HAKEKAT DUNIA
Dunia
hanyalah salah satu lintasan manusia, yang di dalamnya manusia diuji dengan
berbagai perintah dan larangan, Allah yang maha pemurah menguatkan
hamba-hambanya yang beriman dengan membimbing mereka melalui rasul-rasul yang
diutus dan kitab yang dibawa.
Allah ta’ala berfirman:
قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا ۖ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي
هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا
بِآيَاتِنَا أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ.
Kami berfirman,
"Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku
kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada
kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati." Adapun
orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni
neraka, mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Baqarah[2]:38).
Ibnu Katsir berkata, “Allah subhanahu
wa ta’ala menceritakan tentang peringatan yang ditujukan kepada Adam dan istrinya
serta iblis ketika mereka diturunkan dari surga. Yang dimaksud ialah anak
cucunya, bahwa Allah kelak akan menurunkan kitab-kitab dan mengutus nabi-nabi
serta rasul-rasul (di kalangan mereka yang akan memberi peringatan kepada
kaumnya masing-masing). Demikianlah menurut penafsiran Abul Aliyah; dia
mengatakan bahwa petunjuk tersebut dimaksudkan adalah para nabi dan para rasul,
serta penjelasan-penjelasan dan keterangan-Nya (melalui ayat- ayat-Nya).”
(Tafsir Ibnu Katsir, QS Al-Baqarah[2]:38).
Hendaknya
seseorang mengetahui bahwa petunjuk keselamatan adalah mengikuti apa yang
dibawa oleh para utusan Allah yaitu kitab-kitab, yang pada akhirnya mereka
harus mengikuti nabi kita nabi Muhammad sllallahu ‘alaihi wa sallam.
Untuk
mengetahui seluk beluk hakekat dunia ini agar kita selamat darinya yaitu
diantaranya:
1.
Kita tinggal di dunia hanya sebentar.
Oleh karena itu dunia
secara secara bahasa arab, yaitu dari akar kata “dana-yadnu-dunyanan” yang
bermakna dekat dan singkat.
Allah ta’ala berfirman:
قَالَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا
لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ.
Allah
berfirman, "Kalian tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar
saja, kalau kalian sesungguhnya mengetahui.” (QS. Al-Mukminun[23]:114).
كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ
عَابِرُ سَبِيلٍ.
“Jadilah
engkau di dunia ini seperti orang asing atau bahkan seperti orang yang sekedar
lewat (musafir).” (HR. Al-Bukhari 6416, Tirmidzi 3296).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَعْمَارُ أُمَّتِـي مَا بَيْنَ السِّتِّيْنَ إِلَى
السَّبْعِيْنَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ.
“Umur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit orang yang
bisa melampui umur tersebut” (HR. Ibnu Majah 4236, Tirmidzi 3550 dihasankan
Syaikh al-Albani di dalam Ash-Shahihah 757).
2.
Takbiat manusia menciantai dunia.
Allah
berfirman:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ
مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ
وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ.
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga).” (QS. Ali Imran[3]: 14).
Demikianlah watak asli manusia, sehingga banyak yang terjerumus
dengan dunia padahal tidak dipungkiri lagi keterkaitan hati dengan dunia
merupakan fitnah sekaligus musibah yang menimpa umat ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً
وَفِتْنَةُ أُمَّتِي الْمَالُ
.
“Sesungguhnya setiap umat
memiliki fitnah, dan fitnah bagi umatku adalah harta.” (HR. Tirmidzi dalam Silsilah Ash Shohihah,
Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shahih)
3.
Dunia hanyalah permainan dan sendau
gurau yang melalaikan.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا
مَتَاعُ الْغُرُورِ.
“Kehidupan dunia
itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Al-Imran[3]:185).
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ
وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ
وَالْأَوْلَادِ.
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah
permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kalian
serta berbangga-bangga dalam banyaknya harta dan anak.” (QS.Al-Hadid[57]:20).
4.
Pembagian manusia dalam menyikapi
dunia
1)
Orang kafir.
Orang kafir, mereka tidak lagi memperhatikan batasan-batasan
dunia, merek mencurahkan seluruh waktunya untuk akhirat.
Allah ta’ala
berfirman:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ
الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا
لَا يُبْخَسُونَ . أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا
النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ.
“Barang siapa
yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada
mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna, dan mereka di dunia
itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat
kecuali neraka, dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di
dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS.Hud[11]:15-16).
Allah akan membalas mereka di akhirat dengan neraka.
فَلَا
تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ
لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ
كَافِرُونَ.
Maka janganlah harta benda dan
anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan
(memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan
di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan
kafir.” (QS. Attaubah[9]:55).
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّمَا
نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لِأَنْفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا
إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ.
“Dan jangan
sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa tenggang waktu yang Kami
berikan kepada mereka lebih baik baginya.
Sesungguhnya tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka hanyalah agar dosa
mereka semakin bertambah; dan mereka akan mendapat azab yang menghinakan.” (QS.
Ali-Imran[3]:178).
إِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِمْ
مِلْءُ الْأَرْضِ ذَهَبًا وَلَوِ افْتَدَى بِهِ أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ.
“Sungguh, orang-orang yang kafir dan mati dalam kekafiran, tidak
akan diterima (tebusan) dari seseorang di antara mereka sekalipun (berupa) emas
sepenuh bumi, sekiranya dia hendak menebus diri dengannya. Mereka itulah
orang-orang yang mendapat azab yang pedih dan tidak memperoleh penolong.”
(QS. Al Imran[3]:91).
2)
Orang islam
yang berlebih-lebihan kecintaannya terhadap dunia.
Mereka menyia-nyiakan kewajiban dan
memburu dunia sehingga mereka dzalim terhadap dirinya, orang lain dan Allah ta’ala.
Allah ta’ala berfirman:
يَا
قَوْمِ إِنَّمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآخِرَةَ هِيَ دَارُ
الْقَرَارِ.
“Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan ini hanyalah kesenangan
(sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. (Ghafir[40]:39).
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ
فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا
أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ.
“Maka ketika mereka
melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan
semua pintu (kesenangan) untuk mereka.
Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada
mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam
putus asa.” ( QS. Al-An’am[6]:44).
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا رَأَيْتَ اللهَ
تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى
مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ.
”Bila kamu melihat Allah memberi
pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada
dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj
(jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad 4: 145. Syaikh
Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan dengan dilihat dari jalur
lain).
3)
Mereka mengetahui hakekat
dunia, dan mengambil secukupnya saja.
Mereka mengejar akhirat namun
tidak melupakan dunia.
Allah ta’ala berfirman:
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا .
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi .”( QS. Al Qashash [28]:77).
Rasulullah sallallahu ‘alaihi w sallam
bersabda:
مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ،
فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ، وَلَمْ
يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ
نِيَّتَهُ، جَمَعَ اللَّهُ لَهُ أَمْرَهُ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ،
وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ .
“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia sebagai tujuannya, maka Allah
akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan dalam pandangannya, dan
dunia tidak datang kecuali apa yang Allah telah tetapkan baginya. Dan
barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan
menghimpunkan urusannya, menjadikan hatinya merasa cukup, dan dunia akan datang
dalam keadaan merendah.(HR. IBnu Majah 4105, dishahihkan Syaikh al-Bani di dalam
as-Shahihah 950).
وَاللَّهِ
مَا الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ
هَذِهِ – وَأَشَارَ يَحْيَى بِالسَّبَّابَةِ – فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ
تَرْجِعُ.
“Demi Allah, tidaklah dunia ini bagi akhirat melainkan
seperti jari tangan salah seorang dari kalian yang ini -Yahya
(perowi) mengisyaratkan dengan jari telunjuk- yang dicelupkan ke dalam air
laut, maka lihatlah air yang kembali.” (HR. Muslim 7376).
الدُّنْيَا
سِجْنُ المُؤْمِنْ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ.
“Dunia merupakan penjara bagi
orang-orang mukmin dan surga bagi orang-orang kafir.” HR. Muslim 2956).
5.
Orang berakal mengejar akhirat.
Oleh karena itu
banyak para ulama mereka yang Zuhud, Zuhud adalah sikap
hidup yang menjauhi duniawi dan lebih mementingkan akhirat. Secara bahasa, zuhud berarti berpaling, meninggalkan, atau tidak menyukai.
Atau wara’ Wara' adalah sifat
mulia dalam Islam yang berarti berhati-hati untuk menghindari perkara syubhat
dan menjauhi yang haram. Wara' merupakan sikap yang lahir dari keimanan yang kuat,
rasa takut kepada Allah, dan kesadaran akan kehidupan akhirat.
6.
Berpegang
terhadap kitabullah dan sunnah rasul-Nya.
Jika
seseorang berpaling dari ini sudah bisa dipastikan akan binasa di dunia dan
akhirat.
Allah ta’ala
berfirman:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ
لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى.
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka
sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya
pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS Thaha [20] : 124).
Ibnu Katsir mengatakan:
{وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي}
“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku.” (QS.Thaha[20]:
124).
Yaitu menentang perintah-Ku dan menentang apa yang Kuturunkan kepada
rasul-rasul-Ku, lalu ia berpaling darinya dan melupakannya serta mengambil
petunjuk dari selainnya.
{فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا}
“Maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit”. (QS.
Thaha[20]: 124).
“Yakni
kehidupan yang sempit di dunia. Maka tiada ketenangan baginya dan dadanya tidak
lapang, bahkan selalu sempit dan sesak karena kesesatannya; walaupun pada
lahiriahnya ia hidup mewah dan memakai pakaian apa saja yang disukainya,
memakan makanan apa saja yang disukainya, dan bertempat tinggal di rumah yang
disukainya.” (Tafsir Ibnu Katsir QS. Thaha[20]: 124).
قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ، لَيْلُهَا
كَنَهَارِهَا، لَا يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ.
"Aku
telah tinggalkan untuk kalian petunjuk yang terang, malamnya seperti siang.
Tidak ada yang berpaling darinya setelahku melainkan ia akan binasa.” (HR.
Ahmad 17142, Ibnu Majah 43, al-Hakim di dalam Mustadraknya 331, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam
As-Shahihah 936).
اَللّهُمَّ
لاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِي دِيْنِنَا وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ
هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا
“Ya
Allah, janganlah engkau jadikan musibah dalam urusan agama kami, dan jangan
pula engkau jadikan dunia ini adalah tujuan terbesar dan puncak dari ilmu
kami.”(HR
Tirmizi – Hasan)
Demikianlah semoga kita selamat dari fitnah dunia
ini. Aaamiin.
-----000-----
Sragen 14-11-2024
Junaedi Abdullah.