Sesungguhnya setiap agama memiliki tatacara didalam membersihkan
jiwa, namun ketika mereka menyandarkan kepada akal semata tanpa bimbingan dari
Allah dzat yang menciptakan manusia itu sendiri yang ada justru bukan
mensucikan tetapi malah mengotori jiwa tersebut, hal ini bisa kita lihat
berbagai prilaku yang di lakukan keyakinan selain islam ketika mereka ingin
mensucikan dirinya.
Ada yang dengan ritual kungkum di sungai tertentu (gangga di
India) ada yang dengan bertapa, ada yang dengan semedi atau nepi, ngrowot, mutih,
ngebleng, dan lain sebagainya yang intinya mereka ingin mensucikan diri.
Adapun islam adalah syariat yang sempurna, ketika Allah
memerintahkan untuk melakukan syariatNya, baik yang nampak ataupun tersembunyi
maka akan menjadikan kebaikan atau kesucian bagi pelakunya sebagaimana syariat shalat,
zakat, puasa dan juga haji, adapun syariat puasa misalnya, akan menjadikan
kebaikan bukan hanya kepada pelakunya namun juga bagi orang-orang di
sekelilingnya.
Hikmah
puasa ini diantaranya sebagai berikut:
1.
Menanamkan
kesungguhan di dalam sebuah keyakinan, sehingga orang yang ragu terhadap islam baik
itu kalangan munafiq ataupun pelaku dosa besar akan tersisihkan dalam masalah
puasa, oleh karena itu ayat puasa menyeru hanya bagi orang yang beriman, puasa
akan melebur kotoran-kotoran dan menjadikan nampak mana yang benar-benar iman
dan mana yang hanya sekedar pengakuan. Sehingga para ulama menghukumi pelaku
orang yang tidak puasa lebih buruk dari pezina dan peminum khamer( Al Kabaair:
Imam Ad Dzahabi), karena mereka menyerupai orang-orang zindiq atau munafiq.
2.
Mendidik sifat
kemanusiaan, karena selamanya yang namanya kabar tidak sama dengan
kenyataannya, orang mengatakan “di sana orang miskin sangat kekurangan dan
menahan lapar karena tidak ada yang dimakan”, setelah orang-orang kaya
merasakan, tahulah mereka “begini rasanya orang kekurangan”.
3.
Mendidik sifat
sabar di dalam menahan emosi dan mengendalikan hawa nafsu.
الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ، وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ
"
Rasulullah
sallallhu a’lai wa sallam bersabda “ Puasa adalah tameng janganlah berkata
kotor dan jangan berkata berbuat bodoh, jika seseorang mengajak berkelahi atau
mencelamu maka katakanlah aku sedang puasa dua kali”. HR Bukhari 1805.
لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرَبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهُلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ ، إِنِّي صَائِمٌ
“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum
saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan
rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat jahil padamu,
katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.HR. Ibnu Majah dan
Hakim. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1082.
4.
Mendidik agar meninggalkan sesuatu yang sia-sia, sebagaimana
hadist di atas.
Lagwun adalah perkataan yang sia-sia adapun
rafats adalah perkataan yang memiliki makna seputar hubungan laki-laki dan
wanita (jorok) atau keji sebagaimana di sebutkan di dalam Fatul Bari, dalan
hadis yang lain Rasulullah sallallhu a’lai wa sallam bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari hkhir maka
hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” HR.Bukhari 6018
Muslim 47.
5.
Melatih
kejujuran, karena rasulullah sallallahu a’laihi wa sallam melarang orang yang
berpuasa melakukan dusta:
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ
“Betapa banyak
orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali
rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobroniy dalam Al Kabir dan sanadnya tidak
mengapa. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1084
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa yang
tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah
tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” HR. Bukhari no. 1903.
6.
Memanamkan sifat
dermawan.
Puasa
akan menumbuhkan rasa pengorbanan baik dari waktu, harta dan juga tenaga, karena
seseorang akan berusaha menyempurnakan apa yang telah jerih payah di lakukan.
7.
Mendidik ketengan
dalam jiwanya.
Karena
seorang yang berpuasa akan mengokohkan pendirian, menguatkan kesabaran dan
secara otomatis menjadikan bersikap tenang dan berwibawa.
8.
Menyehatkan
badan.
Karena
lambung dan usus ini akan bekerja terus menerus dengan adanya puasa akan
mengistirahatkan nya dan juga membersihkan (detoksifikasi) bagi tubuh dari
perbagai kolestrol jahat.
صُوْمُوْا تَصِحُّوْا
“Puasalah
kalian niscaya akan sehat”. Hadis ini meskipun maknanya benar namun di dhoifkan
para ulama.
9.
Memiliki harapan
yang baik, karena puasa akan memiliki dua kebahagiaan sebagaimana hadist
berikut:
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ
“Bagi orang yang melaksanakan puasa ada dua
kebahagiaan; kebahagiaan ketika berbuka, dan kebahagiaan ketika bertemu dengan
Rabbnya.” HR. Bukhari dan Muslim.
Seseorang jika akan menghadapi permasalahan sulit dan buruk
akan membawa kepada kesusahan dan kegelisahan tersendiri, namun jika harapan
dan kebaikan akan membawa semangat dan kecerahan dalam hidupnya.
10. Mendidik jiwa menjadi suci.
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِر
“Antara shalat lima waktu, antara shalat jumat satu ke shalat jumat
berikutnya, dan antara puasa ramadhan ke puasa ramadhan berikutnya adalah
penghapus untuk dosa di antara keduanya, apabila dia menjauhi dosa-dosa besar.”
HR. Muslim no. 857
Dan inilah tujuan syariat yang mulia ini. Allah
berfirman:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ
مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. QS.2 Al Baqarah:183.
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ
زَكَّاهَا (9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
Sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan Sesungguhnya merugilah orang
yang mengotorinya. QS.91 Asy Syams: 9-10.
A
Ibrahim Junaedi Abdullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar