Bahwasanya Al Qur’an di turunkan pada bulan Ramadhan, sebagaimana
ini di sebutkan di dalam kitab-kitab tafsir para ulama, Alah ta’ala berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan
yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak
dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri
tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.”
QS. Al Baqarah [2] : 185.
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ.
Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi QS.Ad
Dukhaan[44]:3
Banyak para ulama yang mengatakan bahwasanya AL Qur’an di turunkan
dengan sekaligus dari lauhul mahfud ke langit dunia, kemudian di turunkan
secara rinci dan berangsur-angsur sesuai dengan kejadian-kejadian selama
dua puluh tiga tahun kepada Rasulullah sallallahu ‘alahi wa sallam. Tafsir Ibnu
Katsir QS Al Baqarah[2]:185.
Dan diantara
malam-malam tersebut terdapat malam lailatul qadar, Allah ta’ala berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ . وَمَا أَدْرَاكَ مَا
لَيْلَةُ الْقَدْرِ . لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ.
“Sesungguhnya
kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” QS.97. Al Qadr 1-3.
Pada malam
ini Allah akan menentukan taqdirnya selama setahun kedepan, yaitu taqdir
tahunan, adapun taqdir secara keseluruhan telah ditentukan Allah ta’ala 50 000
tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. Sebagaimana Rasulullah sallallahu
alaihi wa sallam sebutkan:
كَتَبَ
اللهُ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ
بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ.
“Allah telah menulis takdirnya makhluk lima puluh ribu tahun
sebelum Allah menciptakan beberapa langit dan bumi. ” HR muslim 2653.
Namun
malam kapan waktunya lailatul Qadar tersebut, tanda-tanda malam lailatul qadar,
apa yang harus kita lakukan untuk mendapatkannya, dan apa tanda-tanda orang
yang mendapatkan, tulisan singkat ini semoga bisa memberi manfaat:
1.
Waktu malam lailatul Qadar.
Waktu malam
lailatul qadar semenjak matahari terbenam sampai datangnya fajar.
Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنِّي أُرِيتُ لَيْلَةَ القَدْرِ، ثُمَّ
أُنْسِيتُهَا - أَوْ نُسِّيتُهَا - فَالْتَمِسُوهَا فِي العَشْرِ الأَوَاخِرِ
فِي الوَتْرِ.
“Sungguh aku
diperlihatkan lailatul qadar, kemudian aku dilupakan –atau lupa- maka carilah
ia di sepuluh malam terakhir, pada malam-malam yang ganjil. HR bukhari 2016
Muslim 1167.
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ القَدْرِ فِي الوِتْرِ، مِنَ العَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ.
“Carilah lailatul
qadar pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir Ramadhan.” HR. Bukhari
2017.
Hadis-hadis di atas
menunjukkan keumuman pada sepuluh hari terakhir.
أَنَّ رِجَالاً مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - أُرُوا لَيْلَةَ
الْقَدْرِ فِى الْمَنَامِ فِى السَّبْعِ الأَوَاخِرِ ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -
صلى الله عليه وسلم - أَرَى
رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِى السَّبْعِ الأَوَاخِرِ ، فَمَنْ كَانَ
مُتَحَرِّيَهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِى السَّبْعِ الأَوَاخِرِ
Sesungguhnya
sebagian sahabat Nabi SAW bermimpi lailatul qadar terjadi pada tujuh hari
terakhir (Ramadhan). Maka Rasulullah SAW bersabda, "Aku melihat mimpi
kalian bertemu pada tujuh malam terakhir, maka barangsiapa yang ingin
mencarinya, hendaklah ia mencari pada tujuh malam terakhir." HR. Bukhari 2015
Muslim 1165
الْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ - يَعْنِى لَيْلَةَ الْقَدْرِ - فَإِنْ
ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلاَ يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِى .
Carilah ia
-lailatul qadar- di sepuluh malam terakhir. Jika salah seorang kalian lemah
atau tidak mampu, maka janganlah ia kalah di tujuh malam terakhir. HR. Bukhari
2021 Muslim 1165.
قَالَ أُبَىٌّ وَاللَّهِ الَّذِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ
إِنَّهَا لَفِى رَمَضَانَ - يَحْلِفُ مَا يَسْتَثْنِى - وَوَاللَّهِ إِنِّى لأَعْلَمُ أَىُّ
لَيْلَةٍ هِىَ. هِىَ اللَّيْلَةُ الَّتِى أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- بِقِيَامِهَا
هِىَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ
الشَّمْسُ فِى صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لاَ شُعَاعَ لَهَا.
Ubay (bin Ka'ab)
berkata, "Demi Allah yang tiada tuhan melainkan Dia. Sesungguhnya ia
terjadi di bulan Ramadhan. Dan demi Allah sesungguhnya aku mengetahui malam
itu. Ia adalah malam yang Rasulullah memerintahkan kami untuk qiyamullail,
yaitu malam kedua puluh tujuh. Dan sebagai tandanya adalah pada pagi harinya
matahari terbit dengan cahaya putih yang tidak bersinar-sinar
menyilaukan." (HR. Muslim)
Adapun hadis-hadis
ini menyebutkan secara rinci bahwa malam tersebut adalah malam ke dua puluh
tujuh, seandainya kita gabungkan hadis-hadis yang umum akan memberikan faedah
agar kita mempersiapkan diri untuk mendapatkan malam lailatul qadar di mulai dengan sepuluh
malam terakhir, hal ini sebagaimana apa yang dilakukan Rasulullah sallallahu ‘alaihi
wa sallam, dan juga memerintahkan istri-istrinya agar bersemangat, sebagaimana apa yang di ceritakan istri beliau Ummul
Mu’minin Aisyah radhiyallahu‘anha, beliau berkata berkata:
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ، مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat
bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, melebihi
kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” HR. Muslim 1175.
عَنْ
عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ -أَيْ: اَلْعَشْرُ
اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ- شَدَّ مِئْزَرَهُ, وَأَحْيَا لَيْلَهُ, وَأَيْقَظَ
أَهْلَهُ . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam biasa ketika memasuki sepuluh Ramadhan terakhir, beliau
bersungguh-sungguh dalam ibadah (dengan meninggalkan istri-istrinya),
menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan
istri-istrinya untuk beribadah.” HR. Bukhari 2024 Muslim 1174.
2.
Tanda-tanda malam lailatul qadar
هِىَ
اللَّيْلَةُ الَّتِى أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
بِقِيَامِهَا هِىَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ
تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِى صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لاَ شُعَاعَ لَهَا.
“Malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam ke dua puluh tujuh
(dari bulan Ramadhan). Dan tanda-tandanya ialah pada pagi harinya matahari
terbit berwarna putih tanpa memancarkan sinar ke segala penjuru.” HR. Muslim 762.
لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء.
“Lailatul qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan,
tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar
tidak begitu cerah dan nampak kemerah-merahan.” HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul
Iman 3408, dan di shahihkan syaikh Albani DI Shahihul Jaami’ 5475.
Hal ini sesuai
dengan kemajuan kemajuan tegnologi
modern, melihat Fakta keajaiban malam Lailutul Qadar, pakar Badan Nasional
Antariksa Amerika (NASA), Carner, langsung masuk Islam. Namun sayangnya kebenaran dari bukti ilmiah
yang ditemukan ini terkesan seperti disembunyikan oleh NASA .
Kepala Lembaga Mukjizat Ilmiah Al-Quran dan Sunnah di Mesir, Dr. Abdul Basith As-Sayyid mengatakan, "NASA telah menyembunyikan kepada dunia bukti empiris ilmiah tentang (malam) Lailatul Qadar." katanya, seperti yang dikutip oleh harian Al-Wafd Mesir. Dalam artikel yang lain Dr. Abdul Basith juga mengatakan. "terbukti secara ilmiah bahwa di hari-hari biasa terdapat 10 bintang dan 20 ribu meteor yang jatuh ke atmosfer bumi, Namun dalam penemuan tersebut, ketika malam lailatul Qodr, tidak ada bintang atau meteor jatuh ke bumi, dan pagi harinya matahari keluar dengan tanpa radiasi cahaya. Hal ini tidak bisa di pungkiri sudah sangat sesuai dengan hadist Rasul mengenai hal itu.
Kepala Lembaga Mukjizat Ilmiah Al-Quran dan Sunnah di Mesir, Dr. Abdul Basith As-Sayyid mengatakan, "NASA telah menyembunyikan kepada dunia bukti empiris ilmiah tentang (malam) Lailatul Qadar." katanya, seperti yang dikutip oleh harian Al-Wafd Mesir. Dalam artikel yang lain Dr. Abdul Basith juga mengatakan. "terbukti secara ilmiah bahwa di hari-hari biasa terdapat 10 bintang dan 20 ribu meteor yang jatuh ke atmosfer bumi, Namun dalam penemuan tersebut, ketika malam lailatul Qodr, tidak ada bintang atau meteor jatuh ke bumi, dan pagi harinya matahari keluar dengan tanpa radiasi cahaya. Hal ini tidak bisa di pungkiri sudah sangat sesuai dengan hadist Rasul mengenai hal itu.
3.
Apa yang harus di lakukan pada malam lailatul qadar.
Amalan yang dilakukan pada malam lailatul qadar bisa
berupa dzikir, berdoa, membaca Al Qur’an, shalat dan kebaikan-kebaikan yang
lain.
Imam syafi’i rahimahullah berkata :
مَنْ شَهِدَ العِشَاءَ وَ الصُّبْحَ لَيْلَةَ القَدْرِ فَقَدْ أَخَذَ
بِحَظِّهِ مِنْهَا.
“Siapa yang menghadiri shalat ‘Isya’ dan shalat Shubuh pada
malam Lailatul Qadar, maka ia telah mengambil bagian dari malam tersebut.” Lathaif
Al-Ma’arif 329
Rasulullallah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ شَهِدَ الْعِشَاءَ فِى جَمَاعَةٍ كَانَ لَهُ قِيَامُ نِصْفِ لَيْلَةٍ
وَمَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ وَالْفَجْرَ فِى جَمَاعَةٍ كَانَ لَهُ كَقِيَامِ لَيْلَةٍ
“Siapa yang meng hadiri Shalat ‘Isya Berjamaah, maka baginya
pahala Shalat Separuh Malam. Siapa yang melaksanakan Shalat ‘Isya dan Shubuh
Berjamaah, maka baginya pahala Shalat Semalam Penuh.” HR. Muslim 656 Tirmidzi 221.
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena
iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan
diampuni.” HR. Bukhari 1901.
dari Ummul Mukminin ‘Aisyah radliallahu
‘anha, beliau berkata,
قلت يا رسول الله أرأيت إن علمت أي ليلة ليلة القدر ما أقول
فيها ؟ قال قولي اللهم إنك عفو كريم تحب العفو فاعف عني.
Aku berkata kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, apabila
aku mengetahui waktu malam Al Qadr, apakah yang mesti aku ucapkan pada saat
itu?” Beliau menjawab, “Katakanlah, Allahumma innaka ‘afuwwun, tuhibbul ‘afwa,
fa’fu’anni.”
“Yaa Allah sesungguhnya engkau Maha pemberi ampunan, suka
memberi pengampunan, maka ampunilah diriku ini.” HR.
Tirmidzi 3513, Ibnu Majah 3850.
Sebagaimana di jelaskan para ulama
yang benar-benar yang komitmen terhadap sunnah, bahwasanya tidak ada shalat khusus pada malam-malam
lailatul qadar, isra’ Miraj, dan lain-lain, agama ini telah sempurna, oleh
karena itu barang siapa mengamalkan amalan secara khusus tanpa di dasari dasar
dalil yang shahih merupakan kebid’ahan.
الْيَوْمَ
أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ
الْإِسْلَامَ دِينًا.
“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah
Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama
bagimu …” (QS Al Maidah 5: 3)
عَنْ أُمِّ الْمُؤْمِنِيْنَ أُمِّ عَبْدِ اللَّهِ عَائِشَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ،
رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ، وَفِي رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ: مَنْ عَمِلَ
عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.
Dari Ummul Mu’minin Ummu Abdillah, Aisyah radhiallahu ‘anha, ia
berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang
mengada-ngadakan dalam urusan kami (agama kami) sesuatu yang bukan merupakan
perkara agama maka ia tertolak”. HR Bukhari Muslim
Adapun orang-orang yang
mendapatkannya, tidaklah mesti memiliki hal-hal yang di luar kebiasaan manusia,
atau mengalami keanehan, akan tetapi dia mendapatkan kebaikan dan pahala yang lebih
baik dari seribu bulan.
Demikianlah semoga
bermanfaat.
Abu Ibrahim Junaedi .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar