Iman terhadap para Rosul.
Setiap mukmin wajib beriman kepada para nabi dan rasul sebagai utusan
Allah. Diutusnya rasul merupakan sebuah nikmat yang sangat besar, begitu pula
kebutuhan manusia terhadap diutusnya rasul melebihi kebutuhan manusia
terhadap hal-hal lain, karena dengan bimbingan nabi dan rasul akan mengeluarkan
manusia dari kesesatan, dari menyembah kepada makhluk menjadi menyembah kepada
khaliq (Allah).
ءَامَنَ الرَّسُولُ بِمَآأُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ ءَامَنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ.
Rasul telah beriman
kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Rabb-nya, demikian pula
orang-orang yang beriman.Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya,
kitab-kitabNya dan rasul-rasulNya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak
membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari
rasul-rasulNya," dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami
taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami, ya Rabb kami. Dan kepada
Engkaulah tempat kembali". QS Al Baqarah[2]:285.
1. Definisi nabi dan Rasul
Menurut bahasa “nabi” berasal dari kata naba a yang artinya
mengabarkan.
Sedangkan menurut istilah “nabi” seorang laki-laki yang di beri kabar
(wahyu) oleh Allah ta’ala berupa meneruskan syariat rasul sebelumnya.
Adapun “rasul” secara bahasa artinya orang yang diutus untuk
menyampaikan sesuatu. Sedangkan makna “rasul” secara istilah adalah setiap
manusia yang diberi wahyu berupa syariat tertentu dan diperintahkan untuk
disampaikan. Syarh Ushul Iman, hlm. 32.
2. Perbedaan antara Nabi dengan Rasul
Para Ulama’ menjelaskan bahwa seorang rasul adalah pasti seorang nabi,
namun tidak sebaliknya, Seorang nabi belum tentu seorang rasul, sehingga,
jumlah nabi lebih banyak dibandingkan jumlah Rasul.
Beberapa definisi perbedaan antara nabi dan rasul diantaranya:
1) Nabi diberi wahyu berupa syariat tapi tidak
diperintahkan untuk menyampaikan kepada yang lain, sedangkan Rasul
diperintahkan untuk menyampaikan pada yang lain (definisi ini adalah dari
Jumhur Ulama’, juga disebutkan dalam Fatwa alLajnah ad Daaimah).
2) Rasul diutus dengan membawa syariat baru
sedangkan nabi menguatkan / melanjutkan syariat dari rasul sebelumnya (definisi
ini dijelaskan oleh asy-Syaukaany dan al-Aluusy).
3) Rasul diutus kepada kaum yang menentang,
sedangkan nabi diutus kepada kaum yang sudah tunduk dengan syariat dari Rasul
sebelumnya (pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah).
Para nabi dan para rasul mereka semua adalah seorang laki-laki bukan
dari kalangan wanita.
Allah ta’ala berfirman:
وَمَا
أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلَّا رِجَالًا نُّوحِي إِلَيْهِمْ ۖ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ
إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ.
“Kami
tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad) melainkan orang laki-laki
yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang
yang berilmu jika kamu tiada mengetahui.” QS Al-Anbiya[21]:7.
وَمَا
أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُّوحِي إِلَيْهِم مِّنْ أَهْلِ
الْقُرَىٰ .
“Kami tidak
mengutus sebelum kamu, kecuali orang laki-laki yang Kami berikan wahyu
kepadanya di antara penduduk negeri.” QS Yusuf[12]:109.
3. Iman kepada para rasul mencakup empat perkara:
1) Mengimani bahwasanya mereka adalah utusan Allah,
yang di utus kepada manusia.
Allah ta’ala berfirman:
لَقَدْ
أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ
وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ.
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa
bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan
neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. QS Al Hadid
[57]:25.
رُّسُلاً
مُّبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ لِئَلاَّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللهِ حُجَّةُ
بَعْدَ الرُّسُلِ.
“ mereka para rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar
supaya tidak alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul
itu. QS An Nisaa[4]:165.
Tidak
boleh siapapun mengingkari mereka walaupun seorang rasul saja. Seandainya
seseorang mengingkari walaupun hanya satu orang rasul, sama saja mengingkari
seluruh nabi dan rasul. Allah Subhanahu wata’ala berfirman tentang kaum
Nabi Nuh ‘Alaihissalam,
كَذَّبَتْ
قَوْمُ نُوحٍ الْمُرْسَلِينَ.
“Kaum
Nuh telah mendustakan para rasul.” Asy-Syu’ara [26] : 105
2) Mengimani nama-nama rasul yang sudah kita
ketahui, yang Allah sebutkan dalam Al-Qur-an dan As-Sunnah yang shahih, adapun
yang belum kita ketahui kita imani secara umum (global).
Sebagaimana Allah ta’ala sebutkan:
وَلَقَدْ
أَرْسَلْنَا رُسُلًا مِنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ
مَنْ لَمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ.
Dan Sesungguhnya Telah kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di
antara mereka ada yang kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula)
yang tidak kami ceritakan kepadamu. QS Gofir[40]:78.
وَإِنْ مِنْ أُمَّةٍ إِلَّا خَلَا فِيهَا نَذِيرٌ.
“Tidak ada satu umatpun, melainkan mereka telah ada yang memberi
peringatan.” QS. Fathir [35]: 24.
Para nabi dan rasul sangat banyak sekali sebagaimana dalam hadist
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam:
عَنْ أَبِي
ذَرٍّ قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ كَمِ الْمُرْسَلُونَ؟ قَالَ: "
ثَلَاثُمِائَةٍ وَبِضْعَةَ عَشَرَ جَمًّا غَفِيرًا ". قَالَ: قُلْتُ آدَمُ
نَبِيٌّ كَانَ؟ قَالَ: " نَعَمْ نَبِيُّ مُكَلَّمٌ "
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, beliau pernah bertanya kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, berapakah jumlah rasul?”
Beliau menjawab: “Sekitar tiga ratus belasan
orang. Banyak sekali.” HR. Baihaqi dalam Syu’abul Iman 129 dan dishahihkan
al-Albani dalam al–Misykah 5737.
Kemudian dalam riwayat Abu Umamah, bahwa Abu Dzar bertanya kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Berapa jumlah persis para nabi.” Beliau menjawab:
مِائَةُ أَلْفٍ وَأَرْبَعَةٌ وَعِشْرُونَ أَلْفًا الرُّسُلُ
مِنْ ذَلِكَ ثَلَاثُ مِائَةٍ وَخَمْسَةَ عَشَرَ جَمًّا غَفِيرًا.
“Jumlah para nabi 124.000 orang, 315 diantara mereka adalah rasul.
Banyak sekali.” HR. Ahmad 22288,
sanadnya dinilai shahih oleh al-Albani dalam al–Misykah.
3) Membenarkan berita-berita mereka, baik dari
Al Qur’an dan hadist yang shahih.
Hendaknya tidak mendustakan
mereka sebagaimana Allah ta’ala ceritakan pada satu kaum.
إِذْ
أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ
فَقَالُوا إِنَّا إِلَيْكُمْ مُرْسَلُونَ . قَالُوا مَا أَنْتُمْ إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُنَا
وَمَا أَنْزَلَ الرَّحْمَنُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا تَكْذِبُونَ . قَالُوا رَبُّنَا يَعْلَمُ إِنَّا إِلَيْكُمْ
لَمُرْسَلُونَ . وَمَا عَلَيْنَا إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ.
Ketika
Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya;
kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga utusan itu
berkata, "Sungguh, Kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu.” Mereka (penduduk negeri) menjawab, "Kamu
ini hanyalah manusia seperti kami dan (Allah) Yang Maha Pengasih tidak
menurunkan sesuatu apa pun, kamu hanyalah pendusta belaka.” Mereka berkata,
"Tuhan kami mengetahui bahwa sesungguhnya kami adalah utusan-utusan-(Nya).
Dan kewajiban Kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.” QS
Yasiin [35]:14-17.
4) Mengamalkan syari’at pada rasul yang di utus
kepada kita.
Allah
ta’ala berfirman:
وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا.
“Aku tidak akan memberi siksaan, sampai Aku mengutus seorang rasul.”
QS. Al-Isra [17]: 15.
4. Rasul Pertama adalah Nuh.
Rasul pertama adalah Nuh ‘alaihissalam, sesuai dengan
hadits tentang syafaat pada hari kiamat, ketika itu manusia mendatangi nabi
Adam, kemudian Adam mengemukakan alasan lalu menyuruh orang-orang mendatangi
Nuh lalu orang-orang menyebutkan kemulyaaNya bahwasanya Dia adalah Rasul yang
pertama namun nabi Nuh menyebutkan kesalahannya dan menyuruh
mendatangi Ibrahim, nabi Ibrahim pun tidak mau dan menyuruh mendatangi nabi
Musa, Nabi muapun menyuruh mendatang Isa
akan tetapi nabi Isa juga tidak mau dan menyuruh mendatangi Muhammad `
untuk meminta syafaat sahid hadist itu sebagai berikut:
يَا نُوحُ أَنْتَ أَوَّلُ الرُّسُلِ
إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ.
Wahai Nuh, engkau adalah Rasul pertama (yang diutus) untuk penduduk
bumi..… HR Bukhari 3340.
إِنَّا
أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَىٰ نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ
بَعْدِهِ.
“Sesungguhnya
Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana kami telah memberikan wahyu
kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudian…” An-Nisaa’[4]: 163
Para
nabi dan rasul dakwah mereka menyeru kepada tauhid.
وَلَقَدْ
بَعَثْنَا فِي كُلِّ أَمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا
الطَّاغُوتَ.
"Dan sesungguhnya Kami
telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan):"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut." QS.
An-Nahl [16]:36.
وَمَا
أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا
إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ .
Dan Kami
tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya:
"Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah
olehmu sekalian akan Aku". QS. Al-Anbiya [21] : 25.
Nabi
Nuh ‘alaihi sallam
Allah
ta’ala berfirman:
لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ
اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ
يَوْمٍ عَظِيمٍ.
Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu dia
berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu
selain Dia. Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang
dahsyat (kiamat). QS Al A’raf [7]:59.
قَالَ الْمَلَأُ مِنْ قَوْمِهِ إِنَّا
لَنَرَاكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ.
Pemuka-pemuka kaumnya berkata,
“Sesungguhnya kami memandang kamu benar-benar berada dalam kesesatan yang
nyata.” Al A’raf [7]:60.
Nabi Nuh berdakwah selama 950 tahun
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ
أَلْفَ سَنَةٍ إِلَّا خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ
ظَالِمُونَ.
Dan Sesungguhnya kami Telah mengutus Nuh kepada kaumnya, Maka ia
tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka
ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim. Al Ankabut [29]
:14.
وَنَادَىٰ
نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَا بُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلَا تَكُنْ
مَعَ الْكَافِرِينَ.
Dan Nuh memanggil anaknya “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami
dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.” QS Hud [11]: 42.
قَالَ
سَآوِي إِلَىٰ جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاءِ ۚ
قَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلَّا مَنْ رَحِمَ ۚ
وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ.
Anaknya
menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku
dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari
azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang". Dan gelombang menjadi
penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang
ditenggelamkan. QS Hud [11]: 43.
فكَذَّبُوهُ
فَأَنجَيْنَٰهُ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥ فِى
ٱلْفُلْكِ وَأَغْرَقْنَا ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا بِـَٔايَٰتِنَا ۚ
إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا عَمِينَ
Maka mereka mendustakannya (Nuh). Lalu Kami selamatkan dia dan
orang-orang yang bersamanya di dalam kapal. Kami tenggelamkan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata
hatinya). QS Al A’raf [7]:64.
Nabi
Hud ‘alaihi sallam
وَإِلَىٰ
عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا ۗ قَالَ
يَٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُۥٓ ۚ
أَفَلَا تَتَّقُونَ.
Dan kepada kaum ‘Ad (Kami utus) Hud, saudara mereka. Dia berkata,
“Wahai kaumku sembahlah Allah! tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia.
Maka mengapa kamu tidak bertakwa?” QS Al A’raf[7]:65.
قَالَ
الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ إِنَّا لَنَرَاكَ فِي سَفَاهَةٍ
وَإِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ الْكَاذِبِينَ . قَالَ يَا قَوْمِ لَيْسَ بِي سَفَاهَةٌ وَلَكِنِّي
رَسُولٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
Pemuka-pemuka orang-orang yang kafir dari kaumnya berkata,
“Sesungguhnya kami memandang kamu benar-benar kurang waras dan kami kira kamu
termasuk orang-orang yang berdusta.” Dia
(Hud) menjawab, “Wahai kaumku! bukan aku kurang waras, tetapi aku ini adalah
rasul dari Tuhan seluruh alam. QS Al ‘Araf [7]:66-67.
Kaum itu sampai di puncak kekafirannya dan menentang rasul untuk
didatangkan azab.
قَالُوا
أَجِئْتَنَا لِنَعْبُدَ اللَّهَ وَحْدَهُ وَنَذَرَ مَا كَانَ يَعْبُدُ آبَاؤُنَا
فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ.
Mereka berkata, “Apakah kedatanganmu kepada kami, agar
kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh
nenek moyang kami? Maka buktikanlah ancamanmu kepada kami, jika kamu benar!” QS
Al A’raaf[7]:70.
فَأَنْجَيْنَاهُ
وَالَّذِينَ مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَقَطَعْنَا دَابِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا
بِآيَاتِنَا وَمَا كَانُوا مُؤْمِنِينَ.
Maka Kami selamatkan dia (Hud) dan orang-orang yang
bersamanya dengan rahmat Kami dan Kami musnahkan sampai ke akar-akarnya
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Mereka bukanlah orang-orang
beriman. QS Al A’raaf[7]:72.
Di sebutkan dalam ayat yang lain
وَأَمَّا
عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ . سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ
وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ
أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ .
فَهَلْ تَرَى لَهُمْ مِنْ بَاقِيَةٍ.
Adapun kaum 'Aad maka mereka telah dibinasakan dengan
angin yang sangat dingin lagi amat kencang, Allah menimpakan angin itu kepada
mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum
'Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma
yang telah kosong (lapuk). Maka kamu tidak melihat seorangpun yang tinggal di
antara mereka. Al Haaqah[69]:6-8.
As Sa’di berkata di dalam tafsirnya, ”Mereka di
binasakan dengan angin yang sangat keras sampai berbunyi seperti halilintar.”
Kaum
Nabi Saleh
Ibnu
Katsir menyebutkan, “Nabi Saleh diutuskan Allah kepada kaum Tsamud. Kaum ini
meminta kepada nabi Saleh untuk menampakkan mukjizat seekor onta betina yang
bunting yang keluar dari batu besar yang tak bercelah kepada mereka, nabi Saleh
meminta syarat agar jika Allah memberikan tanda kepada mereka supaya mereka beriman
dan mengikutinya, mereka pun menyetujui hal itu, kemudian nabi Saleh memohon
kepada Allah seperti apa yang mereka
minta, tiba-tiba batu itu bergerak gerak dan terbelah maka keluar keluarlah
dari celah batu itu onta yang bunting dan mereka menyaksikan dengan mata kepala
mereka sendiri.” Sebagaimana di sebutkan Allah ta’ala:
وَإِلَى
ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ
إِلَهٍ غَيْرُهُ قَدْ جَاءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ هَذِهِ نَاقَةُ
اللَّهِ لَكُمْ آيَةً فَذَرُوهَا تَأْكُلْ فِي أَرْضِ اللَّهِ وَلَا تَمَسُّوهَا
بِسُوءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ.
Dan kepada
kaum Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shalih. Dia berkata, “Wahai kaumku!
sembahlah Allah! tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya
telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Ini (seekor) unta betina
dari Allah sebagai tanda untukmu. Biarkanlah ia makan di bumi Allah, janganlah
disakiti, nanti akibatnya kamu akan mendapatkan siksaan yang pedih.” QS Al
A’raaf[7]:73.
Namun, mereka
membunuh unta betina tersebut meminta untuk didatangkan azab, Allah pun
mendatangkan azab bagi mereka.
فَعَقَرُوا
النَّاقَةَ وَعَتَوْا عَنْ أَمْرِ رَبِّهِمْ وَقَالُوا يَا صَالِحُ ائْتِنَا بِمَا
تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ .
فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ.
Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan berlaku angkuh terhadap
perintah Tuhannya. Mereka berkata, “Wahai Shalih! Buktikanlah ancaman kamu
kepada kami, jika benar engkau salah seorang rasul.” Lalu datanglah gempa
menimpa mereka, dan mereka pun mati bergelimpangan di dalam reruntuhan rumah
mereka. QS Al A’raaf[7]:77-78.
Dalam ayat yang lain Allah ta’ala menyebutkan ucapan nabi Saleh
terhadap kaumnya:
فَعَقَرُوهَا فَقَالَ تَمَتَّعُوا فِي دَارِكُمْ ثَلَاثَةَ
أَيَّامٍ ۖ ذَٰلِكَ وَعْدٌ غَيْرُ مَكْذُوبٍ.
Mereka membunuh unta itu, maka berkata Shaleh: “Bersukarialah kamu
sekalian di rumahmu selama tiga hari, itu adalah janji yang tidak dapat
didustakan.” QS Huud[11]:65.
Ibnu Katsir menyebutkan “ mereka membunuh onta pada hari Rabo, pada hari penantian pertama wajah kaum Tsamud berubah menjadi kuning, pada hari penantian kedua wajah mereka menjadi merah, pada hari Sabtu penantian ketiga wajah mereka menghitam, pada dini hari ahad tubuh mereka kaku menanti azab Allah, belum lagi matahari terbit terdengar suara pekikan dari langit dan berguncanglah gempa yang dahsyat dari bawah mereka tidak dalam waktu sekejab mereka semua mati kecuali satu orang yang sedang di tanah Haram, yaitu abu Rhagal,namun setelah dia keluar diapun tertimpa batu dari langit dan mati.” Lihat tafsir Ibnu Katsir QS Al A’raaf[7]:78.
Kaum
Nabi LuthIbnu Katsir menyebutkan “ mereka membunuh onta pada hari Rabo, pada hari penantian pertama wajah kaum Tsamud berubah menjadi kuning, pada hari penantian kedua wajah mereka menjadi merah, pada hari Sabtu penantian ketiga wajah mereka menghitam, pada dini hari ahad tubuh mereka kaku menanti azab Allah, belum lagi matahari terbit terdengar suara pekikan dari langit dan berguncanglah gempa yang dahsyat dari bawah mereka tidak dalam waktu sekejab mereka semua mati kecuali satu orang yang sedang di tanah Haram, yaitu abu Rhagal,namun setelah dia keluar diapun tertimpa batu dari langit dan mati.” Lihat tafsir Ibnu Katsir QS Al A’raaf[7]:78.
Umat Nabi Luth terkenal dengan perbuatan menyimpang, yaitu hanya mau berzina dengan pasangan sesama jenis (homoseksual dan lesbian).
Allah ta’ala berfirman:
وَلُوطًا
إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ
مِنَ الْعَالَمِينَ . إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ
بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ.
Dan
(Kami juga telah mengutus) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya, “Mengapa
kamu melakukan perbuatan keji, yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun
sebelum kamu (di dunia ini). Sungguh, kamu telah melampiaskan syahwatmu kepada
sesama lelaki bukan kepada perempuan. Kamu benar-benar kaum yang melampaui
batas. QS Al A’raaf[7]:80-81.
وَمَا
كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلَّا أَنْ قَالُوا أَخْرِجُوهُمْ مِنْ قَرْيَتِكُمْ
إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ.
Dan jawaban kaumnya tidak lain hanya berkata,
“Usirlah mereka (Luth dan pengikutnya) dari negerimu ini, mereka adalah orang
yang menganggap dirinya suci.” QS Al ‘raaf[7]:82.
Kendati
sudah diberi peringatan, mereka tak mau bertobat. Allah akhirnya memberikan
azab kepada.
فَأَنْجَيْنَاهُ
وَأَهْلَهُ إِلَّا امْرَأَتَهُ كَانَتْ مِنَ الْغَابِرِينَ .
وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ
الْمُجْرِمِينَ.
Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikutnya, kecuali istrinya. Dia
(istrinya) termasuk orang-orang yang tertinggal. Dan Kami hujani mereka dengan
hujan (batu). Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang berbuat dosa
itu. QS Al A’raaf[7]:83-84.
Dalam ayat yang lain Allah ta’ala sebutkan:
فَلَمَّا
جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا
حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ.
Maka
ketika keputusan Kami datang, Kami menjungkirbalikkannya negeri kaum Luth, dan
Kami hujani mereka bertubi-tubi dengan batu dari tanah yang terbakar. QS
Hud[11]82.Di sebutkan bahwasanya malaikat jibril menancapkan sayap-sayapnya di pingiran negri Sodom kemudian negri itu di angkat di waktu subuh hingga langit dunia sehingga penduduk langit mendengar lolongan anjingnya, setelah itu di balikkannya dengan dahsyat, semua mati termasuk istri nabi Luth, dan Allah selamatkan orang yang beriman dengan rahmatNya. Sebagaimana di sebutkan didalam tafsir Ibnu Katsir QS Al A’raaf[7]83-84 dan juga QS Hud[82]:82.
Demikianlah masih banyak kaum kaum yang menentang para nabi dan rasul di waktu itu kecuali mereka akan di binasakan oleh Allah ta’ala.
Hikmah di utusnya para nabi dan rasul:
1.
Mengetahui kasih sayang Allah ta’ala
kepada makhluknya.
2.
Menegakkan hujah kepada mereka agar
kelak tidak ada alasan atas kekafiran yang mereka lakukan.
3.
Menjelaskan pentingnya perkara
Tauhid dan bahaya syirik.
4.
Menjadikan teladan bagi penduduk
bumi.
5.
Memutuskan permasalahan yang terjadi
di antara mereka.
Disusun oleh: Junaedi
Abdulah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar