Macam-macam bentuk
kesyirikan.
- Tabaruk (mencari
berkah) pada tempat-tempat tertentu seperti :
Kuburan,
pepohonan, punden, gunung, seperti gunung kawi,gunung kemukus,
pantai selatan, gua atau sumur yang di keramatkan, patung-patung, sungai
tempuran dan lain-lain.
- Pada hewan yang
di anggap bisa memberi manfaat dan mendatangkan bahaya, seperti sapi
sebagaimana hal ini terjadi di India, kerbau, burung, ular, kucing, dan
lain-lain.
- Pada benda
yang di anggap bisa memberi manfaat dan menolak bahaya, seperti keris,
akik, tombak, sabuk, kulit hewan, tulang, taring, batu dan lain-lain.
- Pada angka yang
di anggap membawa sial seperti angka tiga belas atau satu ketemu tiga.
- Pada arah yang
di anggap mendatangkan sial seperti, ngalor ngulon (arah utara barat) ini
anggapan seperti orang meninggal di tidurkan kearah utara dan menghadap
barat atau rumah yang yang berhadapan dengan kelokan atau hari naas
seperti naga hari, semisal jika seseorang naga harinya di
selatan kalau dia melakukan perjalanan ke selatan di anggap sial dan
lain-lain.
- Menganggap sial
pada waktu-waktu tertentu, seperti hari meninggal kakeknya
berbareng an dengan acara walimahan atau pesta, bulan tertentu seperti As
Suraa di anggap bulan keramat dan lain-lain.
- Membuat sesajen
kemudian di pasrahkan baik dengan cara di taruh di atas meja, punden, atau
di lempar di kawah gunung dan di larung di lautan.
- Menyembelih
hewan untuk berhala, atau tempat yang di keramatkan.
- Menyeru kepada
orang yang tidak ada di tempat. Sebagaimana ini di sebutkan syaikh Jamil
zainu di dalam “Hud Aqidataka..”
- Mengelilingi
atau thowaf selain ka’bah. Lihat Hud Aqidataka… “ Syaikh Jamil Zainu.
Allah dan
Rasul-Nya membantah anggapan baik dan buruk yang di tentukan semua oleh manusia
ini.
وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللهُ
بِضُرٍّ فَلاَ كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلاَ رَادَّ
لِفَضْلِهِ.
“Jika
Allah menimpakan kepadamu kemudaratan maka tidak ada yang dapat
menghilangkannya kecuali Dia dan bila Dia menghendaki kebaikan bagimu maka
tidak ada yang dapat menolak keutamaan-Nya.” (QS Yunus[10]: 107).
Allah
ta’ala berfirman:
وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ
اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ
الظَّالِمِينَ.
“Dan
janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula)
memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian),
itu, Maka Sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim."
(QS Yunus[10]:106).
Dari Abu
Hurairah radliallahu 'anhu dia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
لاَ عَدْوَى وَلاَ
طِيَرَةَ، وَلاَ هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ.
"Tidak
dibenarkan menganggap penyakit menular dengan sendirinya (tanpa ketentuan
Allah), tidak dibenarkan beranggapan sial, tidak dibenarkan pula beranggapan
nasib malang karena tempat, juga tidak dibenarkan beranggapan sial di bulan
Shafar” (HR. Bukhari 5757 Muslim 2220).
اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ،
اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، وَمَا مِنَّا إِلاَّ، وَلَكِنَّ اللهَ
يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ.
“Thiyarah
itu syirik, thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik dan setiap orang pasti
terbetik dalam hatinya, Hanya saja Allah menghilangkannya dengan tawakkal
kepadaNya.” (HR. Bukhari di dalam Adabul Mufrad 909, Tirmidzi 1614).
Di dalam
hadits qudsi di jelaskan tentang larangan mencela waktu :
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يُؤْذِينِى ابْنُ آدَمَ يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
”Allah ’Azza wa Jalla
berfirman,’Aku disakiti oleh anak Adam. Dia mencela waktu, padahal Aku
adalah (pengatur) waktu, Akulah yang membolak-balikkan malam dan siang.” (HR.
Muslim 6000).
Apa bila seseorang meyakini
semata-mata waktu yang berperan menentukan nasib mereka selain Allah, berarti
dirinya telah menjadikan sekutu (berbuat syirik ) kepada Allah ta’ala.
Bahaya dan keburukan yang di timbulkan oleh kesyirikan.
1. Apa bila mati dalam keadaan musyrik pelakunya akan kekal di dalam neraka.
إِنَّ اللَّهَ لَا
يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang
selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.(QS. An
Nisaa[4]:48).
مَنْ مَاتَ يُشْرِكُ
بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ وَقُلْتُ أَنَا وَمَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ
بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّة.
“Barang
siapa mati dalam keadaan menyekutukan Allah dia akan masuk kedalam neraka,
barang siapa mati tidak menyekutukan Allah dia akan masuk kedalam
syurga.” (HR. Bukhari 4227 Muslim 92)
Allah ta’ala
berfirman:
وَلَقَدْ أُوحِيَ
إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ
عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.
“Dan
Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu.
"Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan
tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS Az Zumar[39]:65).
وَلَوْ أَشْرَكُوا
لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ.
“Seandainya
mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang Telah
mereka kerjakan.” (QS Al An’am[6]:88).
3. Kemusyrikan sumber petaka di dunia ini.
Sebagaimana disebutkan bahwa umat-umat terdahulu mereka di hancurkan karena mereka menyukutukan dengan Allah ta’ala, demikian pula berbagai bencana saat ini terjadi tidak lain karena manusia banyak menyekutukan Allah.
Allah
ta’ala berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ
الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ
وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ.
“Jikalau
penduduk kota-kota beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami)
itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS Al A’raf[7]:97).
Dari Abu Hurairah radiallahu ‘anhu Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:
اجْتَنِبُوا السَّبْعَ
المُوبِقَاتِ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ؟ قَالَ: الشِّرْكُ
بِاللَّهِ، وَالسِّحْرُ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا
بِالحَقِّ، وَأَكْلُ الرِّبَا، وَأَكْلُ مَالِ اليَتِيمِ، وَالتَّوَلِّي يَوْمَ
الزَّحْفِ، وَقَذْفُ المُحْصَنَاتِ المُؤْمِنَاتِ الغَافِلاَتِ.
“Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan.
Mereka (sahabat) berkata: “Wahai Rasulullah apakah tujuh perkara yang
membinasakan itu?” Beliau bersabda: “Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa
yang diharamkan Allah kecuali dengan haq, memakan harta anak yatim, memakan riba’,
lari dari medan perang (jihad), menuduh berzina wanita baik-baik lagi beriman
serta tidak tahu menahu (dengan zina tersebut).” (HR. Bukhari 2766 Muslim 86).
Allah ta'ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا
مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا
أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ.
“Sesungguhnya
orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan
masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah
seburuk-buruk makhluk.” (QS. Al Bayyinah[98]:6).
Sebagaimana
kita ketahui orang musyrik tidak boleh di nikahi, tidak boleh di shalatkan,
tidak mewariskan atau menerima waris, tidak halal sembelihannya, dapat
memutuskan hubungan suami istri, begitu pula banyak aktivitas berhenti
seperti pambangunan, rencana pernikahan, bepergian hanya karena
harinya di anggap sial atau bulan yang diyakini keramat.
وَلَا تَنْكِحُوا
الْمُشْرِكَاتِ حَتَّى يُؤْمِنَّ وَلَأَمَةٌ مُؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكَةٍ
وَلَوْ أَعْجَبَتْكُمْ وَلَا تُنْكِحُوا الْمُشْرِكِينَ حَتَّى يُؤْمِنُوا
وَلَعَبْدٌ مُؤْمِنٌ خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكٍ وَلَوْ أَعْجَبَكُمْ أُولَئِكَ
يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ
بِإِذْنِهِ وَيُبَيِّنُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ.
“Dan
janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun
dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan
wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin
lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke
neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka
mengambil pelajaran.” (QS Al Baqarah [2]: 221).
Allah ta’ala menafikan anggapan sial muncul karena apa yang diyakini oleh orang-orang musyrik tersebut.
قَالُوا إِنَّا
تَطَيَّرْنَا بِكُمْ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهُوا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُمْ
مِنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ . قَالُوا طَائِرُكُمْ مَعَكُمْ أَئِنْ
ذُكِّرْتُمْ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ.
Mereka
menjawab: "Sesungguhnya kami bernasib malang Karena kamu, Sesungguhnya
jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan
kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami". Utusan-utusan itu
berkata: "Kemalangan kamu adalah Karena kamu sendiri. apakah jika kamu
diberi peringatan (kamu bernasib malang)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang
melampui batas". (QS. Yaasiin[36]18-19).
Sebenarnya berhala-berhala yang mereka sembah, keyakinan yang mereka buat-buat sama sekali tidak membahayakan mereka sebagaimana hal itu telah di buktikan nabi Ibrahim ‘alaihi sallam.
وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلَا تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالْأَمْنِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
”Dan
bagaimana mungkin aku takut kepada sesembahan yang kalian persekutukan (dengan
Allah), padahal kamu tidak takut mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang
Allah sendiri tidak pernah menurunkan hujjah (keterangan).” (QS Al-An’am[6]:
81).
وَتَاللَّهِ لَأَكِيدَنَّ
أَصْنَامَكُمْ بَعْدَ أَنْ تُوَلُّوا مُدْبِرِينَ .فَجَعَلَهُمْ جُذَاذًا
إِلَّا كَبِيرًا لَهُمْ لَعَلَّهُمْ إِلَيْهِ يَرْجِعُونَ . قَالُوا
مَنْ فَعَلَ هَذَا بِآلِهَتِنَا إِنَّهُ لَمِنَ الظَّالِمِينَ . قَالُوا
سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ . قَالُوا
فَأْتُوا بِهِ عَلَى أَعْيُنِ النَّاسِ لَعَلَّهُمْ
يَشْهَدُونَ . قَالُوا أَأَنْتَ فَعَلْتَ هَذَا بِآلِهَتِنَا يَا
إِبْرَاهِيمُ . قَالَ بَلْ فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ هَذَا فَاسْأَلُوهُمْ
إِنْ كَانُوا يَنْطِقُونَ . فَرَجَعُوا إِلَى أَنْفُسِهِمْ فَقَالُوا
إِنَّكُمْ أَنْتُمُ الظَّالِمُونَ . ثُمَّ نُكِسُوا عَلَى رُءُوسِهِمْ
لَقَدْ عَلِمْتَ مَا هَؤُلَاءِ يَنْطِقُونَ. قَالَ أَفَتَعْبُدُونَ مِنْ
دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكُمْ شَيْئًا وَلَا يَضُرُّكُمْ . أُفٍّ لَكُمْ
وَلِمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَفَلَا تَعْقِلُونَ . قَالُوا
حَرِّقُوهُ وَانْصُرُوا آلِهَتَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ . قُلْنَا
يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ.
“Demi
Allah, Sesungguhnya Aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu
sesudah kamu pergi meninggalkannya.” Maka Ibrahim membuat
berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari
patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. Mereka
berkata: “Siapakah yang melakukan perbuatan Ini terhadap tuhan-tuhan kami,
Sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim.” Mereka berkata: “Kami dengar
ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala Ini yang bernama Ibrahim.”
Mereka berkata: “Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat
orang banyak, agar mereka menyaksikan.” Mereka bertanya: “Apakah kamu, yang
melakukan perbuatan Ini terhadap tuhan-tuhan kami, Hai Ibrahim?” Ibrahim
menjawab: “Sebenarnya patung yang besar Itulah yang melakukannya, Maka
tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara.” Maka mereka Telah
kembali kepada kesadaran dan lalu berkata: “Sesungguhnya kamu sekalian adalah
orang-orang yang menganiaya (diri sendiri).” Kemudian kepala mereka jadi
tertunduk (lalu berkata): ”Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) Telah mengetahui
bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara.” Ibrahim berkata: “Maka
mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat
sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu?” “. Ah
(celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak
memahami?” Mereka berkata: "Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu,
jika kamu benar-benar hendak bertinda.” Kami berfirman: “Hai api menjadi
dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.” (QS Al Anbiyaa[21]: 57-69).
Ini menunjukkan apa yang di puja selain Allah ta’ala sama sekali tidak mampu membela dirinya dan juga tidak bisa membalas ketika di hancurkan atau di hinakan, hal semakna juga di lakukan oleh Khalid bin Walid ketika menghancurkan ‘uzza yang di agungkan orang kafir Qurayis dan juga sa’ad bin Ziyad Al Asyihali terhadap berhala Munat, yang terletak di Al Musyalal, Qudaid.
Dari Abu Al-Thufail, beliau bercerita:
لمَاَّ فَتَحَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَمَّ مَكَّةَ بَعَثَ خَالِدَ بْنَ الْوَلِيْدِ
إِلَى نخَلْةَ ٍوَكَانَتْ بِهَا الْعُزَّى فَأَتَاهَا خَالِدٌ وَكَانَتْ عَلَى
ثَلَاثِ سَمُرَاتٍ فَقَطَعَ السَّمُرَاتِ وَهَدَمَ الْبَيْتَ الَّذِي كَانَ
عَلَيْهَا ثُمَّ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَأَخْبَرَهُ
فَقَالَ ارْجِعْ فَإِنَّكَ لَمْ تَصْنَعْ شَيْئًا فَرَجَعَ خَالِدٌ فَلَمَّا
أَبْصَرَتْ بِهِ السدنة وَهُمْ حجبتها أَمْعَنُوْا فِي الْجَبَلِ وَهُمْ
يَقُوْلُوْنَ يَا عُزَّى فَأَتَاهَا خَالِدٌ فَإِذَا هِيَ امْرَأَةٌ عُرْيَانَةٌ ناَشِرَةُ
شَعْرِهَا تَحْتَفِنُ التُّرَابَ عَلَى رَأْسِهَا فَعَمَمَهَا بِالسَّيْفِ حَتَّى
قَتَلَهَا ثُمَّ رَجَعَ إِلَى النَّبِيِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ
فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ تِلْكَ العُزَّى.
“Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menaklukkan kota Mekah, beliau mengutus Khalid bin al Walid ke daerah
Nakhlah, tempat keberadaan berhala ‘Uzza. Akhirnya Khalid mendatangi ‘Uzza, dan
ternyata ‘Uzza adalah tiga buah pohon Samurah. Khalid pun lantas menebang ketiga
buah pohon tersebut. Ketiga buah pohon tersebut terletak di dalam sebuah rumah.
Khalid pun menghancurkan bangunan rumah tersebut. Setelah itu Khalid menghadap
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan melaporkan apa yang telah dia kerjakan.
Komentar Nabi, ‘Kembalilah karena engkau belum berbuat apa-apa.’ Akhirnya
kembali. Tatkala para juru kunci ‘Uzza melihat kedatangan Khalid, mereka
menatap ke arah gunung yang ada di dekat lokasi sambil berteriak, “Wahai ‘Uzza.
Wahai ‘Uzza.” Khalid akhirnya mendatangi puncak gunung, ternyata ‘Uzza itu
berbentuk perempuan telanjang yang mengurai rambutnya. Dia ketika itu sedang
menuangkan debu ke atas kepalanya dengan menggunakan kedua telapak tangannya.
Khalid pun menyabetkan pedang ke arah jin perempuan ‘Uzza sehingga berhasil
membunuhnya. Setelah itu Khalid kembali menemui Nabi dan melaporkan apa yang
telah dia kerjakan. Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Nah, itu baru
‘Uzza.” HR. An-Nasa’i, Sunan Kubro , jilid 6 /11547 ini juga di sebutkan
di “Ar-Rahiqul Makhtum” Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri.
Perbuatan tabdir salah satu perbuatan yang amat disukai oleh syaitan.
ALlah ta'ala berfirman:
وَلا تُبَذِّرْ
تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ.
“Dan
janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isra’[17]: 26-27).
Ibnu Mas’ud
dan Ibnu ‘Abbas mengatakan:
التَّبْذِيرُ:
الْإِنْفَاقُ فِي غَيْرِ حَقٍّ. وَكَذَا قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ.
وَقَالَ مُجَاهِدٌ: لَوْ أَنْفَقَ إِنْسَانٌ مَالَهُ كُلَّهُ فِي
الْحَقِّ، لَمْ يَكُنْ مُبَذِّرًا، وَلَوْ أَنْفَقَ مُدًّا فِي غَيْرِ حَقِّهِ
كَانَ تَبْذِيرًا. وَقَالَ قَتَادَةُ: التَّبْذِيرُ: النَّفَقَةُ . فِي
مَعْصِيَةِ اللَّهِ تَعَالَى، وَفِي غَيْرِ الْحَقِّ وَفِي الْفَسَادِ.
“Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan
sesuatu bukan pada jalan yang benar.”
Mujahid
mengatakan, “Seandainya seseorang menginfakkan seluruh hartanya dalam jalan
yang benar, itu bukanlah tabdzir (pemborosan). Namun jika seseorang
menginfakkan satu mud saja (ukuran telapak tangan) pada jalan yang keliru,
itulah yang dinamakan tabdzir (pemborosan).”
Qatadah
mengatakan, “Yang namanya tabdzir (pemborosan) adalah mengeluarkan nafkah dalam
berbuat maksiat pada Allah, pada jalan yang keliru dan pada jalan untuk berbuat
kerusakan.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, QS Al Isra’[17]:26-27).
7. Ketakutan di dalam hatinya sehingga melemahkan jiwa dan raga.
Pelaku kemusyrikan akan senantiasa di hantui rasa cemas, kekuatiran, dan ketakutan.
Allah
ta’ala menyebutkan di dalam firmanNya:
سَنُلْقِي فِي قُلُوبِ
الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ بِمَا أَشْرَكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ
سُلْطَانًا وَمَأْوَاهُمُ النَّارُ وَبِئْسَ مَثْوَى الظَّالِمِينَ.
“Akan
Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka
menyekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan
tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk
tempat tinggal orang-orang yang zalim.” (QS. Ali Imran[3]: 151).
Ketakutan seperti takut kematian, musibah, melanggar aturan yang di buat nenek
moyang atau berbagai macam gangguan yang di sebabkan manusia ataupun jin,
seperti lupa tidak membawa zimat, merasa kurang di dalam memberikan sesaji, dan
lain-lain, rasa ketakutan inilah yang akan selalu memenuhi pikiran orang-orang
musyrik, sehingga sanggat menyiksa di dalam hidupnya, begitu pula
rasa takut terhadap musuh-musuhnya, sebagaimana hal ini terjadi
kepada kaum musyrikin pada waktu perang Badar, melihat jumlah kaum muslimin
seakan-akan berlipat ganda.
قَدْ كَانَ لَكُمْ آيَةٌ
فِي فِئَتَيْنِ الْتَقَتَا فِئَةٌ تُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأُخْرَى
كَافِرَةٌ يَرَوْنَهُمْ مِثْلَيْهِمْ رَأْيَ الْعَيْنِ وَاللَّهُ يُؤَيِّدُ
بِنَصْرِهِ مَنْ يَشَاءُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لِأُولِي الْأَبْصَارِ.
“Sesungguhnya
telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur).
Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang
dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah
mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang
mempunyai mata hati.” (QS. Al Imran [3]:13).
Kemusyrikan sumber perpecahan bagi manusia, karena setiap orang akan mengikuti hawa nafsunya.
Allah
ta’ala berfirman:
وَلَا تَكُونُوا مِنَ
الْمُشْرِكِينَ. مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا ۖ كُلُّ حِزْبٍ بِمَا
لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ.
“Janganlah
kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang
yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap
golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (QS.
Arrum[30]:31).
9. Kemusyrikan sangat merendahkan akal dan kedudukan manusia.
Allah ta’ala berfirman:
هُوَ الَّذِي خَلَقَ
لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ
سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ.
“Dia-lah Allah,
yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan dia berkehendak
(menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan dia Maha mengetahui
segala sesuatu.” (QS Al Baqarah[2]:29).
Manusia di beri kedudukan tinggi untuk memberdayakan alam ini termasuk binatang-binatang yang ada agar di manfaatkan bukan sebaliknya menyembah dan mengagungkannya.
10. Pelaku kemusyrikan telah tersesat sejauh-jauhnya.
Pelaku
kemusyrikan akan disesatkan Allah dengan kesesatan yang jauh, mereka senantiasa
di hadapkan dengan kebingungan, karena tidak memiliki sandaran yang kuat, dari
situlah syaitan akan membisikan berbagai macam rayuan dan tipuan untuk
menyengsarakannya.
وَمَنْ يُشْرِكْ
بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا.
“Barangsiapa
yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah
tersesat sejauh-jauhnya.” (QS. An Nisa’[4]: 116).
وَمَن يَعْشُ عَن ذِكْرِ
الرَّحْمَٰنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ
قَرِينٌ. وَاِنَّهُمْ لَيَصُدُّوْنَهُمْ عَنِ السَّبِيْلِ
وَيَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ مُّهْتَدُوْنَ.
“Barangsiapa
yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Quran), kami adakan
baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang
selalu menyertainya. Dan sungguh, mereka (setan-setan itu) benar-benar
menghalang-halangi mereka dari jalan yang benar, sedang mereka menyangka bahwa
mereka mendapat petunjuk.” (QS. Az-Zukhruf[43]: 37).
Inilah diantara bahaya kemusyrikan yang mengancam pelakunya di dunia dan
akhirat, meskipun demikian Allah mengampuni semua dosa seandainya manusia
sebenar-benar bertaubat kepada Allah, baik itu dosa syirik maupun
dosa besar lainnya.
Allah
ta’ala berfirman:
قُلْ يَاعِبَادِي
الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لاَتَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللهِ إِنَّ
اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيم.
Katakanlah:
”Hai hamba-hamba-Ku yang meĀlampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu terputus asa dari rahmat Allah.Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya.Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (QS Az-Zumar[39]:53).
Adapun keutamaan orang yang mentauhidkan Allah sangat banyak, diantaranya:
1.
Orang yang masuk islam dan mengucakan syahadat
niscaya akan menghapuskan dosa-dosa yang telah lalu.
Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا أَسْلَمَ الْعَبْدُ فَحَسُنَ إِسْلَامُهُ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ
كُلَّ حَسَنَةٍ كَانَ أَزْلَفَهَا وَمُحِيَتْ عَنْهُ كُلُّ سَيِّئَةٍ كَانَ
أَزْلَفَهَا ثُمَّ كَانَ بَعْدَ ذَلِكَ الْقِصَاصُ الْحَسَنَةُ بِعَشْرَةِ
أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ وَالسَّيِّئَةُ بِمِثْلِهَا إِلَّا أَنْ
يَتَجَاوَزَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَنْهَا
Jika
seorang hamba masuk Islam, lalu Islamnya baik, Allah menulis semua kebaikan
yang pernah dia lakukan, dan dihapus darinya semua keburukan yang pernah dia
lakukan. Kemudian setelah itu ada qishash (balasan yang adil), yaitu satu
kebaikan dibalas sepuluh kali lipat sampai 700 kali lipat. Adapun satu
keburukan dibalas dengan sama, kecuali Allah ‘Azza wa Jalla mengampuninya. (HR
Nasai 4998, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Silsilah Ash-Shahihah 247).
Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda kepada sahabat ‘Amru bin Al-’Aash
yang berkehendak masuk Islam.
أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ الْإِسْلَامَ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ
وَأَنَّ الْهِجْرَةَ تَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلِهَا وَأَنَّ الْحَجَّ يَهْدِمُ مَا
كَانَ قَبْلَهُ
Tidakkah
engkau tahu bahwa Islam menggugurkan (dosa-dosa) sebelumnya, dan bahwa hijroh
menggugurkan (dosa-dosa) sebelumnya bahwa haji menggugurkan (dosa-dosa)
sebelumnya. (HR Muslim 121).
2. Kalimat Tauhid pemberat timbangan nanti pada hari kiamat.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ
اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَسْتَخْلِصُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي عَلَى رُءُوسِ
الْخَلَائِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَيَنْشُرُ عَلَيْهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ
سِجِلًّا، كُلُّ سِجِلٍّ مَدَّ الْبَصَرِ، ثُمَّ يَقُولُ لَهُ: أَتُنْكِرُ مِنْ
هَذَا شَيْئًا؟ أَظَلَمَتْكَ كَتَبَتِي الْحَافِظُونَ؟ قَالَ: لَا، يَا رَبِّ،
فَيَقُولُ: أَلَكَ عُذْرٌ، أَوْ حَسَنَةٌ؟ فَيُبْهَتُ الرَّجُلُ، فَيَقُولُ: لَا،
يَا رَبِّ، فَيَقُولُ: بَلَى، إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَةً وَاحِدَةً، لَا
ظُلْمَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ، فَتُخْرَجُ لَهُ بِطَاقَةٌ، فِيهَا أَشْهَدُ أَنْ لَا
إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، فَيَقُولُ:
أَحْضِرُوهُ، فَيَقُولُ: يَا رَبِّ، مَا هَذِهِ الْبِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ
السِّجِلَّاتِ؟ ! فَيُقَالُ: إِنَّكَ لَا تُظْلَمُ، قَالَ: فَتُوضَعُ السِّجِلَّاتُ فِي كَفَّةٍ، قَالَ: فَطَاشَتْ
السِّجِلَّاتُ، وَثَقُلَتْ الْبِطَاقَةُ، وَلَا يَثْقُلُ شَيْءٌ بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ.
“Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla akan membebaskan seseorang
dari umatku di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat. Lalu dibukakan
kepadanya sembilan puluh sembilan catatan amal. Setiap catatan sejauh mata
memandang. Allah berfirman: “Adakah sesuatu yang engkau ingkari dari semua hal
ini? Apakah Malaikat pencatat-Ku itu telah menzhalimimu?” Orang itu berkata,
“Tidak, wahai Tuhanku,” Allah berfirman: “Apakah engkau mempunyai alasan atau
mempunyai kebaikan?” Orang itu pun berkata: “Tidak wahai Rabb”. Allah
berfirman: “Bahkan engkau di sisi kami mempunyai satu kebaikan, tidak ada
kezhaliman terhadapmu pada hari ini.”
Lalu dikeluarkanlah padanya sebuah kartu (bithaqah) yang bertuliskan:
Asyhadu an Laa ilaaha illallaah wa anna Muhammadan ‘abduhu wa Rasuuluh. Allah
berfirman: “Tunjukkanlah kepadanya.” Orang itu berkata: “Wahai Rabb, bagaimana
kartu ini (dibandingkan) dengan seluruh catatan amal kejelekan ini?” Dikatakan:
“Sesungguhnya engkau tidak akan dizhalimi”. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Lalu diletakkanlah catatan-catatan amal kejelekan itu di satu daun
timbangan. Ternyata catatan-catatan dosa itu lebih ringan dan beratlah
timbangan kartu tersebut. Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat daripada nama
Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (HR. Ahmad 6994, Tirmidzi 2850
dan dishahihkan syaikh al-Albani di dalam Targhib wa Tarhib 1553).”
Allah ta’ala berfirman:
يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ
لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لَا تُشْرِكُ بِي
شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً.
"Wahai
anak Adam, sesungguhnya jika engkau menghadap-Ku dengan dosa sepenuh bumi,
kemudian menemui-Ku, engkau tidak menyekutukan sesuatupun dengan-Ku, niscaya
Aku menemuimu dengan ampunan seperti itu.” HR. Tirmidzi 3540, Dihasankan oleh
Syaikh al-Albani di dalam Shahih at-Tarhib wa Tarhib 1616, Ash Shahihah 127-128).
4. Meskipun di siksa didalam neraka tidak menjadikan kekal di dalam neraka.
Allah ta’aa
berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang
selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar.” (QS An
Nisaa:48, 116).
Rasulullah
shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
“Setelah
penghuni Surga masuk ke Surga, dan penghuni Neraka masuk ke Neraka, maka
setelah itu Allah Azza wa Jalla pun berfirman, ‘Keluarkan (dari Neraka)
orang-orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi iman!’ Maka mereka
pun dikeluarkan dari Neraka, hanya saja tubuh mereka sudah hitam legam
(bagaikan arang). Lalu mereka dimasukkan ke sungai kehidupan, maka tubuh mereka
tumbuh (berubah) sebagaimana tumbuhnya benih yang berada di pinggiran sungai.
Tidakkah engkau perhatikan bahwa benih itu tumbuh berwarna kuning dan berlipat-lipat?”
(HR. Bukhari 22).
Allah ta’ala
berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ
يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ.
“Orang-orang
yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik),
mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk.” (QS. Al An‘am[6]:82).
Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَكَفَرَ بِمَا يُعْبَدُ مِنْ دُوْنِ اللهِ، حَرُمَ مَالُهُ
وَدَمُهُ، وَحِسَابُهُ عَلَى اللهِ.
“Barangsiapa
yang mengucapkan “la ilaha illallah” dan ingkar terhadap apa-apa yang disembah
selain Allah, maka haram harta dan darahnya dan hisabnya atas Allah ta’ala.” (HR.
Muslim 22).
7. Mati dalam keadaan bertauhid akan masuk kedalam syurga.
Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
مَنْ مَاتَ لاَيُشْرِكُ
بِاللهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ.
“Barang
siapa mati tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun niscaya akan masuk
kedalam syurga.” (HR. Muslim 93).
Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ.
Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ” Orang yang paling beruntung mendapat
syafaatku dihari kiamat adalah yang mengucapkan Laa ilaaha illallah (Tiada
sesembahan yang haq selain Allah), ikhlas dari hatinya atau dari dirinya.” (HR.
Bukhari 99).
9. Allah akan beri kemenangan di dunia ini.
Allah ta’ala berfirman:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ
آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرْضِ
كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ
الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا
يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ
فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ.
“Allah
telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan
mengerjakan amal saleh, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di
bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan
sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai (Islam).
Dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam
ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tidak
mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir
setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur, [24]:55).
Dari Hushain bin Abdurrahman berkata: “Ketika saya berada di dekat Sa’id bin Jubair, dia berkata:
عَنْ حُصَيْن بْنِ عَبْدِ الرَّ حْـمَنٍ قَالَ كُنْتُ عِنْدَ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ فَقَالَ أَيُّكُمْ رَأَى الْكَوْكَبَ الَّذِي انْقَضَّ الْبَارِحَةَ قُلْتُ أَنَا ثُـمَّ قُلتُ أَمَا إِنِّـي لَـمْ أَكُنْ فِـي صَلاَةٍ وَلَكِنِّـي لُدِغْتُ قَالَ فَمَاذَا صَنَعْتَ قُلْتُ اسْـتَرْقَيْـتُ قَالَ فَمَا حَمَلَكَ عَلَى ذَلِكَ قُلْتُ حَدِيثٌ حَدَّثَنَاهُ الشَّعْبِـيُّ فَقَالَ وَمَا حَدَّثَكُمُ الشَّعْبِـيُّ قُلْتُ حَدَّثَنَا عَنْ بُرَيْدَةَ بْنِ حُصَيْبٍ اْلأَسْلَمِـيِّ أَنَّهُ قَالَ لاَ رُقْيَةَ إِلاَّ مِنْ عَيْـنٍ أَوْ حُـمَةٍ فَقَالَ قَدْ أَحْسَـنَ مَنِ انْتَهَى إِلَـى مَا سَـمِـعَ وَلَكِنْ حَدَّثَنَا ابْنُ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِـيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ عُرِضَتْ عَلَـيَّ اْلأُمَـمُ فَرَأَيْتُ النَّبِـيَّ وَ مَعَهُ الرَّهَيْطُ وَ النَّبِـيَّ وَ مَعَهُ الرَّجُلُ وَ الرَّجُلاَنِ وَ النَّبِـيَّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ إِذْ رُفِعَ لِـي سَوَادٌ عَظِيمٌ فَظَنَنْتُ أَنَّهُمْ أُمَّتِـي فَقِيلَ لِـي هَذَا مُوسَـى عَلَيْهِ السَّلاَمَ وَ قَوْمُهُ وَ لَكِنِ انْظُرْ إِلَـى اْلأُفُقِ فَنَظَرْتُ فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ فَقِيلَ لِـي انْظُرْ إِلَـى اْلأُفُقِ اْلآخَرِ فإِذَا سَـوَادٌ عَظِيمٌ فَقِيلَ لِـي هَذِهِ أُمَّتُكَ وَ مَعَهُمْ سَبْعُونَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْـجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ ثُـمَّ نَهَضَ فَدَخَلَ مَنْزِلَهُ فَخَاضَ النَّاسُ فِـي أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْخُلُونَ الْـجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ فَقَالَ بَعْضُهُمْ فَلَعَلَّهُمُ الَّذِينَ صَحِبُوا رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ فَلَعَلَّهُمُ الَّذِينَ وُلِدُوا فِـي اْلإِسْلاَمِ وَ لَـمْ يُشْرِكُوا بِاللهِ وَ ذَكَرُوا أَشْيَاءَ فَـخَرَخَ عَلَيْهِمْ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقَالَ مَا الَّذِي تَـخُوضُونَ فِـيهِ فَأَخْبَرُوهُ فَقَالَ هُمُ الَّذِينَ لاَ يَرْقُونَ وَلاَ يَسْتَرْقُونَ وَ لاَ يَتَطَيَّرُونَ وَ عَلَى رَبِّـهِمْ يَتَوَكَّلُونَ فَقَامَ عُكَّاشَةُ بْنُ مِـحْصَنٍ فَقَالَ ادْعُ اللهَ أَنْ يَـجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَقَالَ أَنْتَ مِنْهُمْ ثُـمَّ قَامَ رَجُلٌ آجَرُ فَقَالَ ادْعُ اللهَ أَنْ يَـجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَقَالَ سَبَقَكَ بِـهَا عُكَّاشَةُ.
“Siapakah diantara kalian yang melihat bintang jatuh semalam?”
Saya menjawab: “Saya.” Kemudian saya berkata: “Adapun saya ketika itu tidak
dalam keadaan shalat, tetapi terkena sengatan kalajengking.” Lalu ia bertanya:
“Lalu apa yang kamu kerjakan?” Saya menjawab: “Saya minta diruqyahIa bertanya
lagi: “Apa yang mendorong kamu melakukan hal tersebut?”Jawabku: “Sebuah hadits
yang dituturkan Asy-Sya’bi kepada kami.” Ia bertanya lagi: “Apakah hadits yang dituturkan
oleh Asy-Sya’bi kepadamu?” Saya katakan: “Dia menuturkan hadits dari Buraidah
bin Hushaib: ‘Tidak ada ruqyah kecuali karena ‘ain atau terkena sengatan.”
“Sa’id
pun berkata: “Alangkah baiknya orang yang beramal sesuai dengan nash yang telah
didengarnya, akan tetapi Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu menuturkan kepada kami
hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Beliau bersabda: ‘Saya telah
diperlihatkan beberapa umat oleh Allah, lalu saya melihat seorang Nabi bersama
beberapa orang, seorang Nabi bersama seorang dan dua orang dan seorang Nabi
sendiri, tidak seorangpun menyertainya. Tiba-tiba ditampakkan kepada saya
sekelompok orang yang sangat banyak. Lalu saya mengira mereka itu umatku,
tetapi disampaikan kepada saya: “Itu adalah Musa dan kaumnya”. Lalu tiba-tiba
saya melihat lagi sejumlah besar orang, dan disampaikan kepada saya: “Ini
adalah umatmu, bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang, mereka akan masuk
surga tanpa hisab dan adzab.”.’Kemudian Beliau bangkit dan masuk rumah.
Orang-orang pun saling berbicara satu dengan yang lainnya, ‘Siapakah gerangan
mereka itu?’ Ada diantara mereka yang mengatakan: ‘Mungkin saja mereka itu
sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.’ Ada lagi yang mengatakan:
‘Mungkin saja mereka orang-orang yang dilahirkan dalam lingkungan Islam dan
tidak pernah berbuat syirik terhadap Allah.’ dan menyebutkan yang lainnya.
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar, mereka memberitahukan
hal tersebut kepada beliau. Beliau bersabda: ‘Mereka itu adalah orang yang
tidak pernah minta diruqyah, tidak meminta di kay [3] dan tidak pernah
melakukan tathayyur serta mereka bertawakkal kepada Rabb mereka.’Lalu Ukasyah
bin Mihshon berdiri dan berkata: “Mohonkanlah kepada Allah, mudah-mudahan saya
termasuk golongan mereka!’ Beliau menjawab: ‘Engkau termasuk mereka’, Kemudian
berdirilah seorang yang lain dan berkata:’Mohonlah kepada Allah, mudah-mudahan
saya termasuk golongan mereka!’ Beliau menjawab:’Kamu sudah didahului Ukasyah.”
(HR Bukhari 5752 M Muslim 220).
Demikianlah bahaya kesyirikan hendaknya seseorang menjahuinya.
Begitu pula keutamaan tauhid agar seseorang mempelajarinya,
karena hal ini akan menyelamatkan di dunia dan akhirat.
Semoga Allah menyelamatkan kita dari adzab neraka, Aamiin.
-----000-----
Sragen 25-03-2024.
Junaedi Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar