1.
Hendaknya seorang
muslimah membenarkan keimanannya terhadap Allah subhanahu wa ta’ala dan rasulNya
sallallahu allaihi wa sallam, dengan menampakkan kecintaan, keimanannya kepada
Allah dan rasulNya karena inilah yang akan menyelamatkan dirinya dari
kehancuran di dunia dan di akhirat. Karena tak ada faidahnya bila semata-mata
klaim tanpa adanya pembenaran. Allah
berfirman:
فَأَمَّا الَّذِينَ
آمَنُوا بِاللَّهِ وَاعْتَصَمُوا بِهِ فَسَيُدْخِلُهُمْ فِي رَحْمَةٍ مِنْهُ
وَفَضْلٍ وَيَهْدِيهِمْ إِلَيْهِ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا.
Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah
dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya niscaya Allah akan memasukkan mereka ke
dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. dan
menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya. QS.4.An
Nisaa: 175
2.
Hendaknya seorang
muslimah mecintai Allah dan rasulNya lebih dari kecintaannya terhadap selainNya,
karena kecintaan terhadap Allah dan rasulnya akan membawa kebaikan di dunia dan
akhirat, kebalikanya apa bila seseorang
mencintai selain Allah dan rasulNya melebihi kecintaan keduanNya dia akan
mengikuti apa yang di cintainya meskipun di dalam ketergelinciran dan
kesalahan, dengan seseorang lebih mencintai Allah dan RasulNya dia akan
menghentikan tatkala menginginkan atau melakukan penyimpangan. Allah subhanahu wa
ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ ۖ
وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mendahului Allah dan rasulNya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha
mendengar lagi maha mengetahui. QS. 49.Al Hujrat: 1
Rasulullah salallhu alaihi wa sallam berssabda:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Tidak
sempurna iman salah seorang dari kalian sehingga aku lebih dicintai dari
anaknya, dari bapaknya dan dari manusia seluruhnya.” HR Bukhari Muslim.
3.
Seorang muslimah
harus senantiasa menuntut ilmu, karena ini adalah kewajiban yang Allah dan rasulNya
perintahkan, dengan ilmu seseorang bisa membedakan baik dan buruk, akan mengangkat
derajat seseorang, menjadikan kesabaran, mengokohkan pendirian, menajamkan
perasaan, menyingkap syubhat(hal yang
samar), dengan ilmu ini pula yang akan membekali dirinya menunaikan kewajiban
terhadap Allah dan rasulNya secara benar, mengetahui haqnya dan menunaikan apa
yang menjadi kewajibanya terhadap suami dan seluruh orang-orang yang memiliki
haq terhadap dirinya.
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا
اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ...
.
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada
Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi
(dosa) orang-orang mukmin …QS,47. Muhammad: 19.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam
bersabda: menuntut ilmu adalah wajib bagi seorang muslim. HR. Ibnu Majah. Syaikh
Al Bani berkata shahih.
4.
Hendaknya seorang
muslimah giat di dalam beramal karena dengan amallah ilmu itu baru berbuah,
demikian pula walaupun seseorang masuk
surga semata-mata dengan rahmat Allah akan tetapi orang-orang yang di masukkan
ke dalam surga mereka adalah orang-orang yang beramal shalih. Sebagaimana Allah
berfiman:
وَمَنْ يَعْمَلْ
مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَٰئِكَ
يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا .
Barangsiapa yang
mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang
beriman, Maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau
sedikitpun. QS.4. An Nisaa: 124.
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ
وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ
أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. “ QS.16.An Nahl:97
فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لَا
أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ
Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya
(dengan berfirman): "Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal
orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan.” QS.3.
Al Imran: 195.
5. Seorang muslimah hendaknya senantiasa mencintai
suaminya mentaati di dalam kebaikan, tidak mengeraskan suaranya, meluruskannya
bila ada penyimbangan dengan cara yang halus, tidak membandingkan dengan suami orang
lain, baik dari sisi harta, ketampanan, dan juga kemampuan. Karena hal ini
sangat menyakitkan sebagaimana dirinya tidak akan terima jika di bandingkan
dengan selainnya.
Rasulullah sallallhu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ، لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا
“Seandainya aku boleh menyuruh seorang manusia untuk bersujud
kepada manusia lainnya, niscaya akan aku suruh seorang wanita untuk bersujud
kepada suaminya" Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 1159, Beliau berkata
hadis hasan shahih.
Al-Hushain bin Mihshan radhiaallahu ‘anhu menceritakan
bahwa bibinya pernah datang ke tempat nabi sallahu ‘alaihi wa sallam karena
satu keperluan. Seselesainya dari keperluan tersebut, rasulullah bertanya
kepadanya:
أَذَاتُ زَوْجٍ أَنْتِ؟ قَالَتْ: نَعَمْ. قَالَ: كَيْفَ أَنْتِ لَهُ؟ قَالَتْ: مَا آلُوْهُ إِلاَّ مَا عَجَزْتُ عَنْهُ. قَالَ: فَانْظُرِيْ أينَ أَنْتِ مِنْهُ، فَإنَّمَا هُوَ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ
“Apakah engkau sudah bersuami?” Bibi
Al-Hushain menjawab: “Sudah.” “Bagaimana (sikap) engkau terhadap suamimu?”
tanya rasulullah lagi. Ia menjawab: “Aku tidak pernah mengurangi haknya kecuali
dalam perkara yang aku tidak mampu.” Rasulullah bersabda: “Lihatlah di mana
keberadaanmu dalam pergaulanmu dengan suamimu, karena suamimu adalah surga dan
nerakamu.” HR. Ahmad 4/341 dan selainnya, lihat Ash-Shahihah no. 2612
Di antara sekian banyak hak suami, hendaknya untuk
ditaati sebatas kemampuannya demikian pula dalam hal yang bukan maksiat, rasulullah
sallallhum ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْـمَعْرُوْفِ
“Hanyalah ketaatan itu dalam perkara yang
ma’ruf.” HR. Al-Bukhari 7145 Muslim 4742.
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَصَّنَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ بَعْلَهَا، دَخَلَتْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَتْ
“Apabila seorang isteri mengerjakan shalat yang lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya (menjaga kehormatannya), dan taat kepada suaminya, niscaya ia akan masuk Surga dari pintu mana saja yang dikehendakinya.” Maktabah Syamillah Musnad Imam Ahamd 1/191.Ibnu Hibban 1296.
6.
Hendaknya seorang
muslimah memperhatikan anak-anaknya, karena mereka adalah aset yang tak bisa di
nilai dengan apapun, memperhatikan pertumbuhan jasmani dan rahaninya, menjauhkan
dari hal-hal yang membahayakan, baik yang mengenai badan, kebiasaan, dan juga
keyakinannya, hendaknya mendidik dari perkara dunia dan akhiratnya, baik dari
sisi aqidah, ibadah, dan muamalahnya, temasuk menjauhkan dari kebiasaan apa
yang belum layak dan tidak baik bagi anak-anaknya, seperti memegang hp, game, televisi
atau yang lainnya yang mana kebanyakan semua itu merusak akhlaq dan moral
manusia, membuang waktu, jauh dari rasa
malu, serta memandang rendah agama ini, sehingga bisa menjadikan kecanduan malas
dan bahkan lalai dari ibadahnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda:
إِذَا مَاتَ اْلإِنْسَانُ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ صَدَقَةٌ جَارِيَةٌ أَوْ عِلْمٌ يُنْفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُوْ لَهُ
“Apa
bila anak Adam meninggal dunia terputuslah amal kebaikannya, kecuali tiga hal
sadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat baginya, atau anak yang salih yang
mendoakannya”. HR. Bukhari 3399 Muslim1613.
وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا
مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوْا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوْا اللهَ
وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang
yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar.” QS. 4.An-Nisaa` : 59.
7. Wanita muslimah hendaknya merawat tubuhnya, menjadikannya ramping
lincah dan kencang, tidak membiarkan begitu saja mengkonsumsi apa saja tanpa
melihat sebab dan akibatnya sehingga dirinya sulit untuk bangun karena
kegemukan dan tidak bisa bergerak leluasa, semua itu amat sulit kecuali benar-benar
ada keinginan yang kuat untuk meluangkan waktunya agar bisa mewujudkan semua
itu.
8. Wanita muslimah hendaknya berdandan untuk suaminya, lebih agresif
dan pandai merayu, sehingga suaminya benar-benar puas dan nyaman di sisinya, bukan
sebaliknya malas berdandan, terlalu pasif, tidak pandai mencandai suaminya, berwajah
masam dan bau yang tidak sedap, semua .itu menjadikan semangat dan selera suaminya
terhadap dirinya hilang.
9. Seorang muslimah hendaknya menghibur suaminya, disaat musibah mengenainya,
demikian pula setia, sebagaimana yang di lakukan oleh Khatijah, beliau radiallahu
‘anha menghibur rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala takut, disaat
pertama menerima wahyu.
10.
Wanita muslimah
hendaknya sabar terhadap prilaku suaminya, bagaimanapun juga suami bukanlah ma’sum
tidak bisa salah, hendaknya memafkan, dan menghibur diri dari kebaikan yang
telah berlalu selama ini, bukan mengungkit-ungkit dan membocorkan aib suaminya,
terlebih meminta cerai, bagaimanapun memiliki suami yang beriman kepada Allah
dan rasulNya lebih baik dari pada dirinya janda atau di miliki orang yang jusru
lebih buruk lagi.
Semoga
yang sedikit ini bermanfaat bagi penulisnya juga kaum muslimin dan muslimah amiin
Di sarikan dari kitab : “Syakhsyiyatul-mar’ah Al-Muslimah Kama
Yashughuhal-islam Fil-kitab Was-Sunnah” terjemahan Indonesia( JATI DIRI WANITA
MUSLIMAH) .Oleh Dr Muhammad Ali Al Hasyimy, dengan beberapa tambahan.
Sragen 07-12-2014
Abu
Ibrahim Junaedi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar