, tetapi disampaikan kepada saya: “Itu adalah Musa dan kaumnya”. Lalu
tiba-tiba saya melihat lagi sejumlah besar orang, dan disampaikan kepada saya:
“Ini adalah umatmu, bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang, mereka akan
masuk surga tanpa hisab dan adzab.” Kemudian Beliau bangkit dan masuk rumah.
Orang-orang pun saling berbicara satu dengan yang lainnya, ‘Siapakah gerangan
mereka itu?’ Ada diantara mereka yang mengatakan: ‘Mungkin saja mereka itu
sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.’ Ada lagi yang mengatakan: ‘Mungkin
saja mereka orang-orang yang dilahirkan dalam lingkungan Islam dan tidak pernah
berbuat syirik terhadap Allah.’ dan menyebutkan yang lainnya. Ketika Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam keluar, mereka memberitahukan hal tersebut kepada
beliau. Beliau bersabda: “Mereka itu adalah orang yang tidak pernah minta
diruqyah, tidak meminta di-kay (jenis pengobatan dengan menempelkan besi yang
dipanaskan) dan tidak pernah melakukan tathayyur serta mereka bertawakkal hanya
kepada Rabb mereka.” Lalu Ukasyah bin Mihshan berdiri dan berkata: “Mohonkanlah
kepada Allah, agar saya termasuk golongan mereka!” Beliau menjawab: “Engkau
termasuk mereka.” Kemudian berdirilah seorang yang lain dan berkata: “Mohonlah
kepada Allah, mudah-mudahan saya termasuk golongan mereka!” Beliau menjawab:
“Kamu sudah didahului Ukasyah.” (HR. Bukhari 5752, Muslim 220)
Inilah diantara keutamaan tauhid, memberikan maslahat dunia dan
akhirat.
Sumber Aqidah
kaum muslimin.
Sumber
aqidah kaum muslimin adalah Al-Qur’an dan Sunnah dan juga ijma’ para Salafus
Shalih.
Sebagaimana hal
ini dimuat dan di jelaskan para ulama.
Syaikh DR
Nashir ibni Abdul Karim Al-Aql berkata:
مَصْدَرُ العَـقِيْدَةُ هُوَ كِتَابُ اللّٰهِ وَسُنّةِ
رَسُوْلِهِ ، الصَّحِيْحَةَ، وَإِجْمَاعِ السَّلَفِ الصَّالِحِ .
“Sumber aqidah yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam yang shahih dan ijma’ Salafus Shalih.” (Mujmal Usul Ahlu Sunnah wal jama’ah fil Aqidah).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar