IMAN
TERHADAP MALAIKAT.
Malaikat
adalah salah satu makhluk Allah yang di muliakan, mengimaninya merupakan
kewajiban bagi setiap muslim yang tertuang didalam rukun iman yang ke dua,
sebagaimana didalam hadis Jibril ‘alaihi wa sallam. Allah ta’ala juga menyebutkan di dalam Al
Qur’an:
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ
وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ
“Rasul
telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan Rasul-Rasul-Nya”. QS. Al-Baqarah[2]:
285.
Penciptaan
malaikat.
Malaikat
di ciptakan Allah ta’ala dari cahaya sebagaimana di sebutkan didalam hadis
Aisyah radiallahu ‘anha:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم خُلِقَتِ المَلٰئِكَةُ
مِنْ نُوْرِ وَخُلِقَ
الْجَانُّ مِنْ مَارِجِ مِنْ
نَارٍ وَخُلِقَ اٰدَمَ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ
“Dari Aisyah berkata: Rasulullah saw
bersabda,”Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api yang
menyala-nyala dan Adam diciptakan dari Sesutu yang telah disebutkan
(ciri-cirinya) untuk kalian.”
Beriman kepada malaikat memuat empat
perkara:
Pertama: Mengimani wajud mereka.
Wajib bagi orang beriman percaya
akan keberadaan mereka, Yaitu kepercayaan yang pasti tentang keberadaan para
malaikat. Tidak seperti yang dipahami oleh sebagian orang bahwa malaikat adalah
hanya sebuah ‘kata’ yang bermakna konotasi yang berarti kebaikan atau
semacamnya. Allah Ta’ala telah menyatakan keberadaan mereka dalam firman-Nya
yang artinya:
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ فَاطِرِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ جَاعِلِ
ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ رُسُلًا أُوْلِيٓ أَجۡنِحَةٖ مَّثۡنَىٰ وَثُلَٰثَ وَرُبَٰعَۚ
يَزِيدُ فِي ٱلۡخَلۡقِ مَا يَشَآءُۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ.
Segala
puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai
utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap,
masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada
ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu. QS Fatir [35]:1
barangsiapa
yang tidak beriman kepada mereka dan mengingkari eksistensi(wujud) mereka
-seperti yang diyakini oleh sebagian penganut filsafat maka dia telah kafir
berdasarkan kesepakatan kaum muslimin. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
“Barangsiapa
yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya
dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya”. QS.
An-Nisa`[4]: 136.
Kedua: Mengimani nama-nama malaikat
yang telah kita ketahui, sedangkan malaikat yang tidak diketahui namanya wajib
kita imani secara global.
Yang kita ketahui seperti Jibril,
mikail, israfil, malakul maut, dan lain-lain,adapun yang tidak kita ketahui
namanya kita imani secara global dan ini sangat banyak jumlahnya.
Di antara dalil yang menunjukkan
banyaknya bilangan malaikat dan tidak ada yang dapat menghitungnya kecuali
Allah Ta’ala adalah sebuah hadits shahih yang berkaitan dengan baitul makmur.
فَرُفِعَ لِي البَيْتُ المَعْمُورُ،
فَسَأَلْتُ جِبْرِيلَ، فَقَالَ: هَذَا البَيْتُ المَعْمُورُ يُصَلِّي فِيهِ كُلَّ
يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ، إِذَا خَرَجُوا لَمْ يَعُودُوا إِلَيْهِ آخِرَ
مَا عَلَيْهِمْ.
Kemudian ditunjukkan kepadaku baitul
ma’mur. Akupun bertanya kepada Jibril, beliau menjawab, ‘Ini Baitul Ma’mur,
setiap hari ada 70.000 malaikat yang shalat di dalamnya. Setelah mereka keluar,
mereka tidak akan kembali lagi, dan itu menjadi kesempatan terakhir baginya.” HR.
Bukhari 3207, Muslim 164.
Ketiga: Mengimani sifat-sifat
malaikat yang kita ketahui.
Mengimani sifat-sifat malikat
diantaranya:
·
Berwujud, wujud malaikat
ini pernah di saksikan para sahabat. Seperti jibril yang di saksikan para
sahabat.
·
Malaikat makhluk yang berakal. Sebagaimana
kisah dua malaikat yang berdebat untuk membawa ruh orang yang telah membunuh
100 jiwa.
·
Malaikat mampu berbicara.
وَلَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُنَا إِبْرَاهِيمَ بِالْبُشْرَى قَالُوا
سَلَامًا قَالَ سَلَامٌ فَمَا لَبِثَ أَنْ جَاءَ بِعِجْلٍ حَنِيذٍ . فَلَمَّا رَأَى أَيْدِيَهُمْ لَا تَصِلُ
إِلَيْهِ نَكِرَهُمْ وَأَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيفَةً قَالُوا لَا تَخَفْ إِنَّا
أُرْسِلْنَا إِلَى قَوْمِ لُوطٍ
Para malaikat utusan yang datang bertamu kepada Nabi Luth
a.s. berkata : “Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu,
sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan
membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada
seorang di antara kamu yang tertinggal, kecuali istrimu. Sesungguhnya dia akan
ditimpa adzab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya adzab
kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?". QS :
Huud[11]: 69-70.
·
Malaikat senantiasa taat.
وَلَهُ
مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَنْ عِنْدَهُ لا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ
عِبَادَتِهِ وَلا يَسْتَحْسِرُونَ . يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لا يَفْتُرُونَ
Dan
kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. dan malaikat-malaikat yang
di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada
(pula) merasa letih. Mereka selalu
bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.Al Anbiyaa'[21]: 19-20.
·
Malaikat hidup di alam yang
berbeda.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
وَتَجْتَمِعُ مَلَائِكَةُ اللَّيْلِ
وَمَلَائِكَةُ النَّهَارِ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ.
“Dan para
malaikat malam dan malaikat siang berkumpul pada shalat fajar (subuh).” HR. Bukhari 137 dan Muslim 632.
·
Malaikat tidak makan dan minum.
وَلَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُنَا
إِبْرَاهِيمَ بِالْبُشْرَى قَالُوا سَلَامًا قَالَ سَلَامٌ فَمَا لَبِثَ أَنْ
جَاءَ بِعِجْلٍ حَنِيذٍ .
فَلَمَّا رَأَى أَيْدِيَهُمْ لَا تَصِلُ إِلَيْهِ نَكِرَهُمْ وَأَوْجَسَ مِنْهُمْ
خِيفَةً قَالُوا لَا تَخَفْ إِنَّا أُرْسِلْنَا إِلَى قَوْمِ لُوطٍ.
Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: "Salaman" (Selamat). Ibrahim menjawab: "Salamun" (Selamatlah), maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang.
Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: "Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth." QS Hud[11]:69-70.
·
Malaikat diberi kekuatan Allah untuk
menunaikan tugasnya.
Seperti misalnya sifat Jibril, dimana Nabi mengabarkan bahwa
beliau shallallahu’alaihi wa sallam pernah melihat Jibril dalam sifat yang
asli.
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ رَأَى جِبْرِيلَ لَهُ سِتُّمِائَةِ جَنَاحٍ
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
melihat Jibril, dengan 600 sayap.” HR. Bukhari 3232 dan Muslim 174.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ
وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ
غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا
يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.”
QS At Tahrim[66]:6
فَنَادَانِي مَلَكُ الْجِبَالِ فَسَلَّمَ عَلَيَّ ثُمَّ قَالَ
يَا مُحَمَّدُ إِنْ شِئْتَ أَنْ أُطْبِقَ عَلَيْهِمْ الْأَخْشَبَيْنِ فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ
مِنْ أَصْلَابِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ وَحْدَهُ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا.
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “…Malaikat (penjaga) gunung memanggilku, mengucapkan salam
lalu berkata: ‘Wahai Muhammad! Jika engkau mau, aku bisa menimpakan
Akhsabain’.” Yaitu Dua gunung besar di Mekkah, yaitu Gunung Abu Qubais dan
Gunung Qu’aiqi’an
Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjawab: “(Tidak) namun aku berharap supaya Allah Azza wa Jalla
melahirkan dari anak keturunan mereka orang yang beribadah kepada Allah semata,
tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun jua”. HR Bukhari dan Imam Muslim.
فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا
عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ
“Tatkala datang azab Kami, Kami
jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami
hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi.” (QS.
Hud: 82).
Sifat malaikat pemikul Arsy yang
berjumlah delapan.
عَنْ جَابِرِ
بْنِ عَبْدِ اللَّهِ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ: "أُذِنَ لِي أَنْ أُحَدِّثَ عَنْ مَلَكٍ مِنْ مَلَائِكَةِ اللَّهِ
مِنْ حَمَلَةِ الْعَرْشِ: أَنَّ مَا بَيْنَ شَحْمَةِ أُذُنِهِ إِلَى عَاتِقِهِ
مَسِيرَةُ سَبْعِمِائَةِ عَامٍ" وصححه الألباني رحمه الله في «صحيح سنن أبي
داود» (3953)
dari Jabir yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Telah diizinkan bagiku untuk
menceritakan kepada kamu tentang malaikat-malaikat pemikul 'Arasy, bahwa jarak
antara daun telinganya sampai ke lehernya sama dengan jarak yang ditempuh
burung terbang selama tujuh ratus tahun. HR Abu Daud 3/895 di sahihkan
Syaikh Al Bani 3953
- Malaikat tidak terhitung jumlahnya.
Sifat malaikat yang lain adalah terkadang malaikat itu
-dengan kekuasaan Allah- bisa berubah bentuk menjadi manusia, sebagaimana yang
terjadi pada Jibril saat Allah mengutusnya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam untuk mengajarkan pada manusia apa itu Islam, Iman dan Ihsan. Demikian
juga dengan para malaikat yang diutus oleh Allah kepada Ibrahim dan Luth ‘alaihimassalaam,
mereka semua datang dalam bentuk manusia. Para malaikat adalah hamba-hamba
Allah yang senantiasa mentaati apa yang diperintahkan oleh Allah dan tidak
pernah mendurhakai Allah Subhanahu wa Ta’ala.
إِنِّي أَرَى مَا لَا تَرَوْنَ، وَأَسْمَعُ مَا لَا
تَسْمَعُونَ أَطَّتِ السَّمَاءُ، وَحُقَّ لَهَا أَنْ تَئِطَّ مَا فِيهَا مَوْضِعُ
أَرْبَعِ أَصَابِعَ إِلَّا وَمَلَكٌ وَاضِعٌ جَبْهَتَهُ سَاجِدًا لِلَّهِ،
وَاللَّهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلَبَكَيْتُمْ
كَثِيرًا
“Sesungguhnya
aku melihat apa yang tidak kalian lihat, aku mendengar sesuatu yang tidak
kalian dengar. Langit merintih… dan layak baginya untuk merintih. Tidak ada
satu ruang selebar 4 jari, kecuali di sana ada malaikat yang sedang meletakkan
dahinya, bersujud kepada Allah. Demi Allah, andaikan kalian mengetahui apa yang
aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan sering menangis…” HR.
Ahmad 21516, Turmudzi 2312,
Keempat, mengimani dengan apa yang
kita ketahui tentang pekerjaan-pekerjaan mereka
Kita mengimani dengan apa yang kita
ketahui tentang pekerjaan-pekerjaan mereka yang mereka tunaikan berdasarkan
perintah Allah Ta’ala, seperti bertasbih (mensucikan Allah) dan beribadah
kepada-Nya tanpa kenal lelah dan tanpa pernah berhenti. Di antara para
malaikat, ada yang memiliki tugas khusus, misalnya:
- Jibril ‘alaihissalaam yang ditugasi menyampaikan wahyu dari Allah kepada para Rasul-Nya ‘alaihimussalaam.
- Mikail yang ditugasi menurunkan hujan dan menyebarkannya.
- Israfil yang ditugasi meniup sangkakala.
- Malaikat Maut yang ditugasi mencabut nyawa. Dalam beberapa atsar ada disebutkan bahwa malaikat maut bernama Izrail, namun atsar tersebut tidak shahih. nama yang benar adalah Malaikat Maut sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah ta’ala yang artinya: “Katakanlah: Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu.” QS. As-Sajdah[32]: 11
- Yang ditugasi menjaga amal perbuatan hamba dan mencatatnya, perbuatan yang baik maupun yang buruk, mereka adalah para malaikat pencatat yang mulia sebagaimana yang Allah sebutkan di dalam Al Quran Surat Qaaf[50]18. Adapun penamaan malaikat Raqib dan ‘Atid juga tidak memiliki dasar dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Maka kita menamakan malaikat sesuai dengan apa yang telah Allah namakan bagi mereka.
- Yang ditugasi menjaga hamba pada waktu bermukim atau bepergian, waktu tidur atau ketika jaga dan pada semua keadaannya, mereka adalah Al-Mu’aqqibat.
- Para malaikat penjaga surga. Ridwan merupakan pemimpin para malaikat di surga
- Malaikat Malik yang merupakan pimpinan dari sembilan belas malaikat penjaga neraka (Surat Al-Muddaththir 74:30)
- Para malaikat yang diserahi untuk mengatur janin di dalam rahim. Jika seorang hamba telah sempurna empat bulan di dalam perut ibunya, maka Allah ta’ala mengutus seorang malaikat kepadanya dan memerintahkannya untuk menulis rezekinya, ajalnya, amalnya dan sengsara atau bahagianya.
- Malaikat Nungkar dan Nangkir, yang diserahi untuk menanyai mayit ketika telah diletakkan di dalam kuburnya. Ketika itu, dua malaikat mendatanginya untuk menanyakan kepadanya tentang Rabb-nya, agamanya dan nabinya.
- Malaikat pemikul Arsy yang berjumlah delapan.
Kesalahan-Kesalahan
Terdapat kesalahan-kesalahan yang
merusak keimanan kepada malaikat. Bahkan bisa jadi kesalahan itu membawa kepada
kekufuran . Oleh karena itulah, kita berlindung kepada Allah agar tidak
terjatuh dalam kesalahan tersebut. Beberapa kesalahan diantaranya adalah:
- Mengatakan bahwa malaikat adalah anak perempuan Allah. Sungguh inilah yang juga dikatakan kaum musyrikin. Maha Suci Allah dari anggapan ini. Hal ini terdapat dalam firman-Nya, yang artinya, “Dan mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan. Maha Suci Allah, sedang untuk mereka sendiri apa yang mereka sukai.” QS. An-Nahl [16]: 57
- Beribadah kepada para malaikat. Padahal jika mereka mau merenungi ayat-ayat Al-Qur’an, akan jelas ditemukan bahwa para malaikat itu sendiri hanya menyembah kepada Allah semata. Walaupun mereka diberi berbagai kelebihan oleh Allah, mereka tetaplah makhluk Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman, “Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkan-Nya dan hanya kepada-Nya-lah mereka bersujud.” QS. Al A’raaf [7]: 206
- Menamakan para malaikat dengan nama-nama yang tidak ditetapkan oleh Allah ta’ala dalam Al-Qur’an dan tidak disampaikan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Seperti misalnya menamakan malaikat maut dengan nama Izroil, malaikat pencatat amal dengan Roqib dan ‘Atid.
- Mengatakan bahwa malaikat-malaikat adalah pembantu Allah. Maha Suci Allah dari perkataan seperti ini. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dia-lah yang menciptakan para malaikat tersebut. Dan segala makhluk yang diciptakan Allah adalah membutuhkan Allah. Malaikat-malaikat tersebut pun melaksanakan tugas-tugasnya karena diperintah oleh Allah dan diberi kemampuan untuk melaksanakannya. Kesalahan anggapan ini adalah termasuk dari kesalahan pemahaman karena menyamakan Allah dengan mahluk, dalam hal ini adalah menyamakan Allah dengan kondisi para raja yang membutuhkan pembantu-pembantu untuk melaksanakan pekerjaannya. Dan ini termasuk dalam hakikat kesyirikan.
Buah Keimanan Kepada Malaikat
Beriman kepada para malaikat
memiliki pengaruh yang agung dalam kehidupan setiap mukmin, di antaranya dapat
kita sebutkan:
- Mengetahui keagungan, kekuatan serta kesempurnaan kekuasaan-Nya. Sebab keagungan (sesuatu) yang diciptakan (makhluk) menunjukkan keagungan yang menciptakan (al-Khaliq). Dengan demikian akan menambah pengagungan dan pemuliaan seorang mukmin kepada Allah, di mana Allah menciptakan para malaikat dari cahaya dan diberiNya sayap-sayap.
- Senantiasa istiqomah (meneguhkan pendirian) dalam menaati Allah ta’ala. Karena barangsiapa beriman bahwa para malaikat itu mencatat semua amal perbuatannya, maka ini menjadikannya semakin takut kepada Allah, sehingga ia tidak akan berbuat maksiat kepada-Nya, baik secara terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi.
- Bersabar dalam menaati Allah serta merasakan ketenangan dan kedamaian. Karena sebagai seorang mukmin ia yakin bahwa bersamanya dalam alam yang luas ini ada ribuan malaikat yang menaati Allah dengan sebaik-baiknya dan sesempurna-sempurnanya.
- Bersyukur kepada Allah atas perlindungan-Nya kepada anak Adam, dimana ia menjadikan sebagian dari para malaikat sebagai penjaga mereka.
- Waspada bahwa dunia ini adalah fana dan tidak kekal, yakni ketika ia ingat Malaikat Maut yang suatu ketika akan diperintahkan untuk mencabut nyawanya. Karena itu, ia akan semakin rajin mempersiapkan diri menghadapi hari Akhir dengan beriman dan beramal shalih.
Maraji’:
- Pelajaran Tauhid untuk Tingkat Lanjutan. Darul Haq.
- Syarah Ushul Atsalatsah. Syaikh Fauzan. (terjemahan)
- Syarh Tsalatsatul Ushul. Syaikh Muhammad ibn Sholih Al ‘Utsaimin.