Jumat, 27 September 2024

RUMAH TANGGA YANG ROMANTIS.

 



Rumah tangga romantis merupakan dambaan setiap pasangan suami istri, namun sedikt yang bisa mewujudkan hal ini tidak lain karena minimnya pengetahuan tentang hal itu, oleh karena itu untuk bisa mewujudkan hal itu beberapa tangga yang harus dilalui, diantaranya;

1.                Memperbaiki aqidahnya.

Seseorang akan mendorong dirinya untuk melakukan perkara-peraka besar dan bermanfaat karena hal itu bukan hanya bermanfaat di dunia saja melainkan memiliki pahala besar, sebaliknya seseorang akan malas dan tidak akan bisa medapatkan kebahagiaan apa bila mengesampingkan perkara aqidahnya.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى.

“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” (QS.Thaha[20]:124).

Ibnu Katsir mengatakan:

{وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي}

“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku.” (QS.Thaha[20]: 124).

Yaitu menentang perintah-Ku dan menentang apa yang Kuturunkan kepada rasul-rasul-Ku, lalu ia berpaling darinya dan melupakannya serta mengambil petunjuk dari selainnya.

{فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا}

“Maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit”. (QS. Thaha[20]: 124).

“Yakni kehidupan yang sempit di dunia. Maka tiada ketenangan baginya dan dadanya tidak lapang, bahkan selalu sempit dan sesak karena kesesatannya; walaupun pada lahiriahnya ia hidup mewah dan memakai pakaian apa saja yang disukainya, memakan makanan apa saja yang disukainya, dan bertempat tinggal di rumah yang disukainya.” (Tafsir Ibnu Katsir QS. Thaha[20]: 124).

Oleh karena itu penting pasutri (pasangan suami istri) untuk mempelajari tauhid yang terkandung di dalam rukun iman dengan benar dan juga cabang-cabangnya.

2.   Memperbaiki ibadahnya.

Pasutri hendaknya masing-masing memperhatikan ibadah pasanganya.

Mendidik dari perkara yang ringan dan bertahap naik.

Menjadwal waktu-waktu membaca Al-Qur’an, adakalanya untuk saling menyimak, memperhatikan waktu shalat-shalat fardhu.

Allah ta’ala berfirman:

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا.

Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. (QS. Thaaha[20] :132).

أَوَّلُ مَا يُـحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلَاةُ ، فَإِنْ صَلَحَتْ صَلَحَ لَهُ سَائِرُ عَمَلِهِ ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ.

“Perkara yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari Kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik, maka seluruh amalnya pun baik. Apabila shalatnya buruk, maka seluruh amalnya pun buruk.”(HR. Al-Tirmidzi 413, Al-Bazar 9462, An-Nasai 465, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam at-Targhib wa Tarhib 377).

Beliau senantiasa menganjurkan istri-istri beliau untuk giat beribadah serta membantu mereka dalam melaksanakan ibadah, sesuai dengan perintah Allah Subhanaahu wa Taala.

Aisyah Radhiallahu ‘anha menceritakan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي وَأَنَا رَاقِدَةٌ مُعْتَرِضَةٌ عَلَى فِرَاشِهِ، فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يُوتِرَ أَيْقَظَنِي فَأَوْتَرْتُ.

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam shalat sedangkan aku tidur di atas ranjangnya dengan membentang dihapannya. Ketika akan witir, beliau membangunkan aku hingga aku pun shalat witir.”(HR. Bukhari 512, 997, Muslim 512).

3.   Komunikasi yang baik.

Seseorang tidak akan merasakan nikmatnya hidup bersama pasangannya, tidak juga bisa merasakan romantis apabila pasutri tidak membiasakan interaksi dan komunikasi dengan cara yang baik, bagaimana hati akan merasakan damai, tenang, tentram seandainya pasangannya berkata bak sembilu yang menyayat hati, sebagaimana pepatah mengatakan: ‘Lidah tak bertulang tapi bisa lebih tajam dari pada pedang’. Ingatlah, menjaga lisan adalah jalan pintas untuk meraih akhlak mulia dan meraih kedudukan tinggi di surga, kata-kata yang baik dan enak didengar jauh lebih baik dari sedekah yang diiringi celaan.

Oleh karena itu Allah ta’ala berfirman:

قَوْلٌ مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى.

“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (QS. Al Baqarah[2]:223).

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ.

“Dan bergaullah mereka (istrimu) dengan secara patut.”(QS. An-Nisa[4]:19).

 كُلٌّ كَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ صَدَقَةٌ. 

“Setiap kata-kata yang baik Itu adalah sedekah.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad 422. Dishahihkan Syaikh al-Albani dalam ash-Shahihah 576).

Salah satu contoh bagaimana Rasulullah berkomunikasi yang baik dengan istrinya, sebagaimana diceritakan istri beliau umul mukminin ‘Aisyah radhiyallahu’anha, suatu hari Rasulullah berkata kepadanya:

يَا عَائِشَ، هَذَا جِبْرِيلُ يُقْرِئُكِ السَّلاَمَ.

Wahai ‘Aisy (panggilan kesayangan ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha), Malaikat Jibril tadi menyampaikan salam buatmu. (HR. Bukhari 3768, Muslim 2447, Ahmad 24574).

Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ إِذَا ارَادَ بِاهْلِ بَيْتٍ خَيْرًا أَدْخَلَ عَلَيْهِم الرِّفْقَ.

“Sesungguhnya jika Allah menghendaki kebaikan bagi sebuah keluarga maka Allah akan memasukan kelembutan kepada mereka.” (HR Ahmad 2669, Baihaqi di dalam Su’abul iman 6140, dishahikan oleh al-Albani dalam As-Shahihah 523).

Ketika berbicara dengan istrimu, hadapkan wajahmu kepadanya, pandang dengan pandangan tulus, berbicara dengan nada yang enak didengar, serta hiasi bibirmu dengan senyuman.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang merendahkan sesama muslim.

بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ.

“Cukuplah seseorang dikatakan buruk tatkala dia merendahkan (menghina) sesama muslim.” (HR Muslim 2564, Ahmad 8103, Abu Dawud 4882).

Jangan sampai seorang suami merendahkan istrinya, atau sebaliknya.

4.   Menjaga badan dengan olah raga dan berhias untuk pasangannya.

Sebuah kewajaran bila pasutri masing-masing mengharapkan tampil yang baik, indah dipandang di hadapan pasangannya, namun sangat disayangkan banyak pasutri yang tidak lagi peduli dengan hal ini.

Padahal hal semacam ini takubahnya seperti ranting yang kering yang setiap saat bisa menyulut permasalahan dan membakar semua bangunantanpa sisa.

Hendaknya masing-masing pasutri menjaga penampilannya, kebugarannya, agar tubuh tetap ideal, yaitu  dengan cara berolah raga, berpakaian rapi dan berdandan.

Dari Al Miqdam bin Syuraih dari ayahnya, dia berkata:

سَأَلْتُ عَائِشَةَ قُلْتُ بِأَىِّ شَىْءٍ كَانَ يَبْدَأُ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا دَخَلَ بَيْتَهُ قَالَتْ بِالسِّوَاكِ.

Aku bertanya pada Aisyah, “Apa yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lakukan ketika mulai memasuki rumah beliau?” Aisyah menjawab, “Bersiwak.” (HR. Muslim 253)

Ibnu Abbas radiyallahu ‘anhu biasa merapikan dirinya, ketika hal itu di tanyakan, beliau menjawab, “ Sungguh aku suka berhias untuk istriku sebagaimana aku suka melihat istriku berhias untuk diriku.” (Tafsir Al Qurtubi, di nukil dari As-Suluk Al-Ijtima’ fil islam, syaikh Hasan Ayub hal, 183-184)

Ketika Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam di tanya, Siapakah wanita yang baik itu..?,” beliau menjawab:

الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ، وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ، وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ.

“Yang paling menyenangkan jika dilihat suami, mentaati suami jika suami memerintahkan sesuatu, dan tidak menyelisihi suami dalam diri dan hartanya dengan apa yang dibenci oleh suaminya.” (HR. Ahmad 9658, An-Nasa’i 3231, di hasankan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Al-Irwa’ 1786).

إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ.

"Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain." (HR. Muslim 91, Tirmidzi 1999, Ibnu Majah 59).

5.   Dekatnya fisik akan membawa dekatnya hati.

Tidak bisa dipungkiri kedekatan badan dapat membawa kedekatan hati.

Allah ta’ala berfirman mensifati sahabat dahulu bagaimana mereka bila berjumpa, berpelukan, berjabatan dan berkata yang baik.

Allah ta’ala berfirman:

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ.

"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka,. . ." (QS. Al-Fath[48]: 29).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan contoh akhlak yang baik, rendah hati terhadap istri-istri beliau, Beliau menempatkan mereka pada kedudukan yang mulia, yaitu menjadi seorang istri yang memiliki kedudukan terhormat di samping suaminya. Diriwayatkan oleh ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha bahwa ia berkata:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبَّلَ امْرَأَةً مِنْ نِسَائِهِ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الصَّلَاةِ وَلَمْ يَتَوَضَّأْ

“Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mencium salah seorang istri beliau, kemudian beliau keluar untuk shalat, sedangkan beliau tidak berwudhu lagi.” (HR. Abu Dawud 179, Ad-Daraqutni 495, Al-Baihaqi 611, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Shahih Abu Dawud 171).

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَّكِئُ فِي حِجْرِي وَأَنَا حَائِضٌ، فَيَقْرَأُ الْقُرْآنَ .

“Rasulullah saw bersandar di pangkuanku (Aisyah) ketika aku haid, kemudian ia membaca Al-Qur’an.” (HR. Muslim 301, Ahmad 26221).

Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarf an-Nawawi (wafat 676 H) dalam kitabnya mengatakan bahwa hadits ini menjadi sebuah dalil diperbolehkannya membaca Al-Qur’an di dekat wanita yang sedang menstruasi, baik dengan cara duduk di sampingnya, atau bersandar kepadanya. (Imam Nawawi, Syarhun Nawawi ‘ala Shahih Muslim, 3/211).

Aisyah Radhiallahu ‘anha bercerita:

كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ

Aku dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mandi bersama dalam satu bejana. (HR Bukhari 250, Muslim 321, Abu Dawud 98, At-Tirmidzi 1755).

Rasulullah tidak pernah melewatkan sediktpun kesempatan kecuali beliau manfaatkan untuk membahagiakan dan menyenangkan istri melalui hal-hal yang dibolehkan.

Aisyah Radhiallahu ‘Anha mengisahkan:

خَرَجْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَعْضِ أَسْفَارِهِ وَأَنَا جَارِيَةٌ لَمْ أَحْمِلْ اللَّحْمَ وَلَمْ أَبْدُنْ فَقَالَ لِلنَّاسِ تَقَدَّمُوا فَتَقَدَّمُوا ثُمَّ قَالَ لِي تَعَالَيْ حَتَّى أُسَابِقَكِ فَسَابَقْتُهُ فَسَبَقْتُهُ فَسَكَتَ عَنِّي حَتَّى إِذَا حَمَلْتُ اللَّحْمَ وَبَدُنْتُ وَنَسِيتُ خَرَجْتُ مَعَهُ فِي بَعْضِ أَسْفَارِهِ فَقَالَ لِلنَّاسِ تَقَدَّمُوا فَتَقَدَّمُوا ثُمَّ قَالَ تَعَالَيْ حَتَّى أُسَابِقَكِ فَسَابَقْتُهُ فَسَبَقَنِي فَجَعَلَ يَضْحَكُ وَهُوَ يَقُولُ هَذِهِ بِتِلْكَ.

“Pada suatu ketika aku ikut bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam sebuah lawatan. Pada waktu itu aku masih seorang gadis yang ramping. Beliau memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih dahulu. Mereka pun berangkat mendahului kami. Kemudian beliau berkata kepadaku: “Kemarilah! sekarang kita berlomba lari.” Aku pun meladeninya dan akhirnya aku dapat mengungguli beliau. Beliau hanya diam saja atas keunggulanku tadi. Hingga pada kesempatan lain, ketika aku sudah agak gemuk, aku ikut bersama beliau dalam sebuah lawatan. Beliau memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih dahulu. Kemudian beliau mengajakku berlomba kembali. Dan akhirnya beliau dapat mengungguliku. Beliau tertawa seraya berkata: “Inilah penebus kekalahan yang lalu !” (HR. Ahmad26277, lihat AS-Shahihah 131, Syaikh al-Albani).

Dari sini seorang pasutri bisa membangun kedekatan dengan pasangan diantaranya:

1)   Membiasakan wajah berseri-seri.

2)   Suka mencandai istri kita.

3)   Sering memuji istri kita.

4)Bersyukur kepada istri kita, dengan mengucapkan jazakillaha khairan.

5)   Mandi berdua.

6)   Sering mencium istri kita.

7)   Menyisir suami.

8)   Mencabut bulu ketiaknya.

9)   Memotong kuku suami.

10)    Memasakkan kesukaan suami.

11)     Sesekali membelikan makanan kesukaan istri.

12)    Jalan pagi berdua.

13)    Senang bergandengan tangan dengan istri kita.

14)    Sering untuk makan sepiring berdua, minum berdua.

15)    Tidur bersama.

16)     Ngobrol bersama sebelum tidur.

17)     Jangan jual mahal terhadap pasangannya.

18)    Sesekali pergi ke suatu tempat untuk menghilangkan kejenuhan.

19)    Membantu pasangannya ketika membutuhkan.

20)    Memberi tahu hal-hal yang penting, sekiranya diperlukan.

21)    Menanyakan keadaanya ketika jauh.

22)   Memberikan hadiah meskipun sederhana.

23)   Mengungkapkan perasaan kangen kepadanya.

24)   Berlemah lembut dalam menyelesaikan masalah.

25)   Jauhkan kata-kata yang merusak suasana.


Semua ini merupakan cara-cara bagaimana kita dekat dengan pasangan kita sehingga dekatnya fisik akan mendekatkan hati.

6.   Mendatangi sawah untuk meraih berkah dan menyelesaikan masalah.

Allah ta’ala berfirman:

نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ.

“Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.” ( QS. Al-Baqarah[2]:223).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ.

“Hubungan salah satu diantara kalian juga shadaqqah.” (HR. Muslim 1006, Ahmad).

Banyak faedah yang bisa diambil, berapa banyak masalah hilang dengan hal itu, berapa banyak kesehatan dapat dirasakan dengan hal itu, bukan hanya sebatas itu tapi akan menjadikan pahala yang besar dan perekat dalam rumah tangga.

Sebagian orang hanya memperhatikan kebutuhannya sendiri, sementara pasanganya tak pernah dihiraukan.

Hal terlarang apabila seorang istri menolak suaminya. Sebaliknya hendaknya suami juga memikirkan istrinya.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَأَبَتْ أَنْ تَجِىءَ لَعَنَتْهَا الْمَلاَئِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ.

“Jika seorang pria mengajak istrinya ke ranjang, lantas istri enggan memenuhinya, maka malaikat akan melaknatnya hingga waktu Shubuh” (HR. Bukhari 5193, Muslim 1436).

7.   Syukur.

Seorang hamba dapat dikatakan bersyukur apabila memenuhi tiga hal:

 

1) Hatinya mengakui dan meyakini bahwa segala nikmat yang diperoleh itu berasal dari Allah Ta’ala semata.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala :

وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ..

Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)”. (Qs. An Nahl [16]: 53).

2)   Lisannya mengucapkan kalimat yang baik dan memuji Allah ta’ala.

 

Hamba yang bersyukur kepada Allah ta’ala ialah hamba yang bersyukur dengan lisannya. Allah sangat senang apabila lisan hambanya memuji nikmat-Nya.

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ.

Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)”. (Qs. Adh Dhuha[93]: 11).

 

3)   Menggunakan nikmat-nikmat Allah Ta’ala untuk beramal shalih.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Qudamah rahimahullah, “Syukur (yang sebenarnya) adalah dengan hati, lisan dan anggota badan. (Minhajul Qasidin, pasal “ Batasan Dan Syukur Serta Hakekatnya hal terjemahan 515).

8.   Bersabar ketika mendapatkan ujian.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ.

“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah[2]:155).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ

“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim 2999).

9.   Bertaubat jika tergelincir di dalam maksiat.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا.

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya.” (QS.At-Tahrim[66]:8).

إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ.

“Kecuali mereka yang telah bertaubat, mengadakan perbaikan dan menjelaskan(nya). Mereka itulah yang Aku terima taubatnya, dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”(QS Al-Baqarah[2]: 160).

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ.

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Al-Imran[3]:135).

10.   Senantiasa beramal shalih dan optimis terhadap masa depan.

Allah ta’ala berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ.

"Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik pria maupun wanita dalam keadaan beriman, maka niscaya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri akhir dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl[16]:97).

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

اِحْـرِصْ عَـلَـى مَا يَـنْـفَـعُـكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَـعْجَـزْ.

“Bersungguh-sungguhlah untuk meraih apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusanmu).” (HR. Muslim 2664, Ahmad 1147).

Demikianlah semoga Allah menjaga keluarga kita dan menjadikannya keluarga yang romantis. Aamiin.

 

-----000-----

 

Sragen 28-09-2024.

Junaedi Abdullah.A

 

Selasa, 24 September 2024

MACAM-MACAM TAUHID DAN FAEDAHNYA HUD SOAL 7

 

BAB 2

MACAM-MACAM TAUHID DAN FAEDAHNYA

SOAL 7

MEMAHAMI TAUHID RUBUBIYAH

 

س ٧ - مَا هُوَ تَوْحِيدُ الرَّبِّ ؟

Soal: Apa itu tauhid rububiyah?

ج ٧ - تَوْحِيدُهُ بِأَفْعَالِهِ كَالْخَلْقِ وَالتَّدْبِيْرِ وَغَيْرِهِمَا

Jawab: Maksudnya adalah mengesakan Allah dalam semua perbuatan-Nya, seperti Allah menciptakan, mengatur dan lain sebagainya.

قَالَ الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

}الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِين{

“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-Fatihah[1]:2).

وَقَالَ :

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

(أَنْتَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ) متفق عليه

"Engkau adalah Rabb langit-langit dan bumi." (Hadits Muttafaqun 'Alaihi).

 

-----000-----

 

Penjelasan:

 

1.   Pengertian tauhid.

Tauhid-dalam bahasa Arab adalah mashdar dari وَحَدَ ، يُوَحِدُ ، تَوْحِيدًا  menjadikan sesuatu itu hanya satu artinya menjadikan sesuatu itu menjadi hanya satu.

Adapun secara syar'i (terminologi) adalah mengesakan Allah ‘aza wajalla terhadap sesuatu yang khusus bagi-Nya, baik dalam Rububiyyah, Uluhiyyah, maupun Asma' dan Sifat-Nya.

2.   Pengertian tauhid Rububiyyah

Ibnul Atsir rahimahullah menyatakan, “Kata Rabb secara bahasa diartikan pemilik, penguasa, pengatur, pembina, pengurus dan pemberi nikmat. Kata ini tidak boleh digunakan dengan tanpa digandengkan (dengan kata yang lain) kecuali untuk Allah Azza wa Jalla  (semata), dan kalau digunakan untuk selain-Nya maka (harus) diiringi (dengan kata lain). Misalnya: rabbu kadza (pemilik barang ini). (An-Nihayah fi Gharibil Hadits 1/179, dinukil di dalam Fiqhu al-Asma al-Husna Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr).

Tauhid Rububiyyah yaitu mengesakan Allah dalam segala perbuatan-Nya dengan meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan seluruh makhluk. (kitab Tauhid Syaikh Dr. Shalih Bin Fauzan Al-Fauzan).

Allah ta’ala berfirman:

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِين.

“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-Fatihah[1]:2).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَنْتَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ .

"Engkau adalah Rabb langit-langit dan bumi." (Hadits Muttafaqun 'Alaihi).

Allah ta’ala yang mencipta, mengatur, memberi rezki kepada hamba-nambanya:

 

3.   Allah yang mencipta alam semesta.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ رَبَّكُمُ اللهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ.

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy..” (QS. Al A’raaf [7]: 54).

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا.

“Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kalian.” (QS. Al-Baqarah[2]:29).

أَأَنْتُمْ أَشَدُّ خَلْقًا أَمِ السَّمَاءُ بَنَاهَا.

“Apakah kalian yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit?” (QS. An-Nazi’at[79]:27).

لَخَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ.

“Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia.” (QS. Al-Mu’min [40]: 57).

Allah meminta orang-orang yang menyembah kepada selain Allah menunjukkan apa yang telah diciptakan.

هَٰذَا خَلْقُ اللَّهِ فَأَرُونِي مَاذَا خَلَقَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ.

Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan(mu) selain Allah.” (QS. Lukman [31]: 11).

إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ.

“Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walau pun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.” (QS. Al-Hajj[22]:73).

4.   Allah pengatur alam semesta.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ الأمْرَ.

“Sesungguhnya Tuhan kalian ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy untuk mengatur segala urusan.” (QS. Yunus[10]:3).

لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ.

“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan, dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” (QS. Yasin[36]:40).

يُدَبِّرُ الْأَمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ.

“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya.” (QS. A|s-Sajdah[32]:5).

5.   Allah pemberi rezki kepada makhluknya.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا.

Dan tidak ada satupun makhluk yang berjalan di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya.” (QS. Huud [11]: 6).

وَآيَةٌ لَهُمُ الْأَرْضُ الْمَيْتَةُ أَحْيَيْنَاهَا وَأَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُونَ.

“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka darinya mereka makan.” (QS. Yasin[36]:33).

إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ.

Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya.” (QS. Al Isra’ [17]: 30)

وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ.

Dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezeki.”  (QS. Al-Jumu’ah [62]: 11).

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ ۚ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ.

Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi?” (QS. Faatir [35]: 3).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُوْنَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ ، تَغدُوْ خِمَاصًا ، وتَرُوْحُ بِطَانًا .

“Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sungguh-sungguh tawakkal kepada-Nya, niscaya kalian akan diberikan rizki oleh Allah sebagaimana Dia memberikan rizki kepada burung. Pagi hari burung tersebut keluar dalam keadaan lapar dan di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR Tirmidzi 2344, Ibnu Majah 4164, lihat Silsilah Al Hadist As Sahihah 310).

Allah mampu memberikan rezki apa saja yang dibutuhkan manusia, namun adakalanya rezki itu sulit dikarenakan Allah ingin menguji mereka.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ.

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah[2]:155).

Atau bila seseorang tersebut diberikan kekayaan justru menjadikan dirinya melampaui batas.

Sebagaimana firman Allah ta’ala:

وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ.

“Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura[42]:27).

Demikianlah hikmah Allah ta’ala tyerhadap hamba-hambanya, Allah maha mengetahui dan maha bijaksana.

6.   Orang-orang musyrik mengakui tauhid rububiyyah.

Orang-orang musryik merasakan bahwa dan mengakui bahwa yang mencipta langit dan bumi adalah Allah ta’ala.

Allah ta’ala memberitahukan keadaan mereka dengan berfirman:

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ.

“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka.”Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab, "Allah." (QS. Luqman[31]: 25).

قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلا تَتَّقُونَ.

Katakanlah, "Siapakah pemilik langit yang tujuh dan pemilik 'Arasy yang besar?” Mereka akan menjawab, "Kepunyaan Allah.” Katakanlah, "Maka apakah kalian tidak bertakwa?" (QS. Al-Mu’minun[23]: 86-87).

7.   Pengakuan tauhid rububiyyah semata tidak menjadikan seseorang islam.

Iman bukan hanya membenarkan atau meyakini Allah yang mencipta mengatur dan memberi rezki semata, akan tetapi juga diiringi perkataan dalam lisan (syahadat) dan amalan anggota badan.

Allah ta’ala berfirman :

وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا.

“Dan mereka mengingkarinya karena kedzaliman dan kesombongannya, padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya..” (QS. An-Naml[27]:14).

الَّذِينَ اتَيْنَهُمُ الْكِتَب يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءهُم.

“Orang-orang yang telah Kami beri Kitab (Taurat dan Injil) mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri.” (QS. Al-Baqarah[2]:146).

فَلَمَّا جَاءَهُم مَّا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ.

“Setelah sampai kepada mereka apa yang telah mereka ketahui itu, mereka mengingkarinya.” (QS. Al-Baqarah[2]:89).

Abu Thalib membenarkan, memuji dan membela islam namun tidak mau mengucapkan syahadat sehingga mati dalam keadaan musyrik. Ketika hendak meninggal di sisi Abu Thalib terdapat ‘Abdullah bin Abu Umayyah dan Abu Jahl,  Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan pada pamannya ketika itu:

أَىْ عَمِّ ، قُلْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ . كَلِمَةً أُحَاجُّ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ.

 “Wahai pamanku, katakanlah ‘laa ilaha illalah’ yaitu kalimat yang aku nanti bisa beralasan di hadapan Allah (kelak).”

Abu Jahl dan ‘Abdullah bin Umayyah berkata:

يَا أَبَا طَالِبٍ ، تَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ.

“Wahai Abu Thalib, apakah engkau tidak suka pada agamanya Abdul Muthallib?” Mereka berdua terus mengucapkan seperti itu, namun kalimat terakhir yang diucapkan Abu Thalib adalah ia berada di atas ajaran Abdul Mutthalib.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian mengatakan :

لأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ مَا لَمْ أُنْهَ عَنْهُ.

“Sungguh aku akan memohonkan ampun bagimu wahai pamanku, selama aku tidak dilarang oleh Allah” Kemudian turunlah ayat:

مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ.

“Tidak pantas bagi seorang Nabi dan bagi orang-orang yang beriman, mereka memintakan ampun bagi orang-orang yang musyrik, meskipun mereka memiliki hubungan kekerabatan, setelah jelas bagi mereka, bahwa orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahanam” (QS. At Taubah[9]: 113).

Allah ta’ala juga menurunkan ayat:

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ.

“Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak bisa memberikan hidayah (taufiq) kepada orang-orang yang engkau cintai” (QS. Al Qasshash[28]: 56) (HR. Bukhari 3884).

Secara jelas prinsip Ahlus Sunnah mengenai iman termaktub dalam perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, beliau rahimahullah berkata:

وَمِنْ أُصُولِ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ أَنَّ الدِّينَ وَالْإِيمَانَ قَوْلٌ وَعَمَلٌ ، قَوْلُ الْقَلْبِ وَاللِّسَانِ ، وَعَمَلُ الْقَلْبِ وَاللِّسَانِ وَالْجَوَارِحِ ، وَأَنَّ الْإِيمَانَ يَزِيدُ بِالطَّاعَةِ ، وَيَنْقُصُ بِالْمَعْصِيَةِ ."

"Di antara pokok akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, bahwa agama dan iman terdiri dari: perkataan dan amalan, perkataan hati dan lisan, amalan hati, lisan dan anggota badan. Iman itu bisa bertambah dengan melakukan ketaatan dan bisa berkurang karena maksiat.” (Al ‘Aqidah Al Wasithiyyah).

8.   Kesalahan anggapan, ada yang mengatur alam semesta selain Allah.

Sebagian orang meyakini ada tempat-tempat tertentu ada penguasanya selain Allah, keyakinan ini adalah keliru dan merupakan keyakinan syirik.

Allah ta’ala berfirman:

أَمَّنْ جَعَلَ الْأَرْضَ قَرَارًا وَجَعَلَ خِلَالَهَا أَنْهَارًا وَجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ وَجَعَلَ بَيْنَ الْبَحْرَيْنِ حَاجِزًا أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ.

“Bukankah Dia (Allah) yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengokohkan)nya dan yang menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)?” (QS. AN-Naml[27]:61).

Di dalam hadits qudsi di jelaskan tentang larangan mencela waktu :

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يُؤْذِينِى ابْنُ آدَمَ يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ

”Allah ’Azza wa Jalla berfirman,’Aku disakiti oleh anak Adam. Dia mencela waktu, padahal Aku adalah (pengatur) waktu, Akulah yang membolak-balikkan malam dan siang.” (HR. Muslim 6000).

Anggapan ada penguasa pantai laut selatan, gunung merapi, penguasa tempat tertentu dan lain-lain semua ini tidak benar.

9.   Kesalahan anggapan, ada yang dapat mendatangkan manfaat dan madharat dari selain Allah.

Allah ta’ala berfirman:

وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ.

“Jika Allah menimpakan suatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah meng­hendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya.” (QS. Yunus[10]:107).

10.                     Banyak kaum muslimin yang tidak paham tauhid rububiyyah.

Hal itu ditandai dengan takutnya mereka terhadap tempat tertentu, bulan tertentu, pakaian tertentu, hewan tertentu, bahkan melakukan perbuatan tertentu yang dianggap akan mejadikan madharat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، وَمَا مِنَّا إِلاَّ، وَلَكِنَّ اللهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ.

“Thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik dan setiap orang pasti terbetik dalam hatinya, Hanya saja Allah menghilangkannya dengan tawakkal kepadaNya.” (HR. Bukhari di dalam Adabul Mufrad 909, Tirmidzi 1614).

Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dia berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ، وَلاَ هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ.

"Tidak dibenarkan menganggap penyakit menular dengan sendirinya (tanpa ketentuan Allah), tidak dibenarkan beranggapan sial, tidak dibenarkan pula beranggapan nasib malang karena tempat, juga tidak dibenarkan beranggapan sial di bulan Shafar” (HR. Bukhari 5757 Muslim 2220).

Demikianlah pentingnya seseorang untuk memahami tauhid rububiyyah, semoga bermanfaat, Aamiin ya Rabbal ‘aalamin.

 

-----000-----

 

Sragen 25-09-2024

Junaedi Abdullah.

 

 

 

 

 

 

 

 

AMAL-AMAL SETELAH RAMADHAN.

Setelah menjalankan rangkaian ibadah dibulan Ramadhan banyak kaum muslimin kembali kepada kebiasaannya. Malas beribadah shalat wajib berja...