عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ…
"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya dia berkata
baik atau diam." HR. Bukhari 5560, Muslim 1/222, Ahmad 7307.
Berkata
Al Hafidh Ibnu Hajar “ Makna
hadist, seseorang bila hendak berbicara hendaknya berfikir sebelum berbicara,
jika tidak ada madharat (keburukan) dan tidah mengarah pada yang
haram(terlarang) dan juga makruh hendaknya berbicara, namun apa bila hanya
mubah, yang selamat adalah diam, dikarenakan di kawatirkan akan membawa yang
mubah tersebut kepada yang haram dan makruh. Fatul Bari 13/149
Muhammad bin Suuqah menceritakan
kepada jama’ah yang mengunjungi beliau: “ Maukah aku ceritakan kepada kalian
sesuatu yang mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kalian sebagaimana kami telah
mendapatkan manfaat karenanya?” Mereka berkata: “ Mau.” Beliau berkata: “Suatu hari Atha’ bin Rabah
menasehatiku, “Wahai putra saudaraku,
sesungguhnya orang-orang sebelum kita (yakni para sahabat pen.) tidak menyukai
banyak bicara.” Lalu aku katakana: “Apa
yang dianggap banyak bicara menurut mereka?”
beliau menjawab : “ Mereka menganggap bahwa setiap ucapan termasuk
berlebiha-lebihan melainkan dalam rangka membaca Al Kitab dan memahaminya, atau
membaca hadis Rasulullah sallallahu ‘alahi wa sallam yang diriwayatkan dan
harus diketahui, atau memerintahkan yang ma’ruf atau mencegah dari yang
mungkar, atau berbicara tentang ilmu yang dengannya menjadi sarana taqarrub
kepada Allah ta’ala, atau engkau membicarakan tentang kebutuhan dan pekerjaan
yang memang harus di bicarakan. “Lalu beliau memperhatikan raut wajahku seraya
berkata: “Apakah kalian mengingkari firman Allah Ta’ala:
وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ . كِرَامًا كَاتِبِينَ.
Padahal Sesungguhnya
bagi kamu ada (Malaikat-malaikat) yang Mengawasi (pekerjaanmu),. Yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat
(pekerjaan-pekerjaanmu itu), QS.82 Al Infithar:10-11.
Dan bahwa
masing-masing dari kalian di sertai malaikat:
إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ . مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ.
(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat
amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di
sebelah kiri.Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya
malaikat Pengawas yang selalu hadir. QS.50.Qaaf:17-18.
Kemudian beliau
berkata: “Tidakkah salah seorang diantara kita merasa malu manakala dibukakan
lembaran catatan amal yang di kerjakan sepanjang siang, lalu dia mendapatkan di
dalamnya sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan urusan agama maupun
kepentingan dunianya?” “Shuaru min
hayati At Tabi’an” DR. ‘Abdurrahman Ra’fat Basya.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَحْسَنَ أَحَدُكُمْ إِسْلَامَهُ فَكُلُّ حَسَنَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ وَكُلُّ سَيِّئَةٍيَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِمِثْلِهَا
Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Apabila seorang dari kalian memperbaiki keIslamannya maka dari setiap
kebaikan akan ditulis baginya sepuluh (kebaikan) yang serupa hingga tujuh
ratus tingkatan, dan setiap satu kejelekan yang dikerjakan akan ditulis satu
kejelekan saja yang serupa dengannya". HR. Bukhari 40.
Dari sini semoga bisa manfaat
kepada penulis dan kaum Muslimin.
Semoga bermanfaat.
Junaedi, Abu Ibrahim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar